ETIKA TIMBAL BALIK

Selamat jumpa para Pendukung Kristus, apa kabar? Salam sehat penuh sukacita karena kita dapat hidup saling menghargai dan menghormati. Sahabat, sesungguhnya semua orang berharap mendapatkan perlakuan yang baik dari orang lain:  dihargai, dihormati, didengar, diperhatikan dan sebagainya.  Sahabat, dalam hidup, kita sering diperhadapkan dengan pilihan. Ada pilihan dalam hal kecil seperti memilih makanan yang akan kita santap, bahkan sampai kepada pilihan yang akan menentukan masa depan kita, seperti memilih teman hidup, jurusan kuliah, bekerja, dan lain sebagainya. Dalam Matius 7,  jika kita baca secara sepintas, sepertinya  berbicara mengenai pillihan hidup. Yesus menyampaikan pengajarannya pada Matius 7 dengan memberi 2 pilihan yang kontras, seperti jalan (ayat 12-14); pohon (ayat 15-20); dan dasar bangunan (ayat 24-27). Namun jika kita baca dengan cermat, sebenarnya Matius 7 bukan berbicara mengenai pilihan, sebab Allah begitu mengasihi kita sehingga Ia memberikan petunjuk untuk kehidupan kita. Mari kita simak petunjuk kehidupan tersebut. Sahabat, setelah membahas Taurat Musa secara cerdas, jernih dan kreatif, Tuhan Yesus menyimpulkan pengajaran-Nya dengan sederhana. Dia tahu, akhirnya semua berpulang pada keinginan atau kehendak manusia. Apa yang dimaui manusia? Semua orang ingin diperlakukan dengan baik, adil, penuh hormat dan kasih. Jadi, mengapa bukan itu yang seseorang berikan kepada orang lain? Bukankah ia mengharapkan perlakuan serupa dari mereka? Sederhana. Sayangnya, manusia enggan mempraktikkannya, ibarat melewati jalan yang sempit sesak (ayat 13-14). Sebenarnya banyak perkara dalam hidup ini layak dihadapi dengan meneropong keinginan kita sendiri. Maukah kita diperlakukan seperti itu? Maukah agama kita dilecehkan? Asal-usul kita dihinakan? Hasil karya kita tidak dihargai atau dibajak? Nama baik kita dicemarkan oleh fitnah? Tentu tidak! Lalu, apa yang kita kehendaki? Penghargaan, perlakuan adil, dan kasih sayang, bukan? Maka, mari kita lakukan itu kepada sesama. Itulah hukum emas kehidupan! Itulah yang namanya etika timbal balik.Sahabat, coba simak baik-baik, “Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi” (ayat 12).  Dengan kata lain, bila kita ingin dihargai orang lain belajarlah menghargai orang lain;  bila kita ingin diperhatikan, belajarlah untuk memperhatikan;  bila ingin mendapatkan perlakuan yang ramah dari orang lain, belajarlah berlaku ramah terhadap mereka;  bila kita ingin orang lain tidak ingkar terhadap janjinya, maka kita pun harus belajar menepati janji.  Apa yang ingin suami perbuat terhadap istri, istri pun harus berbuat demikian kepada suami.  Itulah yang disebut etika timbal balik! Ingatlah! Sahabat, bila kita renungkan dalam-dalam, sesungguhnya etika timbal balik merupakan hukum yang sangat alamiah, sederhana dan mudah untuk dipraktikkan dalam kehidupan kita sehari-hari, tidak merugikan dan justru mendatangkan dampak yang positif bagi diri sendiri dan juga orang lain.  Kalau kita memperlakukan orang lain dengan sangat baik, maka orang itu pun cenderung akan berbuat seperti apa yang telah kita perbuat terhadapnya.  Mulai dari sekarang, biarlah Sahabat dan saya yang mengawalinya! Tuhan memberkati Sahabat dan keluarga. (pg)

