IKATAN PERJANJIAN antara ALLAH dan UMAT

Selamat jumpa para Pendukung Kristus, apa kabar? Salam sehat penuh syukur karena kita menjadi orang percaya yang dengar-dengaran suara Tuhan. Sahabat, mendengarkan merupakan salah satu bagian penting dalam kehidupan dan pertumbuhan rohani orang percaya. Iman timbul dari pendengaran akan firman Allah (Roma 10:17). Demikian pula, iman dapat disesatkan atau pun dibimbing ke jalan yang benar melalui indra pendengaran. Mazmur 81:1-17  menyerukan bangsa Israel untuk mendengar sabda Allah. Mendengarkan adalah fondasi bagi bangsa Israel untuk masuk ke dalam ketetapan Allah dan syarat untuk dapat menghayati perjanjian antara Allah dengan umat-Nya (6b-11). Dalam sejarah Israel, perjanjian Allah dengan umat-Nya diawali dengan perintah untuk mendengarkan-Nya (Ulangan 6:4). Sahabat, Mazmur 81 diawali dengan nyanyian sukacita yang berisi ajakan untuk bersorak-sorai dan bernyanyi bagi Allah (ayat 2-3). Alat-alat musik seperti rebana, kecapi, gambus, dan sangkakala menunjukkan betapa besarnya sukacita ini. Besar kemungkinan nyanyian ini dilakukan dalam sebuah hari raya (ayat 4), yaitu perayaan akan ikatan perjanjian antara Allah dan umat. Allah berjanji untuk melepaskan umat dari segala kesesakan (ayat 7-8), melindungi umat dari musuh dan orang-orang yang melawan mereka (ayat 16-17), serta mengenyangkan mereka dengan gandum dan madu (ayat 16-17). Sebagai gantinya, Allah menuntut umat untuk mendengarkan dan memerhatikan perintah-Nya, yakni setia untuk tidak menyembah allah lain dan hidup menurut jalan-Nya (ayat 9, 10, 14). Cara hidup yang dibangun Allah dengan umat selalu bercorak perjanjian. Mulai dari perjanjian Allah secara personal dengan Nuh, Abraham, Daud, Salomo, hingga perjanjian secara komunal dengan Israel sebagai bangsa. Inilah cara hidup orang percaya, yaitu hidup dalam perjanjian dengan Allah. Itu sebabnya, Alkitab terdiri dari dua bagian, yaitu Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, bukan janji lama atau janji baru. Sahabat, sepanjang hidup sudah berapa banyak janji yang dibuat dan diikrarkan sebagai bentuk perjanjian kita dengan Allah? Lalu, bagaimana kita menjalaninya? Masih setiakah kita dengan janji tersebut? Atau kita yang ingkar janji? Ingatlah bahwa janji-janji kita merupakan bagian dari ikatan perjanjian dengan Allah. Ikatan ini akan membawa kita masuk dalam relasi yang lebih intim dengan Allah. Jalanilah dengan setia dan penuh sukacita sekalipun itu berat. Karena Allah selalu setia dengan janji-Nya bahwa Ia selalu menyertai kita. Itu sebabnya Ia disebut Imanuel. Ingatlah! Sahabat, yang namanya perjanjian tetap menjadi perjanjian, ketika dipegang teguh oleh mereka yang berjanji. Perjanjian akan dianggap batal jika salah satu pihak tidak melaksanakan apa yang dijanjikan. Dalam perjanjian tersebut, Allah adalah pihak yang tidak pernah lalai terhadap janji-Nya. Sebaliknya manusia kerap kali mengingkari janjinya. Meski demikian, Allah tidak pernah membatalkan perjanjian tersebut. Karena Allah mengasihi manusia sebagai gambar dan rupa-Nya. Sebagai manusia kita harus memiliki tekad dan kesetiaan untuk senantiasa memegang janji kita kepada Allah. Selamat ulang tahun ke-49 Yayasan Christopherus. Teruslah melayani bersama dengan gereja-gereja dan untuk gereja-gereja. (pg).

