Saling TOPANG MENOPANG
Selamat jumpa para Pendukung Kristus, apa kabar? Salam sehat dan Tuhan beserta kita sepanjang hidup. Sahabat, pada umumnya ketika kita membaca kalimat tentang kehidupan yang disertai, maka pikiran kita akan langsung tertuju kepada Tuhan yang menyertai kita. Itu tidak salah, tapi kita tidak boleh melupakan bahwa seringkali kuasa penyertaan Tuhan itu seiring sejalan dengan cara Tuhan dalam menghadirkan orang-orang yang ada di sekitar untuk menyertai kehidupan kita. Melalui kehidupan orang-orang yang ada di sekitar kita, kuasa penyertaan Tuhan seringkali terjadi. Pandemi Covid – 19 yang berkepanjangan membuat sebagian orang percaya merasakan adanya beban hidup yang menindih yang membuat mereka merasa lelah dan penat secara rohani. Dalam situasi seperti ini kita sangat membutuhkan kehadiran orang lain untuk menguatkan dan menopang, “Berdua lebih baik dari pada seorang diri, karena mereka menerima upah yang baik dalam jerih payah mereka. Karena kalau mereka jatuh, yang seorang mengangkat temannya, tetapi wai orang yang jatuh, yang tidak mempunyai orang lain untuk mengangkatnya!” (Pengkhotbah 4:9-10). Sahabat, untuk itu mari kita menggali berkat dari Keluaran 17:8-16 di bawah judul: “Kemenangan orang Israel melawan orang Amalek.”Ketika bangsa Amalek menyerang orang-orang Israel yang tengah berada di Rafidim, Musa segera memberikan perintah kepada Yosua untuk menyiapkan pasukan yang baik untuk berperang melawan bangsa Amalek. Tentu saja strategi perang juga dipercayakan kepada Yosua. Selain itu, Musa memberikan dukungan moral kepada Yosua bahwa ia akan berdiri di puncak bukit sambil memegang tongkat Allah sebagai simbol kuasa dan perlindungan Allah. Begitulah keduanya menjalankan peran dan fungsinya masing-masing (ayat 8-10). Strategi dan kekuatan militer yang dilakukan Yosua beserta pasukan Israel ditopang oleh kuasa Allah melalui Musa, dibantu Harun dan Hur, dengan mengangkat tongkat Allah sebagai tanda permohonan agar Allah menyatakan kuasa dan perlindungan-Nya sehingga peperangan tersebut dapat dimenangkan oleh bangsa Israel (ayat 11-13). Sahabat, begitulah pengakuan yang harus diingatkan kepada bangsa Israel turun-temurun bahwa Tuhanlah yang berperang melawan musuh. Tuhanlah yang memberikan panji kemenangan bagi umat pilihan-Nya (ayat 14-16). Pelajaran yang kita dapatkan: sekalipun merasa lelah dan penat, tapi bila ada yang menopang, maka musuh pasti dapat dikalahkan. Karena itu, firman Tuhan menasihati kita untuk saling menopang dan menguatkan di antara saudara seiman, “Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus.” (Galatia 6:2). Ingatlah! Sahabat, Allah merupakan sumber kehidupan, kekuatan, perlindungan, dan penghiburan. Kita patut bersyukur karena Tuhanlah yang ada di balik kemenangan kita. Sesungguhnya kekristenan identik dengan kasih, yaitu kasih yang bukan sekadar slogan, melainkan kasih yang disertai dengan tindakan nyata. Jika ada saudara kita sedang lemah tak berdaya, adakah kita tergerak hati untuk menolongnya? Rasul Paulus mengingatkan, “Kita, yang kuat, wajib menanggung kelemahan orang yang tidak kuat dan jangan kita mencari kesenangan kita sendiri.” (Roma 15:1). Tuhan memberkati Sahabat dan keluarga. (pg).