TUHAN: BERKUASA namun PEDULI

Selamat jumpa para Pendukung Kristus, apa kabar? Salam sehat penuh syukur karena kita  memiliki Tuhan yang hidup dan berkuasa. Sahabat, perihal kemahakuasaan Tuhan dapat kita pelajari dalam Alkitab. Maka kita harus senantiasa menyukai firman-Nya dan merenungkan itu siang dan malam sehingga kita makin mengerti bahwa tidak ada satu hal pun di dunia ini yang terjadi di luar pengetahuan dan kontrol Tuhan, bahkan tidak sehelai pun dari rambut kepalamu akan hilang (Lukas 21:18). Maka tidak ada alasan bagi kita untuk takut, khawatir dan putus asa menghadapi hari esok. Lukas bersaksi, “Bukankah burung pipit dijual lima ekor dua duit? Sungguhpun demikian tidak seekorpun dari padanya yang dilupakan Allah, bahkan rambut kepalamupun terhitung semuanya. Karena itu jangan takut, karena kamu lebih berharga dari pada banyak burung pipit.” (Lukas 12:6-7). Selanjutnya, untuk mengupas tentang Tuhan yang berkuasa, mari kita belajar dari Mazmur 33:1-22 di bawah judul: “Puji-pujian kepada Allah Israel” Kamus Besar Bahasa Indonesia (KKBI) mencatat bahwa salah satu arti dari kuasa adalah wewenang atas sesuatu atau untuk menentukan sesuatu. Dalam arti demikian, seseorang yang berkuasa bisa menggunakan kekuasaannya sesuai kemauannya. Mungkinkah seseorang yang berkuasa peduli kepada yang dikuasainya? Sahabat, saat kita membaca Mazmur 33 ini segera terbayang mengenai kekuasaan Tuhan. Kekuasaan-Nya tampak dalam alam. Langit dijadikan hanya oleh firman-Nya (ayat 6), air laut bisa dikumpulkan-Nya dan samudera dapat diwadahi-Nya (ayat 7). Kekuasaan-Nya dibandingkan dengan berbagai kekuatan yang seringkali diandalkan oleh manusia. Kalau raja-raja memiliki kekuasaan, maka kuasa Tuhan jauh melampaui mereka (ayat 16). Jika dibandingkan dengan kekuatan seorang pahlawan, maka kekuatan Tuhan tidak ada batasnya (ayat 16). Kuda yang hebat pun tidak sehebat Tuhan (ayat 17). Namun yang luat biasa, Tuhan yang berkuasa itu tidak digambarkan sebagai penguasa yang arogan. Karena Dia tidak bertindak sewenang-wenang. Malahan Dia peduli dengan ciptaan-Nya. Tuhan mengetahui segala sesuatu, “TUHAN memandang dari sorga, Ia melihat semua anak manusia; dari tempat kediaman-Nya Ia menilik semua penduduk bumi.” (ayat 13-14). Sahabat, Tuhan sangat mengetahui keadaan kita, seburuk apa pun itu: saat dalam kesusahan, sakit-penyakit atau beban yang berat. Itulah sebabnya jangan sekali-kali menganggap Tuhan tidak pernah peduli terhadap kita, apalagi sampai menyalahkan Tuhan. Bukankah ini sering kita lakukan? Mengapa kita harus khawatir? Kita tidak tahu apa yang akan terjadi, tetapi Dia yang memegang masa depan; Dia mengetahui apa yang akan terjadi; Dia tahu segala kebutuhan hidup kita. Adakah sesuatu yang mustahil bagi-Nya? Bahkan pemazmur menggambarkan bahwa Tuhanlah sumber pengharapan manusia (ayat 20-22). Itu sebabnya pemazmur mengajak umat senantiasa memuji-muji Tuhan. Ingatlah! Sahabat, Tuhan yang berkuasa, tetapi tetap peduli membuat kita percaya diri menjalani kehidupan ini. Sesungguhnya setiap orang percaya juga memiliki kuasa yang dapat memengaruhi kehidupan orang lain dan ciptaan lain. Karena itu, kehidupan kita harus dijalani dengan peduli kepada sesama ciptaan Tuhan dan tidak bertindak sewenang-wenang. Mampukan kami Tuhan sehingga kami dapat meneladani perbuatan-Mu. Tuhan memberkati Sahabat dan keluarga. (pg)

