Firman Hari Ini
FONDASI KEHIDUPAN
Selamat jumpa para Pendukung Kristus, apa kabar? Salam sehat penuh syukur karena kita telah memiliki fondasi hidup yang kokoh. Sahabat, fondasi merupakan bagian konstruksi yang terpenting pada sebuah bangunan, karena di sanalah terletak tumpuan seluruh beban yang ada di atasnya, juga kekuatan menahan berbagai gaya dari luar. Sebuah fondasi akan tergantung dari berat bangunan (berapa tingkat dan bahan yang digunakan), juga kontur tanah dimana bangunan tersebut didirikan. Ada tanah yang miring, ada tanah yang bekas rawa, ada tanah hasil timbunan, dan lain-lain, sehingga kondisinya benar-benar harus diketahui terlebih dahulu agar fondasinya kuat untuk menahan beban rumah yang ada di atasnya. Kalau fondasi rumah saja begitu penting kita perhatikan, apalagi fondasi kehidupan kita. Kehidupan ini tidaklah mudah untuk dijalani. Selalu ada badai masalah, tekanan, problema dan berbagai rintangan yang akan muncul tanpa permisi. Bagaimana kita bisa bertahan dan tetap tegar di tengah badai kalau fondasi kita lemah? Sahabat, fondasi kehidupan kita begitu penting, sehingga Tuhan Yesus langsung bersabda, “Setiap orang yang datang kepada-Ku dan mendengarkan perkataan-Ku serta melakukannya–Aku akan menyatakan kepadamu dengan siapa ia dapat disamakan–, ia sama dengan seorang yang mendirikan rumah: Orang itu menggali dalam-dalam dan meletakkan dasarnya di atas batu. Ketika datang air bah dan banjir melanda rumah itu, rumah itu tidak dapat digoyahkan, karena rumah itu kokoh dibangun.” (Lukas 6:47-48). Sedangkan Rasul Paulus menyatakan bahwa fondasi hidup orang percaya adalah Tuhan Yesus sendiri, bukan yang lain, “… tidak ada seorangpun yang dapat meletakkan dasar lain dari pada dasar yang telah diletakkan, yaitu Yesus Kristus.” (1 Korintus 3:11). Jadi, yang menjadi fondasi hidup orang percaya bukanlah sebuah pelayanan, keanggotaan atau jabatan dalam struktur keorganisasian di sebuah gereja atau lembaga gerejawi, “Sesungguhnya, Aku meletakkan di Sion sebuah batu yang terpilih, sebuah batu penjuru yang mahal, dan siapa yang percaya kepada-Nya, tidak akan dipermalukan.” (1 Petrus 2:6). Lalu bagaimana agar kita bisa memiliki fondasi kehidupan yang kokoh? Perhatikan kembali Lukas 6:47-48 di atas. Itulah kunci untuk membuat sebuah fondasi kehidupan yang kokoh yang sangat berpengaruh pada kekuatan hidup. Datang kepada Tuhan, mendengarkan perkataan-Nya dan melakukan firman-Nya. Berhenti pada percaya kepada-Nya dan mengetahui firman-Nya saja tidaklah cukup untuk membangun fondasi hidup yang kokoh kuat. Kita harus pula melanjutkan dengan melakukan apa yang Dia ajarkan. Intinya, kita harus melandaskan hidup kita sepenuhnya pada batu karang yang tidak lain adalah Kristus sendiri. (1 Korintus 10:4). Ingatlah! Sahabat, ketika kita masih diberi kesempatan untuk hidup di dunia yang penuh tantangan dan pergolakan ini, janganlah kita salah mendasarkan kehidupan kita. Janganlah kita mendasarkan kehidupan kita pada kekayaan atau kedudukan, atau hal lain yang bersumber dari dunia yang fana. Karena segala sesuatu yang berasal dari dunia, memiliki sifat yang rapuh dan fana. “Sebab, semua yang hidup adalah seperti rumput dan segala kemuliaannya seperti bunga rumput, rumput menjadi kering, dan bunga gugur.” (1 Petrus 1:24). Tuhan memberkati Sahabat dan keluiarga. Tuhan selalu punya cara untuk menolong kita agar dapat memilih fondasi hidup yang benar. (pg)