JATUH CINTA kepada TAURAT TUHAN
Selamat jumpa para Pendukung Kristus, apa kabar? Salam sehat penuh cinta. Sahabat, apakah kamu pernah merasakan jatuh cinta? Kata Titiek Puspa, jatuh cinta itu berjuta rasanya. Biar siang biar malam terbayang wajahnya. Jatuh cinta itu berjuta indahnya. Biar hitam biar putih manislah nampaknya. Hampir semua orang pasti pernah merasakan apa yang namanya jatuh cinta. Cinta membuat hati orang berbunga-bunga, dunia terasa menjadi milik berdua, yang lain menumpang. Ketika terpisah oleh jarak, rasa rindu pun menyerang, hasrat ingin bersua pun bergelora. Rasa rindu dan cinta akan terobati ketika mereka berjumpa dan menghabiskan waktu bersama. Sebuah ungkapan cinta ditulis lengkap oleh Daud dalam Mazmur 119:97-104. Bukan kepada seseorang, tetapi tentang rasa cintanya yang begitu menggelora kepada Taurat Tuhan. Sebenarnya tidak hanya dalam Mazmur 119 saja, tetapi jika kita melihat isi dari kitab Mazmur, maka kita akan menemukan ada begitu banyak ayat yang menyatakan kecintaan sang Penulis kepada Taurat Tuhan. Tapi mengingat keterbatasan halaman, kali ini mari kita batasi hanya menggali pasal 119:97 – 104. Daud menggambarkan dengan indah mengenai rasa cintanya dan apa yang dia perbuat kepada Taurat Tuhan yang sangat ia cintai itu. Dengan antusias Daud berseru, “Betapa kucintai Taurat-Mu! Aku merenungkannya sepanjang hari.” (ayat 97). Dalam Mazmur 119:97-104 Daud menyatakan diri sebagai seorang yang sedang jatuh cinta. Rasa cinta yang mendalam ia tujukan kepada Taurat Tuhan. Ada cukup banyak orang percaya menganggap bahwa membaca dan merenungkan firman Tuhan adalah kuno, ketinggalan zaman, pekerjaan yang sangat membosankan dan menjadi beban tersendiri. Karena itu mereka melakukannya tidak dengan sepenuh hati, tapi setengah hati atau terpaksa. Berbeda dengan Daud yang menjadikan Taurat Tuhan sebagai kesukaan, “Betapa kucintai Taurat-Mu!” (ayat 97). Karena mencintai Taurat Tuhan maka Daud merenungkannya sepanjang hari. Mengapa Daud begitu mencintai Taurat Tuhan? Daud mengungkapkan betapa ia mencintai Taurat Tuhan yang dapat membuatnya lebih bijaksana (ayat 98), lebih berakal budi (ayat 99), dan lebih memiliki pengertian (ayat 100, 104). Taurat Tuhan berkuasa menahan agar seseorang tidak berjalan dalam kejahatan (ayat 101-102). Taurat Tuhan berisi janji-janji Tuhan yang membuat hidupnya bergairah (ayat 103). Taurat Tuhan menjadi petunjuk bagi hidupnya (ayat 104). Ingatlah! Sahabat, bagi Daud, firman Tuhan diibaratkan sebagai pelita yang menerangi jalan hidupnya (105). Tanpa cahaya terang, niscaya kita akan mudah tersandung, tersesat dan menempuh perjalanan yang berisiko. Sayangnya, kita sebagai orang percaya sering tidak sungguh-sungguh menyadarinya. Akibatnya, kita pun tidak dapat menyenangkan Allah melalui ketaatan kita pada firman-Nya. Nah, tunggu apalagi, marilah kita menyediakan waktu setiap hari untuk membaca dan merenungkan firman Allah, agar hidup kita semakin dituntun oleh terang-Nya. Tuhan memberkati Sahabat dan keluarga. Tuhan punya seribu satu cara untuk menolong kita agar kita jatuh cinta berulang kali kepada firman-Nya. (pg)