TETAP PERCAYA di tengah PENDERITAAN

Selamat jumpa para Pendukung Kristus, apa kabar? Salam sehat penuh syukur karena kita punya Tuhan yang dapat kita andalkan. Sahabat, iman kita mungkin saja diuji ketika kita berada dalam keadaan yang terpuruk, di level paling bawah. Apakah kita akan tetap percaya kepada Allah atau justru meninggalkan-Nya? Saya sadar, memilih tetap percaya kepada Allah pada saat kita belum melihat pertolongan-Nya bukanlah hal yang mudah. Sebab, memilih untuk tetap percaya kepada Allah pun tidak berarti akan melepaskan kita dari berbagai penderitaan. Sebaliknya, apakah berpaling dari Allah akan menjadikan semuanya lebih baik? Sebagai pengikut Kristus status kita adalah anak-anak Tuhan dan kita disebut pula sebagai orang percaya, yaitu percaya kepada Kristus.  Kepercayaan yang dimaksud bukanlah sekadar percaya, tetapi penyerahan penuh kepada Tuhan dan mempercayakan segenap hidup kita kepada-Nya, “Serahkanlah hidupmu kepada Tuhan dan percayalah kepada-Nya, dan Ia akan bertindak;”  (Mazmur 37:5). Sahabat, mari kita menggali berkat dari Mazmur 31:1-25 di bawah judul: “Aman dalam tangan Tuhan.” Dalam penderitaan ada banyak sekali godaan yang dapat membuat kita mengeluh, bersungut-sungut kepada Allah, menyerah, tidak mau memercayai Allah, atau meninggalkan iman, kepada apa yang bukan Allah. Mazmur 31 diawali dengan keluh kesah Raja Daud. Ia merasakan keadaan yang begitu sesak, sakit hati, jiwa, dan tubuhnya merana, serta sepanjang hidupnya hanya diselimuti oleh duka dan keluh kesah (ayat 10-11). Penderitaannya bertambah karena ia menjadi celaan dari para lawannya. Kondisinya begitu menakutkan sehingga orang-orang yang mengenalinya pun pergi jauh menghindar (ayat 12). Sekalipun keadaannya memprihatinkan, ia tetap percaya kepada TUHAN (ayat 15). Ia tahu bahwa kehidupannya ada dalam tangan TUHAN (ayat 16). Dengan iman Daud berkata, “Alangkah limpahnya kebaikan-Mu. Terpujilah TUHAN, sebab kasih setia-Nya ditunjukkan-Nya kepadaku dengan ajaib pada waktu kesesakan!” (ayat 20 dan 22). Ia menaruh harapan bahwa dibalik penderitaan panjang terdapat kebaikan Allah bagi mereka yang takut akan TUHAN dan yang berlindung kepada-Nya (ayat 20). Selanjutnya di ayat 25, Daud  mengajak kita untuk tetap setia dan tunduk kepada TUHAN walau kita masih sakit, tetap ada persoalan, pergumulan dan permasalah hidup lainnya. Yakinlah, hanya orang yang berharap kepada TUHAN-lah yang bisa mendapatkan kekuatan dan keteguhan hati dalam menghadapi segala pergumulan hidupnya. Sahabat, ketika pengharapan setiap anak-anak Tuhan hanya diarahkan kepada Tuhan, maka apapun yang Tuhan mau, apapun yang Tuhan kehendaki, apapun yang menjadi selera Tuhan, harus kita turuti, dan hal ini tidak mudah, itulah sebabnya Firman Tuhan katakan kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu hai semua orang yang berharap kepada Tuhan. Mengapa? Karena Tuhan tahu benar bahwa manusia itu memiliki kehendak bebas, jadi akan sulit melepaskan dirinya dari ikatan dunia yang sudah begitu kuat mengikat setiap kita, setiap orang percaya, setiap anak-anak Tuhan. Ingatlah! Sahabat, tidak ada kebaikan dan pertolongan yang sejati di luar Allah. Karena pertolongan-Nya tidak pernah  datang terlambat. Ia akan menunjukkan kasih-Nya dengan cara ajaib. Saat kita berpikir bahwa kita sendirian, maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Tuhan mendengarkan semua permohonan kita dan Ia akan menjawab sesuai waktu dan cara-Nya. Tuhan memberkati Sahabat dan keluarga. (pg)