Firman Hari Ini
KASIH SETIA TUHAN tidak pernah BERUBAH
Selamat jumpa para Pendukung Kristus, apa kabar? Salam sehat penuh syukur. Sahabat, pengenalan akan Tuhan sangat menentukan sikap kita dalam menjalani kehidupan, terlebih bila kesulitan datang: Apakah kita menghadapi masalah dengan penuh pengharapan kepada Tuhan atau menghadapinya dengan sikap putus asa? Mazmur 108:1-14 merupakan doa dan nyanyian syukur yang mengungkapkan semangat dan kesiapan hati Daud untuk menyaksikan perbuatan Tuhan yang besar yang menyelamatkan umat-Nya. Sahabat, kalau Mazmur 53 identik dengan Mazmur 14, maka Mazmur 108 ini merupakan gabungan dari dua mazmur. Ayat 2-6 berasal dari Mazmur 57:8-12, sedangkan ayat 7-14 mengutip Mazmur 60:7-14. Kalau mengingat mazmur adalah respons umat dari waktu ke waktu dalam sejarah panjang Perjanjian Lama, maka tidak heran dalam mengungkapkan perasaannya pemazmur bisa mengutip bagian mazmur lainnya yang sesuai.. Sahabat, Mazmur 108 dimulai dari keyakinan iman pemazmur bahwa Tuhan pasti menjawab doa pergumulannya (ayat 2-6). Kasih setia Tuhan dapat diandalkan. Hal tersebut diteguhkan dengan pernyataan akan kuasa Tuhan atas berbagai suku bangsa yang ada di sekeliling Israel (8-10). Kemudian ditutup dengan menegaskan kebergantungan penuh kepada Tuhan karena manusia tidak dapat diandalkan (11-14). Kasih setia Tuhan kembali menjadi andalan umat-Nya dalam menghadapi masalah apa pun dalam kehidupan ini. Pengalaman hidup orang percaya sangat dinamis, seperti yang terungkap waktu kita merenungkan mazmur. Dari pergumulan karena menghadapi masalah berubah menjadi syukur dan sembah karena mendapat pertolongan Tuhan. Pengalaman tersebut membuahkan keyakinan iman dan pengharapan. Keyakinan akan kebaikan dan kemahakuasaan Tuhan selanjutnya menghasilkan keberanian untuk meminta pertolongan tatkala masalah kembali menimpa. Apa pun masalah yang kita hadapi, ingatlah bahwa kasih setia Tuhan tidak pernah berubah. Sahabat, Daud mau memuji atau bermazmur bagi Tuhan, sebab ia percaya dan menyadari besarnya kasih setia Tuhan. Daud percaya bahwa Tuhan yang berkuasa atas bangsa Israel dan bangsa-bangsa lain akan bertindak menolong dan menyelamatkan umat-Nya pada saat-Nya. Daud sadar bahwa kekuatan manusia sangat terbatas, tetapi pertolongan Tuhan membuat kita bisa berkata, “Dengan Allah akan kita lakukan perbuatan-perbuatan gagah perkasa” (ayat 14). Kehidupan tidak selalu lancar, tetapi jika kita sudah mengalami kebaikan Tuhan dan makin menyadari betapa besarnya kasih setia Tuhan, kita dapat menghadapi keadaan apa pun dengan penuh pengharapan kepada Tuhan. Kita tidak mudah putus asa atau menyerah karena kita percaya bahwa Dia selalu beserta kita. Ingatlah! Sahabat, setiap hari, saat bangun pagi, kita dapat menyambut hari yang baru dengan hati penuh syukur, pengharapan penuh kepada Tuhan, keyakinan bahwa kasih setia dan penyertaan Tuhan akan menopang dan menolong dalam menjalani hari dengan penuh kemenangan. Bahkan, kita dapat memandang segala tantangan dan kesulitan yang kita hadapi sebagai kesempatan melihat Allah memampukan kita untuk melakukan perbuatan gagah perkasa. Tuhan memberkati Sahabat dan keluarga. Tuhan selalu punya cara untuk menolong kita. (pg)