KEHIDUPAN yang senantiasa BERSUKACITA
Selamat jumpa para Pendukung Kristus, apa kabar? Salam sehat. Semoga dalam menjalani dan menikmati hidup, kita senantiasa dapat memandang kepada Tuhan. Sahabat, senantiasa memandang TUHAN adalah sikap orang percaya yang baik. Bagaimana pun keadaan dan pergumulan hidup yang sedang kita alami, kita harus tetap memandang TUHAN. Daud memberikan contoh dan teladan iman bagi kita untuk selalu memandang kepada Tuhan dalam segala langkah, “Aku senantiasa memandang kepada TUHAN; karena Ia berdiri di sebelah kananku, aku tidak goyah” (Mazmur 16:8) Mazmur 16:1-11 merupakan suatu doa permohonan dan pengakuan iman yang sangat menyentuh realitas kehidupan sehari-hari. Mazmur ini mengajarkan dan menggambarkan dengan jelas bahwa hanya ada satu sumber sukacita, sumber kebahagiaan, sumber perlindungan, dan sumber keselamatan. Tidak ada sumber lainnya yang kekal di luar Tuhan. Harta dan kepunyaan kita yang terbesar adalah beriman kepada Allah. Hanya di dalam Dialah hati kita bersukacita, jiwa kita bersorak-sorak, dan tubuh kita akan diam dengan tenteram. (ayat 7 – 11) Sahabat, Daud mengerti benar bahwa sukacita dan sorak-sorai bukanlah bergantung dari berat-ringannya situasi yang sedang ia hadapi. Tetapi ia percaya bahwa dengan memandang kepada Tuhan, menyadari kehadiran Tuhan yang selalu berjalan di sebelah kanannya dengan setia, akan membuatnya mampu untuk terus berdiri tegak meski situasi sama sekali tidak kondusif. Bagi Daud, kehadiran Tuhan bersamanya merupakan kunci utama yang membuatnya mampu terus hidup dengan penuh sukacita dan keriangan. Bersama Tuhan dia tidak perlu takut. Bersama Tuhan ada solusi, jawaban, pertolongan bahkan kemenangan. Bersama Tuhan kita akan selalu bisa bersukacita. Itu benar-benar disadari Daud.. Senada dengan Daud, Rasul Paulus dalam Filipi 4:4-9 memberi nasihat kepada jemaat di Filipi agar memilih kehidupan yang senantiasa bersukacita. Bahkan ia menegaskan, “Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!” (ayat 4). Senantiasa bersukacita artinya sukacita yang kita miliki tidak tergantung pada suasana hati atau kondisi yang sedang kita alami. Bersukacita senantiasa bukan hal yang mustahil ketika kita menyerahkan segala kekhawatiran kepada Allah di dalam doa (ayat 6). Lebih lanjut, Paulus menasihatkan agar kita selalu berpikir positif (ayat 8). Dengan demikian, damai sejahtera Allah akan memelihara hati dan pikiran kita sehingga kita memiliki sukacita yang melimpah (ayat 7). Sahabat, hati yang bersukacita memancarkan kekuatan, sebaliknya sungut-sungut hanya menambah beban. Situasi kehidupan yang sulit memang tidak akan berubah begitu saja ketika kita memilih untuk tetap bersukacita. Sukacita memang tidak mengubah keadaan tetapi memberikan kekuatan untuk mengatasi setiap kesukaran yang ada. Ingaltah! Sahabat, sadarilah bahwa beban kehidupan akan selalu datang silih berganti. Kabar baiknya adalah, Tuhan tahu dan mengerti pergumulan kita. Dia mendengar dan sangat peduli terhadap semua itu. Yesus berkata, “Marilah kepadaKu, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu” (Matius 11:28). Tuhan memberkati Sahabat dan keluarga. (pg).