BERKAT bagi UMAT PILIHAN TUHAN

Selamat jumpa para Pendukung Kristus, apa kabar? Salam sehat  penuh sukacita karena kita termasuk orang-orang yang dipilih oleh Tuhan untuk menjadi anak-anak-Nya. Sahabat, secara empiris, kita melihat suatu kenyataan obyektif bahwa seseorang yang ingin dipilih, terpilih dan memenangkan pemilihan dalam suatu kontestasi atau pemilihan, maka ia harus berjuang keras. Ia harus berjuang, berjuang dan berjuang yang tidak hanya menghabiskan tenaga dan pikiran, tetapi juga menghabiskan banyak dana. Memang, kalau kita sempat mengamati, di sekitar kita, banyak proses pemilihan yang tidak memerlukan pengeluaran dana, antara lain pemilihan ketua Rukun Tetangga (RT), pemilihan ketua kelas, pemilihan ketua kelompok arisan dan sejenisnya. Pemilihan bupati,  gubernur, apalagi pedana menteri, dan presiden, tidak mungkin berlangsung dengan cuma-cuma. Para kontestan harus mengeluarkan tenaga, pikiran, waktu dan dana yang tidak sedikit jumlahnya. Sahabat, berkaitan dengan pilih memilih, mari kita belajar dari Mazmur 65:1-14 di bawah judul: “Nyanyian syukur karena berkat Allah”. Melalui Mazmur tersebut, Daud mengajarkan bahwa bersyukur itu sudah selayaknya kita lakukan. Mazmur 65 terdiri atas tiga bagian: Pertama, puji-pujian kepada Allah yang mendengar doa. Umat memasyhurkan Allah di Sion. Mereka datang kepada Allah (ayat 2-3). Di hadapan Allah, Daud sadar akan keberdosaannya dan Tuhan mengampuninya (ayat 4), lalu Pemazmur memuji Allah, “Berbahagialah orang yang Engkau pilih dan yang Engkau suruh mendekat  untuk diam di pelataran-Mu!” (ayat 5-a). Kedua, Daud memuji Allah karena perbuatan-Nya yang dahsyat (ayat 6-9). Kedahsyatan itu dilakukan Tuhan dalam keadilan dan keperkasaan. Ketiga, Tuhan memberkati ladang dan ternak (ayat 10-14). Tuhan memelihara tanah dengan hasil yang melimpah dan Ia memberkatinya. Kalau Tuhan sudah memilih dan menetapkan kita berarti ada maksud-Nya di balik pemilihan tersebut, yaitu untuk menggenapi rencana-Nya melakukan  pekerjaan baik  sebagaimana yang disampaikan Rasul Paulus kepada jemaat di Efesus (Efesus 2:10). Pekerjaan baik yang dimaksudkan bukan hanya berkenaan dengan pekerjaan rohani atau aktivitas-aktivitas kerohanian saja, tetapi juga di berbagai bidang pekerjaan dan profesi Tuhan menghendaki supaya kita menghasilkan buah yang sifatnya kekal.  Karena itu, apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia.  (Kolose 3:23).  Daud menyatakan ada berkat-berkat luar biasa disediakan Tuhan bagi umat pilihan-Nya,  “Kiranya kami menjadi kenyang dengan segala yang baik di rumah-Mu, di bait-Mu yang kudus.”  (ayat 5-b).  Kita akan dikenyangkan dan dipuaskan dengan segala yang baik dari Tuhan.   Ingatlah! Berbahagialah orang yang dipilih oleh-Nya dan disuruh diam di pelataran-Nya yang kudus, karena Dia sudah menetapkan bagian hidup kekal di surga bagi kita. Berbahagialah kita yang mendapat belas kasihan, kebaikan, kebajikan ilahi dan janji Allah, karena Dia sudah memberi kita jaminan hidup kekal yang penuh sukacita dan damai sejahtera di surga. Berbahagialah kita yang memperoleh jawaban dan lawatan-Nya melalui segala perbuatan-Nya yang sangat dahsyat dan ajaib, karena Dia sudah menyelamatkan kita dan semua orang yang percaya kepada-Nya dari hukuman dosa dan kebinasaan kekal. Haleluya! Selamat HUT ke-49 Yayasan Christopherus. Mari kita dukung Christopherus dengan doa, karya, usaha, dan dana. (pg)