Firman Hari Ini
HIDUP BAHAGIA
Selamat jumpa para Pendukung Kristus, apa kabar? Salam sehat penuh syukur. Sahabat, Mazmur 33:1-22 memang kurang jelas latar belakangnya, tetapi bukan kebetulan jika mazmur ini ditempatkan setelah Mazmur 32, yang berbicara tentang kebahagiaan orang yang diampuni Tuhan. Bila dalam Mazmur 32 kita membaca betapa bahagianya pengampunan Tuhan, maka pada Mazmur 33 kita diperlihatkan bagaimana pengampunan yang sempurna itu menjadi pendorong bagi pemazmur untuk berelasi akrab dengan Tuhan dan menjalani hidup dengan penuh ucapan syukur. Sahabat, sangat menarik sekali ucapan syukur Daud. Ia tidak bersyukur atas kekayaannya, juga bukan karena jabatan raja yang dimilikinya. Ia justru bersyukur untuk dua hal utama, yaitu firman Tuhan (ayat 4-11) dan pribadi Tuhan itu sendiri (ayat 12-18). Alkitab yang terdiri dari Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru adalah buku di atas segala buku, firman Tuhan yang hidup untuk manusia, yang berlaku untuk segala zaman. Jadi isi Alkitab adalah perkataan Tuhan sendiri yang penuh kuasa. Rasul Paulus meyakinkan Timotius, “… bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik.” (2 Timotius 3:16-17). Sahabat, mengapa Alkitab disebut firman Tuhan yang hidup? Karena daripadanya kita mendapatkan makanan dan minuman rohani. Banyak orang berpikir bahwa roti adalah satu-satunya yang dibutuhkan untuk bisa hidup. Memang benar, makanan jasmani diperlukan agar kita dapat bertahan hidup, namun ada hal lain yang diperlukan untuk membuat hidup kita lebih dari sekadar bertahan hidup. Yesus bersabda, “Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah.” (Matius 4:4). Sedangkan mengenai Tuhan, Daud bersyukur karena Tuhan memperhatikan umat-Nya (ayat 13-15,18) serta berkuasa untuk menyelamatkan dan memelihara umat-Nya (ayat 19). Karena itu, Daud berkata, “Berbahagialah bangsa, yang Allahnya ialah Tuhan…” (ayat 12). Sahabat, melalui pengalaman Daud, kita belajar bahwa seseorang yang berelasi dekat dengan Tuhan niscaya akan berdampak pada perspektifnya dalam memandang hidup. Umumnya kita pikir bahwa hidup bahagia adalah hidup berlimpah harta dan kesuksesan. Namun bagi Daud, kebahagiaannya adalah karena ia punya Tuhan dan firman-Nya.Ingatlah! Sahabat, kunci mengalami kebahagiaan, sukacita, damai sejahtera yang sejati hanya kita dapatkan di dalam Alkitab. Dengan kata lain hati manusia hanya dapat dipuaskan dengan firman Tuhan saja. Juga kedewasaan rohani setiap orang percaya hanya dapat bertambah-tambah dan menjadi kuat hanya dengan membaca, mendengar, merenungkan dan melakukan firman Tuhan saja. Sungguh bahwa Alkitab adalah firman Tuhan yang hidup dan berkuasa. Tuhan memberkati Sahabat dan keluarga. Tuhan selalu punya cara agar kita dapat menikmati hidup dengan bahagia. (pg)
BERAPA LAMA LAGI, TUHAN?