HIKMAT: Lebih BERHARGA daripada PERMATA
Selamat jumpa para Pendukung Kristus, apa kabar? Salam sehat penuh hikmat. Sahabat, rasanya kita semua setuju bahwa permata itu merupakan benda berharga. Tidak saja indah, berkilau, tapi permata juga bisa menaikkan gengsi, menjadi ukuran kekayaan, mengangkat martabat seseorang, dan lain sebagainya. Pada masa Perjanjian Lama, adalah hal lumrah untuk menjadikan permata sebagai persembahan bagi raja-raja. Namun ada ungkapan yang sangat menarik yang disampaikan oleh raja Salomo yang terdapat di Amsal 8:11, “Karena hikmat lebih berharga dari pada permata, apapun yang diinginkan orang, tidak dapat menyamainya.” Sahabat, apakah hikmat itu? Wikipedia menyatakan hikmat adalah suatu pengertian dan pemahaman yang dalam mengenai orang, barang, kejadian atau situasi, yang menghasilkan kemampuan untuk menerapkan persepsi, penilaian dan perbuatan sesuai pengertian tersebut. Seringkali membutuhkan penguasaan reaksi emosional seseorang supaya prinsip, pertimbangan dan pengetahuan universal dapat menentukan tindakan seseorang. Hikmat juga berarti pemahaman akan apa yang benar dikaitkan dengan penilaian optimal terhadap suatu perbuatan. Sahabat, permata itu berharga, benar. Tapi Salomo, si raja terkaya justru mengatakan bahwa ada sesuatu yang lebih berharga dari permata. Kalau Salomo mengatakan hikmat itu lebih berharga daripada permata, itu tidak berarti bahwa Salomo menganggap rendah nilai permata. Salomo justru mau bilang ada sesuatu yang jauh lebih penting daripada permata, kemewahan dan kekayaan, yaitu hikmat. Apapun yang termahal yang pernah diinginkan orang tidak akan pernah bisa menyamai harga dari hikmat. Hikmat adalah hal yang sangat penting yang harus dimiliki oleh setiap orang percaya, sebab dengan hikmat, orang dimampukan untuk membuat keputusan dengan benar, dapat membedakan mana yang baik dan mana yang jahat, mana yang harus dilakukan dan mana yang tidak. Hikmat tidaklah sama dengan kecerdasan atau intelektual. Orang dengan indeks prestasi tinggi, punya banyak gelar yang setinggi langit sekalipun tidak menjamin bahwa mereka pasti punya hikmat dalam hidupnya. Sahabat bisa membeli permata atau batu mulia lainnya yang paling indah kapan saja jika Sahabat punya uang yang cukup untuk itu. Sedangkan hikmat adalah sesuatu yang tidak dapat dibeli, tidak dapat dicari, tidak dapat dicuri, dan tidak akan lenyap. Itu sebabnya hikmat ini lebih berharga dari permata. Daud adalah contoh orang yang penuh hikmat. Karena hikmatnya ini Daud mampu menjadi pemimpin yang benar-benar dikagumi oleh rakyatnya seperti tertulis, “… perkataan tuanku raja tentulah akan menenangkan hati, sebab seperti malaikat Allah, demikianlah tuanku raja, yang dapat membeda-bedakan apa yang baik dan jahat. Dan TUHAN, Allahmu, kiranya menyertai tuanku.” (2 Samuel 14:17). Ingatlah! Sahabat, hikmat yang dimiliki Daud adalah buah dari persekutuannya yang karib dengan Tuhan dan ketekunannya dalam merenungkan firman Tuhan di sepanjang hidupnya, “Betapa kucintai Taurat-Mu! Aku merenungkannya sepanjang hari. Perintah-Mu membuat aku lebih bijaksana dari pada musuh-musuhku, sebab selama-lamanya itu ada padaku. Aku lebih berakal budi dari pada semua pengajarku, sebab peringatan-peringatan-Mu kurenungkan.” (Mazmur 119:97-99). Tuhan memberkati Sahabat dan keluarga. (pg)