MADU dari Gunung Batu

Selamat jumpa para Pendukung Kristus, apa kabar? Salam sehat dan penuh syukut karena kita mempunyai Tuhan yang berkenan  memelihara hidup kita dari hari ke hari. Sahabat, membahas tentang madu tak lepas dari si penghasil madu itu sendiri yaitu lebah.  Ada hal-hal menarik yang dapat kita petik dari kehidupan seekor lebah, yang termasuk dalam golongan serangga.  Lebah suka sekali berada di suasana yang indah, selalu mencari, menemukan dan hinggap pada setiap bunga untuk menghisap nektar atau sari  bunga-bunga tersebut.  Lebah hinggap dari satu bunga ke bunga lain untuk menjemput nektar dan mengumpulkannya di sarang.  Selain itu lebah hidup rukun dalam satu koloni dan patuh pada seekor ratu lebah selaku pemimpin koloni.  Lebah taat kepada pembagian kerja:  ada yang bertugas membuat sarang, ada yang khusus bertugas mencari nektar, ada yang menjaga sarang, dan ada juga yang menjaga ratu lebah.  Lebah madu adalah serangga sosial.  Sahabat, berbicara mengenai madu, mari kita berefleksi dari Mazmur 81:17, “… umat-Ku akan Kuberi makan gandum yang terbaik dan dengan madu dari gunung batu Aku akan mengenyangkannya.” (Mazmur 81:17) Sahabat, sangat menarik, lebah di Timur Tengah biasa membuat sarang dan menyimpan madunya di tanah, di bawah gunung batu, atau di celah-celah gunung batu. Mengapa Tuhan menjadikan madu dari gunung batu sebagai salah satu janji persediaan-Nya bagi kita? Bisa jadi madu dari gunung batu mewakili produk madu terbaik. Bisa jadi pula itu metafora dari sesuatu yang manis, yang timbul dari situasi yang keras atau sulit. Kalau sebagai metafora, gunung batu mengacu pada tempat yang curam, terjal, dan keras. Itu merupakan salah satu lukisan perjalanan iman kita di dunia ini. Sepanjang hidup, kita akan banyak menghadapi tempat-tempat yang keras, banyak tantangan atas iman kita, dan perkara-perkara yang sulit diatasi. Tetapi, di tempat seperti itu sesungguhnya Tuhan sedang membentuk dan membawa kita menuju tataran iman yang lebih tinggi. Jangan pernah menyerah, sebab di tempat yang keras sekalipun, Tuhan selalu menyertai kita. Dia tidak akan membiarkan dan meninggalkan kita sendirian. Kita akan mengalami berkat termanis dari pengalaman-pengalaman berat yang kita lalui.  Sahabat, selain itu orang percaya yang hidup bersungguh-sungguh di dalam Tuhan.  Ia memiliki gaya hidup seperti lebah yang tidak lagi tertarik dengan hal-hal yang kotor dan jorok, melainkan lebih tertarik kepada hal-hal yang baik dan indah, dan menjauhkan diri dari segala bentuk kecemaran,  “Allah memanggil kita bukan untuk melakukan apa yang cemar, melainkan apa yang kudus.”  (1 Tesalonika 4:7).  Selain itu ia akan suka  tinggal  di dalam firman,  dengan merenungkannya siang dan malam, sebab Taurat Tuhan itu  lebih manis dari pada madu, bahkan dari pada madu tetesan dari sarang lebah (Mazmur 19:11-b). Ingatlah! Sahabat, mungkin ada diantara  kita yang bertanya mengapa Tuhan tidak menyingkirkan saja gunung batu yang keras itu dari kehidupan kita? Ada cukup banyak orang  yang tidak tahan kalau harus melewati jalan yang keras. Namun, kita percaya bahwa Tuhan mengetahui hal terbaik yang kita perlukan. Jalan-jalan yang keras itu justru berguna untuk mengencangkan otot iman kita dan mendewasakan kerohanian kita. Sesungguhnya pada waktunya kita justru akan mensyukuri madu yang timbul dari gunung batu tersebut. Madu yang manis tersedia di tempat yang keras, terjal, dan sulit. Itulah paradoks perjalanan iman kita. Selamat ulang tahun ke-49 Christopherus. Mari kita terus bergandengan tangan, merapatkan barisan, melayani Tuhan dan sesama melalui wadah yayasan Christopherus. (pg)