Selamat jumpa para Pendukung Kristus, apa kabar? Salam sehat penuh syukur walau hidup kita tidak luput dari penderitaan. Sahabat, penderitaan merupakan bagian hidup manusia. Yang menarik, ketika Daud mengalami penderitaan yang cukup berat dan menekan, tidak membuatnya menyangkal dan meninggalkan Allah. Sebaliknya, ia tetap berseru dan semakin berharap kepada Allah dalam doa yang tiada putusnya. Untuk itu Sahabat saya ajak untuk berefleksi dari kisah pengalaman Daud yang saya ambil dari Mazmur 13:1-6. Sahabat, dalam perikop tersebut, Daud mulai mengungkapkan isi hatinya dengan pertanyaan “Berapa lama lagi Tuhan?” Pertanyaan itu diulangi sampai lima kali. Hal ini menunjukkan betapa kuatnya perasaan Daud seolah-olah dirinya ditinggalkan Allah. Artinya, derita yang dirasakan Daud sangat berat dan sudah mencapai batas yang dapat ditanggungnya. Bak air sudah mencapai hidung. Sebenarnya apa pokok masalah yang sedang dihadapi Daud? Apakah dirinya sedang sakit parah? Apakah keselamatannya terancam? Ternyata tidak. Kuncinya ada di ayat 4-b, “Buatlah mataku bercahaya, supaya jangan aku tertidur dan mati,” Bila mata Daud tidak bercahaya, hal itu berarti Allah tidak bersama dengannya. Apakah benar Allah sudah tidak menyertai Daud lagi? Sahabat, Mazmur 19:9 menyatakan bahwa mata seseorang akan bercahaya karena firman Tuhan. Jika dilihat dari sudut pandang Mazmur 19:9, maka ungkapan Daud menunjukkan bahwa Allah tidak lagi berfirman kepadanya. Tidak adanya firman Allah itulah yang membuat hati Daud goyah. Ia seolah-olah kehilangan pegangan dan tuntunan hidup karena selama ini hidupnya berlandaskan pada firman Allah. Itulah alasannya Daud meratap, “Berapa lama lagi Tuhan?” Mazmur 13:1-6 ini merupakan ungkapan isi hati Daud saat ia mengalami pergumulan yang sangat berat. Hari-hari Daud penuh kegelisahan karena ia terus dikejar-kejar Saul yang hendak membunuhya. Bisa dibayangkan betapa tidak tenangnya perasaan Daud karena dihantui oleh bahaya kematian. Selain itu Daud juga harus menghadapi bani Amalek, suatu bangsa yang menjadi musuh bangsa Israel. Daud benar-benar dalam tekanan yang hebat. Wajar bila Daud sempat putus asa dan mengeluh kepada Tuhan, “Berapa lama lagi, Tuhan, Kaulupakan aku terus-menerus? Berapa lama lagi Kausembunyikan wajah-Mu terhadap aku? Berapa lama lagi aku harus menaruh kekuatiran dalam diriku, dan bersedih hati sepanjang hari? Berapa lama lagi musuhku meninggikan diri atasku?” (ayat 2-3). Ingatlah! Sahabat, pengalamannya bersama Allah yang penuh kasih dan setia membawa Daud pada pengharapan bahwa Allah akan melepaskan penderitaannya. Sebab itu, dengan keyakinan ia berkata bahwa kasih setia kepada Allah dan perjanjian-Nya saja ia percaya (ayat 6-a). Kasih setia tanpa syarat inilah yang menjadi kekuatan Daud untuk terus berseru kepada Tuhan. Ketika kita sedang menderita, hanya Tuhan yang mau mengerti isi hati dan keluh kesah kita. Di sinilah kita baru bisa semakin mengenal Allah dan membuat kita dapat berkata seperti Daud, “kepada kasih setia-Mu aku percaya” (ayat 6a). Tuhan memberkati Sahabat dan keluarga. Tuhan selalu punya cara untuk mengangkat segala penderitaan kita. (pg)
BERMAZMUR bagi ALLAH