Firman Hari Ini
ALLAH Kota Benteng yang TEGUH
Selamat jumpa para Pendukung Kristus, apa kabar? Salam sehat. Semoga kita masih dapat menikmati damai sejahtera Allah di tengah banyak bencana alam terjadi di mana-mana. Sahabat, ada banyak hal yang menakutkan yang kita hadapi di dalam hidup ini. Saat ini yang paling menonjol yaitu masalah pendemi Covid-19 dan bencana alam yang susul menyusul terjadi di beberapa daerah di Indonesia. Dalam situasi yang masih mencekam akibat pandemi Covid-19 dan bencana alam, mari kita menggali berkat dari perikop yang berjudul, “Allah, kota benteng kita” yang terdapat di Mazmur 46:1-12. Pemazmur mengingatkan bahwa kita punya Allah yang menjadi kota benteng. Perhatikan bagaimana pemazmur sangat menegaskan hal tersebut dengan menyebutkannya sebanyak dua kali, di ayat 8 dan 12.Sebagai kota benteng, Allah adalah tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti (ayat 2). Sahabat, di zaman dahulu setiap kota selalu memiliki benteng, pintu gerbang kota dan juga tembok yang mengelilingi kota itu, dengan tujuan supaya kota itu terjaga aman dan terlindungi dari serangan musuh. Namun bagaimanapun juga perlindungan dan penjagaan yang dibangun oleh manusia adalah terbatas adanya, tidak seratus persen dapat memberikan jaminan keamanan dan keselamatan yang sempurna, “… jikalau bukan TUHAN yang mengawal kota, sia-sialah pengawal berjaga-jaga.” (Mazmur 127:1-b).Allah adalah kota benteng kita yang teguh. Oleh karena itu, pemazmur mendorong kita agar di tengah kesukaran yang sedang terjadi, kita memandang pekerjaan Tuhan (ayat 9) dan berdiam diri di hadapan-Nya (ayat 11). Frasa “pandanglah pekerjaan Tuhan” (ayat 9) mengacu pada tindakan mengingat apa yang telah Tuhan kerjakan di dalam hidup kita dan di bumi ini. Ingat dan lihatlah sekelilingmu! Perhatikan betapa Allah punya kuasa untuk mengatur segala sesuatu demi kebaikan kita. Kemudian, frasa “Diamlah dan ketahuilah bahwa Akulah Allah!” (ayat 11) menegaskan bahwa apapun yang terjadi dalam hidup kita, hendaknya kita berdiam diri dan tidak mengandalkan kekuatan sendiri, sebaiknya mengandalkan Tuhan. Sekalipun bencana alam menimpa, didera sakit penyakit, pandemi masih merajalela atau persoalan hidup apapun yang membuat kita takut dan gentar, maka pandanglah kepada Tuhan. Andalkanlah Dia senantiasa karena Dialah kota benteng kita yang teguh. Sahabat, pertolongan, perlindungan dan kekuatan yang sejati hanya kita dapatkan di dalam Tuhan, karena Dia adalah benteng hidup kita. Ada tertulis, “Celakalah orang-orang yang pergi ke Mesir minta pertolongan, yang mengandalkan kuda-kuda, yang percaya kepada keretanya yang begitu banyak, dan kepada pasukan berkuda yang begitu besar jumlahnya, tetapi tidak memandang kepada Yang Mahakudus, Allah Israel, dan tidak mencari TUHAN.” (Yesaya 31:1). Ingatlah! Sahabat, seberat bagaimana pun masalah dan tantangan yang kita hadapi, jika kita mau bersandar dan berserah penuh kepada Tuhan, kita pasti beroleh kekuatan untuk menanggungnya, “Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban.” (2 Timotius 1:7). Saat itulah kita pun dapat berkata, “Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.” (Filipi 4:13). Tuhan memberkati Sahabat dan keluarga. (pg)