MENGAPA harus MARAH?

Selamat jumpa para Pendukung Kristus, apa kabar? Salam sehat penuh kesabaran. Sahabat, melihat orang fasik berhasil dalam hidupnya dan tinggal dalam kenyamanan, kadang timbul pertanyaan dan juga rasa kesal, marah dan iri,  “Mengapa orang fasik hidupnya serasa mujur dan tak punya masalah, sedangkan aku yang mengikuti Tuhan dengan sungguh-sungguh mengalami banyak pergumulan dan kegagalan?”  Jangan cepat marah, gelisah, dan susah, mari kita simak Mazmur 37:1-11. Daud membuka  perikop ini dengan mengingatkan, “Jangan marah karena orang yang berbuat jahat, jangan iri hati kepada orang yang berbuat curang; sebab mereka segera lisut seperti rumput dan layu seperti tumbuh-tumbuhan hijau.” (ayat 1 dan 2)  Sahabat, Daud mengajak kita untuk jangan marah, dengki dan iri terhadap orang yang berbuat jahat dan curang. Hal itu sama sekali tidak berguna. Karena orang yang berbuat jahat dan curang akan lisut seperti rumput dan layu seperti tumbuh-tumbuhan hijau. Artinya, kejahatan dan kecurangan mungkin sesaat terlihat membawa keberhasilan, namun hal itu tidaklah lama. Cepat atau lambat, kecurangannya akan terungkap dan menjadi aib bagi dirinya. Oleh sebab itu, percayalah kepada Tuhan. Percayalah kepada-Nya. Lakukanlah yang baik, lebih baik dan terbaik. Diamlah di negeri yang sudah dijanjikan-Nya dan berlakulah setia. Lalu bergembiralah karena Tuhan. Sebab Ia akan memberikan kepada kita segala sesuatu yang diinginkan hati kita (ayat 3 dan 4) Sahabat, selanjutnya Daud mengingatkan  supaya menyerahkan hidup kita kepada Tuhan. Agar kita percaya kepada-Nya. Karena Ia, Tuhan Allah kita, akan bertindak tepat pada waktu-Nya. Tuhan Allah kita akan memunculkan kebenaran kita dengan terang benderang. Kemudian, Allah akan menunjukkan hak kita dengan nyata seperti siang hari (ayat 5 dan 6). Berikutnya, berdiam dirilah di hadapan Tuhan. Tatap dan selidikilah hati kita. Renungkanlah karya besar-Nya bagi kita. Ucapkanlah syukur bagi-Nya! Tuhan yang memberi kita kehidupan. Tuhan yang selalu menyertai, menolong, menopang, melindungi dan memberkati kita. Lalu, nantikanlah Dia. Nantikanlah lawatan, jamahan, penyertaan dan kelimpahan berkat kasih setia, belas kasihan dan kasih karunia-Nya bagi kita (ayat 7 dan 8). Sekali lagi, janganlah marah dan jangan pula panas hati, karena hanya akan membawa diri kita kepada kejahatan. Ingat-ingatlah! Kemarahan itu hanya akan membawa seseorang kepada kejahatan yang menuju ke jurang maut, kematian dan kebinasaan yang paling gelap. Dalam ayat 9 dinyatakan dengan sangat jelas bahwa orang-orang yang jahat akan menerima ganjarannya. Lebih lanjut ayat 10 menyatakan dengan sangat jelas  bahwa sedikit waktu lagi, orang-orang fasik akan lenyap. Dengan kalimat lain, orang-orang fasik akan binasa. Karena itu, jika kita memerhatikan di tempatnya, maka ia sudah tidak ada lagi. Ingatlah! Sahabat, berbahagialah kita yang rendah hati, tidak marah, tidak iri hati, tidak tinggi hati, tidak dendam, tidak dengki, tidak berselisih dan tidak bermusuhan, karena Dia sudah menyediakan bagi kita bagian hidup kekal yang sangat indah, penuh sukacita dan damai sejahtera di Kerajaan Allah yang berlangsung selamanya.  Selamat ulang tahun ke-49 Christopherus. Teruslah beritakan Injil, baik atau tidak baik waktunya. (pg)