Selamat jumpa para Pendukung Kristus, apa kabar? Salam sehat penuh semangat memuji dan memuliakan nama Tuhan. Sahabat, Mazmur pamungkas (Mazmur 150) mengajak orang percaya untuk memuji Tuhan. Mazmur tersebut mau mengatakan bahwa memang Tuhan itu layak dipuji. Dia yang kudus, yang menguasai cakrawala, yang perkasa dengan segala kebesaran-Nya. Dengan apa memuji Tuhan? Tentunya dengan segala yang ada pada kita. Dengan tubuh kita, melalui harta kita, dengan sikap dan perbuatan kita. Melalui segala aspek kehidupan ini, kita diminta untuk memuliakan Tuhan. Ajakan menyembah Tuhan merupakan kesempatan untuk menghayati ulang kebesaran dan kemuliaan-Nya, serta terkagum-kagum akan karya-Nya yang ajaib. Kalau motivasi kita keliru, atau penghayatan kita dangkal, atau kita ternyata sedang mendua hati dengan hal-hal dunia ini yang lebih menarik daripada dengan Tuhan, kita perlu bertobat! Lantunkan ulang Mazmur 150. Sahabat, mengapa kita harus memuji Tuhan di segala waktu? Karena kita diciptakan Tuhan dengan tujuan memberitakan kemasyuran-Nya. Tuhan berkata, “umat yang telah Kubentuk bagi-Ku akan memberitakan kemasyhuran-Ku.” (Yesaya 43:21) Memuji Tuhan adalah perintah Tuhan, dan sebagai anak-anak-Nya kita harus taat melakukannya, “Sebab itu marilah kita, oleh Dia, senantiasa mempersembahkan korban syukur kepada Allah, yaitu ucapan bibir yang memuliakan nama-Nya.” (Ibrani 13:15) Tuhan sangat menikmati puji-pujian yang dinaikkan oleh umat-Nya, karena itu Ia selalu hadir dan bertahta di atas pujian kita. Meski berada di situasi sulit dan sepertinya kegelapan pekat mengelilingi hidup kita biarlah kita tetap memuji-muji Tuhan, karena ketika kita melakukannya Tuhan akan hadir melawat kita. Kehadiran-Nya pasti membawa dampak luar biasa dalam kehidupan kita: memulihkan, menyembuhkan, menolong bahkan memberkati kita. Daud menulis, “Sungguh, bermazmur bagi Allah kita itu baik, bahkan indah, dan layaklah memuji-muji itu.” (Mazmur 147:1). Sahabat, sebagai manusia Daud pun pernah dan sering mengalami masalah atau pun tekanan dalam hidupnya, namun ia tidak menjadi putus asa dan terus-menerus tenggelam dalam kepedihan, ia tetap dapat memuji-muji Tuhan. Itulah sikap yang patut kita teladani. seperti yang dilakukan Daud. “Aku hendak memuji TUHAN pada segala waktu; puji-pujian kepada-Nya tetap di dalam mulutku.” (Mazmur 34:2). Memuji Tuhan tidak terbatas hanya pada saat kita beribadah di gereja saja. Mari kita ubah keadaan yang buruk dan kepedihan hati menjadi sorak kemenangan dengan kuasa puji-pujian. Masalah dan pencobaan boleh saja datang, tetapi sebagai orang percaya kita harus belajar untuk tetap mengucap syukur dan memuji-muji Dia. Kalahkanlah kesedihan dan tekanan di hati kita dengan kuasa puji-pujian. Ingatlah! Sahabat, saat memuji Tuhan kita memberi kesempatan Tuhan menyatakan kuasa-Nya: mengubah keadaan buruk menjadi kemenangan! Jangan pernah berhenti memuji dan menyembah Tuhan! Karena itu pada saat kita dalam pergumulan, tekanan, dan kesakitan, angkat hati Saudara dan pujilah Tuhan. Sebab saat kita memuji dan menyembah Tuhan, Tuhan sedang mengambil alih peperangan kita, artinya Tuhan berperang ganti kita. Selamat ulang tahun ke-36 Sekolah Musik Christopherus. Teruslah mempersiapkan banyak anak Tuhan untuk menjadi pemuji dan penyembah Tuhan yang handal. (pg),