MENERIMA Si LEMAH dan Si KUAT
Selamat jumpa para Pendukung Kristus, apa kabar? Salam sehat dan tetap rukun-rukun selalu sebagai keluarga besar komunitas orang percaya. Sahabat, Anthony de Mello dalam bukunya yang berjudul: “Doa Sang Katak 2” bercerita tentang Mahatma Gandhi. Pada saat itu Mahatma Gandhi sebagai seorang mahasiswa di Amerika. Ia amat berminat untuk mengenal Yesus Kristus lebih dalam, khususnya khotbah Yesus di Bukit. Semula dia begitu yakin bahwa kekristenan merupakan jawaban yang tepat bagi sistem kasta yang mengganggu India berabad-abad lamanya. Pada suatu hari Minggu dia pergi ke gereja, untuk mengikuti kebaktian. Akan tetapi dia dihentikan di depan pintu masuk gedung gereja dan diberitahu oleh petugas, “Kalau mau ikut kebaktian, Anda bisa melakukan itu di gereja khusus orang hitam di seberang sana. Dia begitu kecewa, kemudian pergi, dan tidak pernah kembali lagi. Untuk itu mari kita menggali berkat dari Roma 15:1-13, di bawah judul: “Orang yang lemah dan orang yang kuat.” Sahabat, ada pepatah Jawa mengatakan, “Asu gedhe menang kerahe”, yang artinya anjing besar menang dalam perkelahian. Namun, Rasul Paulus justru sebaliknya menasihati kita, “Kita, yang kuat, wajib menanggung kelemahan orang yang tidak kuat … “ (ayat 1). Itu berarti kita yang sungguh-sungguh yakin akan apa yang kita percayai, haruslah bersabar terhadap keberatan-keberatan orang yang tidak terlalu yakin dengan apa yang dipercayainya. Paulus melarang kita untuk menyenangkan diri sendiri. Sebaliknya, Sang Rasul menasihati warga jemaat di Roma untuk menyenangkan hati orang lain. Tentu saja bukan hanya menyenangkannya, tetapi alasan yang paling mendasar adalah demi kebaikan orang itu sendiri agar semakin dibangun dalam imannya (ayat 2). Sebagai anggota jemaat Tuhan, kita harus berusaha untuk menciptakan kerukunan satu sama lain, supaya gereja tetap kuat dan kokoh. Meski memiliki latar belakang yang berbeda-beda (status, suku, pendidikan dan sebagainya) kita adalah satu, “… sama seperti tubuh itu satu dan anggota-anggotanya banyak, dan segala anggota itu, sekalipun banyak, merupakan satu tubuh,” (1 Korintus 12:12). Sahabat, jadi kita harus menerima dan memperlakukan orang lain sebagai saudara, sebagaimana Kristus telah menerima dan melayani jiwa-jiwa tanpa pandang bulu, “supaya jangan terjadi perpecahan dalam tubuh, tetapi supaya anggota-anggota yang berbeda itu saling memperhatikan. Karena itu jika satu anggota menderita, semua anggota turut menderita; jika satu anggota dihormati, semua anggota turut bersukacita.” (1 Korintus 12:25-26). Memang bukan persoalan mudah, sehingga kita mesti meminta pertolongan Allah agar Dia memberikan karunia kerukunan kepada umat-Nya, yang berujung pada kemuliaan Allah! Menarik disimak bahwa kerukunan umat Allah tidak dimaksudkan untuk kemuliaan sendiri, tetapi dimaksudkan untuk kemuliaan Allah (ayat 6). Ingatlah! Sahabat, Rasul Paulus menghimbau, “… terimalah satu akan yang lain, sama seperti Kristus juga telah menerima kita, untuk kemuliaan Allah” (7). Itulah cara untuk mencapai kesatuan di antara umat Allah, yang kuat menerima yang lemah sama halnya dengan Kristus yang telah menerima baik yang kuat maupun yang lemah imannya. Tuhan memberkati Sahabat dan keluarga. (pg)
Firman Hari Ini