JATUH, namun BANGUN kembali

Selamat jumpa para Pendukung Kristus, apa kabar? Salam sehat dan penuh syukur karena ketika kita mengalami kegagalan, kita dapat bangkit dan meraih keberhasilan. Sahabat, sesungguhnya  semua orang pasti pernah mengalami kegagalan di sepanjang hidupnya, bukan sekali atau dua kali, tapi mungkin berkali-kali, lebih dari jumlah jari tangan kita. Apa respons kita dengan kegagalan-kegagalan kita? Sebagai orang percaya kita dididik dan dilatih untuk tidak mudah menyerah dalam situasi bagaimana  pun, melainkan terus berdoa dan berjuang untuk bangkit kembali.  Sahabat, setiap orang yang percaya kepada Tuhan Yesus menyandang predikat baru sebagai orang benar.  Yang menjadi masalah, ada cukup banyak orang yang berasumsi bahwa sebagai orang benar,  perjalanan hidup yang kita tempuh akan terus mulus dan kalis dari kegagalan dan kejatuhan.  Tetapi Daud meyakinkan,  “TUHAN menetapkan langkah-langkah orang yang hidupnya berkenan kepada-Nya; apabila ia jatuh, tidaklah sampai tergeletak, sebab TUHAN menopang tangannya.”  (Mazmur 37:23-24).  Itu berarti orang benar bisa saja jatuh sewaktu-waktu.  Adam dan Hawa yang diciptakan oleh Tuhan segambar dan serupa dengan diri-Nya, dapat jatuh dalam dosa.  Kejatuhan mereka  sebagai akibat dari ketidaktaatan mereka sendiri, karena termakan oleh tipu muslihat dari si Iblis. Namun selama kita masih berada di zaman anugerah, Tuhan masih memberikan kesempatan kepada kita untuk bangkit,  “Sebab tujuh kali orang benar jatuh, namun ia bangun kembali, tetapi orang fasik akan roboh dalam bencana.”  (Amsal 24:16).  Tentu saja, hal tersebut tidak sekadar berbicara soal tekad dan semangat untuk bangkit, tetapi merespons kegagalan dengan cara yang tepat supaya kegagalan yang ada tidak sampai terulang lagi. Evaluasi diri, belajar dari kesalahan, mendengar nasihat atau petuah dari orang lain, dan tidak lupa membawa rencana ini dan itu kepada Tuhan, adalah beberapa cara yang dapat dilakukan dalam rangka bangkit dari kegagalan atau kejatuhan. Meratapi nasib dan sedih berkepanjangan, apalagi menyalahkan Tuhan, sama sekali bukanlah tindakan yang bijak untuk merespons kegagalan Sahabat, ada kalanya, ketika  kita mengalami kegagalan demi kegagalan, kita merasa lelah untuk berdoa, berharap, dan berjuang, lalu kita mulai membuat banyak  alasan untuk berhenti berdoa dan berusaha. Salomo mengingatkan, “Siapa senantiasa memperhatikan angin tidak akan menabur; dan siapa senantiasa melihat awan tidak akan menuai.”  (Pengkhotbah 11:4).  Tuhan tidak menghendaki kita terpaku kepada kegagalan-kegagalan masa lalu, melainkan terus maju menatap ke depan. Justru kita harus menjadikan kegagalan sebagai cambuk untuk kita keluar dari zona nyaman dan mengizinkan Tuhan untuk bekerja lebih dan lebih lagi di dalam hidup kita,  “… aku yakin sepenuhnya, yaitu Ia, yang memulai pekerjaan yang baik di antara kamu, akan meneruskannya sampai pada akhirnya pada hari Kristus Yesus.”  (Filipi 1:6).  Ingatlah! Sahabat, tetaplah percaya kepada Tuhan bahkan saat kita berada di titik nadir sekali pun dan tak berdaya, “Ia takkan membiarkan kakimu goyah, Penjagamu tidak akan terlelap. Sesungguhnya tidak terlelap dan tidak tertidur Penjaga Israel. Tuhanlah Penjagamu, Tuhanlah naunganmu di sebelah tangan kananmu.”  (Mazmur 121:3-5).  Janji Tuhan adalah ya dan amin, tiada janji yang tak ditepati-Nya! Selamat ulang tahun ke-49 Yayasan Christopherus. Peganglah pesan Rasul Paulus, “Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dab layanilahg Tuhan.” (Roma 12:11). (pg)