POPULARITAS: Sebuah Kesia-siaan

Selamat jumpa para Pendukung Kristus, apa kabar? Salam sehat penuh syukur karena kita tidak pernah melupakan Sang Pemberi Hidup. Sahabat, menjadi popularitas, sepertinya menjadi satu hal penting dalam skala prioritas hidup manusia saat ini. Makin terkenal, makin banyak pengikut, makin naik pula status sosialnya. Beragam trik untuk menjadi tenar  bertebaran di mesin pencari. Berbagai cara dilakukan manusia agar tenar dan dikenal banyak orang. Baik tenar karena prestasi atau hanya karena sensasi. Orang ingin dikagumi, dikenal, diperhatikan dan diidolakan. Tidak jarang pula mereka rela menabrak larangan-larangan Tuhan yang bisa jadi dianggap penghalang untuk bisa mencapai popularitas di mata dunia. Dunia terus mengajarkan kita untuk bisa terkenal, sukses, kaya raya, dan itu dipercaya bisa membuat kita bahagia. Sesungguhnya Alkitab tidak pernah mengajarkan kita untuk mengejar popularitas di mata dunia. Populer di mata orang lain itu tidak penting. Bahkan Tuhan mengatakan, “Celakalah kamu, jika semua orang memuji kamu; karena secara demikian juga nenek moyang mereka telah memperlakukan nabi-nabi palsu.” (Lukas 6:26). Mengapa Firman Tuhan harus sampai sekeras itu? Karena semua itu bisa membuat kita lupa diri,  kemudian melupakan Sang Pemberinya sendiri. Sahabat, sekarang kita menggali berkat dari Pengkhotbah 4:7-16 dengan judul: “Kesia-siaan dalam hidup”. Salomo melihat, “lebih baik seorang muda miskin tetapi berhikmat daripada seorang raja tua tetapi bodoh, yang tak mau diberi peringatan lagi” (ayat 13). Dalam dunia kuno, kekuasaan dan kematangan umur jauh lebih berharga daripada kemiskinan dan kemudaan. Salomo membalikkan pemahaman tersebut dengan mengatakan lebih baik orang muda miskin tetapi berhikmat. Pernyataan Salomo menunjukkan penghargaan tinggi terhadap hikmat. Ternyata, orang muda yang miskin, yang bahkan pernah dipenjarakan, kemudian karena hikmatnya, dapat menjadi raja (ayat 14). Rakyat yang sudah jenuh dengan raja tua dan bodoh akan senang mendapatkan seorang raja yang berhikmat. Ia begitu populer dan semua orang yang hidup di bawah matahari berjalan bersama-sama dengan orang muda tersebut (ayat 15). Pada awalnya, tak habis-habisnya rakyat yang senang dengan orang muda yang menjadi raja karena hikmatnya, namun pada akhirnya ia tidak disukai oleh orang yang datang kemudian (ayat 16). Menurut Salomo, hal itu merupakan “kesia-siaan dan usaha menjaring angin,” yaitu sesuatu yang fana dan tidak dapat dipertahankan. Orang yang mengejar arti dan nilai hidup pada popularitas pada akhirnya pasti putus asa. Sebab, popularitas adalah sesuatu yang rapuh, kesia-siaan, fana, dan tidak tahan lama. Marilah mencari tujuan hidup yang berarti, yaitu menjalani panggilan Tuhan dalam hidup kita. Karena itu, manusia yang hidupnya dikuasai oleh popularitas tidak abadi. Sedangkan manusia yang mencari perkenanan Tuhan, selama hidupnya akan mendapat penyertaan-Nya. Sebab, ia hidup dengan cara yang dikehendaki Tuhan. Ingatlah! Sahabat kita diminta untuk menjadi orang benar dan bukan untuk menjadi orang  tenar. Tuhan memanggil kita untuk melakukan apa yang benar dan bukan untuk menjadi populer di mata dunia. Meski di mata orang lain kita tidak diterima sekalipun, tapi Allah selalu menghargai dan menerima keputusan kita untuk tetap tampil sebagai orang benar. Dan itu jauh lebih cukup ketimbang ketenaran di mata manusia yang bisa semakin menyesatkan kita dan semakin menjauhkan kita dari Tuhan. Tuhan memberkati Sahabat dan keluarga. (pg)