ALLAH saja TEMPAT kita BERLINDUNG
Selamat jumpa para Pendukung Kristus, apa kabar? Salam sehat dan tetap beriman kepada Yesus bagaimana pun kondisi kita. Sahabat, lebih gampang mana, percaya kepada Allah dalam kesuksesan atau kesukaran? Mungkin sebagian orang lebih mudah memercayai Allah saat dirinya sehat dan berkelimpahan. Ada juga orang yang mengingkari imannya ketika mengalami kesulitan. Tapi tidak demikian dengan Daud, di tengah pergumulan dan kesulitan, ia masih bisa berharap dan percaya kepada Allah. Nyanyian merupakan salah satu bentuk ekspresi perasaan manusia. Orang yang bersedih biasanya menyanyikan lagu sedih, begitu pun sebaliknya. Agak janggal jika orang yang sedang bersedih menyanyikan lagu yang gembira. Bagaimana dengan mazmur yang ditulis pada saat penulis sedang menghadapi masalah. Sahabat, untuk itu mari kita mengupas Mazmur 57:1-12. Mazmur tersebut ditulis saat Daud bersembunyi dalam gua untuk menghindar dari kejaran Saul (ayat 1). Daud begitu terdesak hingga dengan sangat memohon belas kasihan dan perlindungan dari Allah (ayat 2). Kalau kita berada di posisi Daud mungkin kita akan semakin stres dan sulit untuk mengucap syukur. Namun saat berada di dalam gua Adulam inilah Daud menumpahkan carut-marut perasaannya, karena itulah Daud terus membangun imannya dengan bermazmur dan menaikkan puji-pujian bagi Tuhan, “Hatiku siap, ya Allah, hatiku siap; aku mau menyanyi, aku mau bermazmur. Bangunlah, hai jiwaku, bangunlah, hai gambus dan kecapi, aku mau membangunkan fajar!” (ayat 8-9). Sahabat, percaya kepada Allah sepenuh hati adalah modal utama Daud. Dalam perjalanan hidupnya, Daud pernah mengalami kondisi yang sangat sulit. Ada sekelompok orang yang berupaya menghancurkannya. Hal ini diungkapkan Daud dengan gambaran singa buas yang memiliki taring yang tajam seperti tombak dan panah serta lidah bagaikan pedang (ayat 5). Kesukaran yang dialami Daud hampir saja membuat imannya goyah. Di tengah tekanan para musuhnya, ia memilih mengarahkan hati dan jiwanya kepada Allah dan memohon belas kasihan-Nya (ayat 2). Ia percaya bahwa Allah akan mengirim pertolongan dan menyelesaikan persoalan yang sedang dihadapinya (ayat 3). Sahabat, dalam keyakinannya, Allah hadir dan menjawab permohonannya. Allah yang perkasa membalikkan keadaan sehingga jerat yang dipasang para musuhnya menjadi senjata makan tuan (ayat 7). Itu sebabnya Daud merasa aman dan dapat tidur lelap walau dirinya dikelilingi siasat keji dari para musuhnya (ayat 5). Karena itulah, perlindungan Allah dilukiskan Daud bagaikan sayap burung yang menopang hidupnya (ayat 2). Lewat pertolongan-Nya, ia menemukan kasih setia dan kebenaran Allah (ayat 4). Tidak heran apabila Daud bernyanyi, bersyukur, dan bermazmur bagi Allah (ayat 8-10). Dengan cara itu, ia mengumandangkan kemasyhuran, kemuliaan, kasih setia, dan kebenaran Allah yang melampaui kekuasaan yang ada di muka bumi (ayat 6 dan 11). Ingatlah! Sahabat, Allah yang kita kenal dalam Kristus bukan hanya Allah yang peduli, tetapi juga senantiasa bersama dengan kita. Semua kesukaran hidup yang kita alami tidak lebih besar daripada kasih setia-Nya. Arahkanlah hatimu kepada-Nya, maka Ia akan menolongmu. Tuhan memberkati Sahabat dan keluarga. Biarlah kemuliaan-Mu mengatasi seluruh bumi! (pg)