PESERTA PERTANDINGAN IMAN
Selamat jumpa para Pendukung Kristus, apa kabar? Salam sehat penuh semangat untuk mengikuti pertandingan iman. Sahabat, Rasul Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Korintus (1 Korintus 9:24-27) menggambarkan bahwa kita sebagai orang percaya, bagaikan seorang atlet yang sedang berada di arena pertandingan. Kita masing-masing sebagai peserta bukan sebagai penonton. Bertanding untuk memperoleh suatu mahkota yang abadi. Sahabat, ada perbedaan mencolok antara peserta dan penonton. Penonton paling mahir berkomentar, melontarkan kritikan dan hujatan terhadap peserta lomba karena ia hanya menonton, bukan turut bertanding. Sedangkan bagi peserta lomba, ia harus berjuang begitu rupa di gelanggang pertandingan, bermandi peluh dan tak jarang harus mengalami cidera di tengah pertandingan. Ingatlah bahwa sebagai penonton sampai kapan pun tidak pernah berhak mendapatkan medali atau piala atau penghargaan lainnya; yang berhak menerima adalah peserta pertandingan! Rasul Paulus menggambarkan bahwa sesungguhnya kita sebagai orang percaya dalam kehidupan rohani harus ikut dalam pertandingan iman. Yang membedakan antara pertandingan iman dan pertandingan di gelanggang olahraga adalah hadiah yang hendak kita kejar. Dalam pertandingan iman, setiap peserta berjuang untuk mendapatkan mahkota yang abadi; dan untuk mendapatkan mahkota yang abadi itu ada harga yang harus kita bayar! Rasul Paulus bersaksi, “… aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak.” (1 Korintus 9:27). Tuhan rindu memberkati anak-anak-Nya di segala bidang yang ditekuninya dan Ia berjanji untuk menambahkan semua berkat itu jika kita mau mendahulukan Dia dan kebenaran-Nya (Matius 6:33). Namun ukuran kesuksesan sejati orang percaya bukanlah berkenaan dengan berkat-berkat materi (kekayaan, pangkat atau ketenaran), melainkan sebuah mahkota abadi yang akan Tuhan anugerahkan kelak.Sahabat, ada hal-hal yang harus diperhatikan saat kita menjadi peserta pertandingan iman: kita harus menanggalkan beban dan dosa, “Karena…marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita.” (Ibrani 12:1). Coba bayangkan jika ada peserta pertandingan yang tetap memikul beban di punggung saat berlari! Sampai berapa lama ia akan mampu bertahan? Cepat atau lambat ia pasti akan mengalami kelelahan yang sangat dan kemudian menyerah di tengah jalan. Beban berbicara tentang masalah dan pergumulan hidup ini. Ingatlah! Sahabat, mahkota abadi adalah ukuran kesuksesan yang sejati bagi orang percaya! Rasul Paulus harus mengalami penderitaan demi melayani Tuhan, bahkan pada masa tuanya ia harus sendirian berada di penjara dan akhirnya meninggal dipancung. Menurut ukuran dunia ia bukanlah orang yang berhasil. Tetapi menjelang akhir hidup Paulus dengan rasa bangga berkata, “Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman.” (2 Timotius 4:7). Tuhan memberkati Sahabat dan keluarga. Tuhan selalu punya cara untuk dapat memberi kekuatan kepada kita agar terus dapat berlari hingga garis akhir dengan selamat. (pg)