MELAMBATKAN TEMPO Kehidupan Kita

Selamat jumpa para Pendukung Kristus, apa kabar? Salam sehat dan terus mengingat segala kebaikan Tuhan dalam hidup kita. Sahabat, Daud dalam Mazmur 40:1-18 mengajak kita untuk melihat ke masa lampau. Tuhan telah banyak melakukan perbuatan yang besar bagi umat-Nya, termasuk kita. Perbuatan-perbuatan itu menjadi saksi atas kebaikan Allah. Itu berarti kita tidak akan pernah kehabisan alasan untuk mengucap syukur kepada Tuhan. Jika kita merasa tidak ada hal yang bisa kita syukuri, maka sangat mungkin hal itu terjadi karena kita kurang menaruh perhatian kepada apa yang Allah telah kerjakan di dalam hidup kita dan sekitar kita, termasuk gereja lokal kita, juga lembaga/usaha tempat kita bekerja. Sesungguhnya Allah kita hidup dan Ia terus berkarya. Ia tidak pernah tertidur dan Ia tidak pernah tidak peduli. Ini berlawanan dengan konsep Deisme yang menyatakan bahwa Allah telah menciptakan dan pergi meninggalkan ciptaan-Nya. Sebaliknya, Allah terus aktif dan terus menyertai umat-Nya. Sahabat, Carl Honoré,  dalam bukunya yang berjudul: “In Praise of Slow”, dengan tepat membidik fenomena dunia masa kini, yang olehnya disebut tengah dibungkam oleh mitos kecepatan. Kecepatan menjadi “Dewa Zaman Kini”. Segala hal yang berbau cepat dipandang bagus dan baik, bahkan ada yang menganggapnya terbaik dan mengidolakannya. Karenanya, orang-orang zaman now sepertinya dipacu untuk bergerak lebih cepat dan membuat sesuatu yang super cepat. Saya akui kecepatan memang bisa mendatangkan banyak kebaikan. Lalu, apakah yang lambat berarti buruk atau tidak baik? Hal inilah yang coba dikritisi oleh Honoré dalam bukunya tersebut. Apa yang lambat bisa juga mendatangkan kebaikan. Misalnya: mengunyah makanan. Bukankah ilmu kesehatan mengingatkan kita untuk mengunyah 30-an kali untuk satu suapan makanan? Dengan mengunyah secara lambat, maka makanan yang ada menjadi hancur dan lunak dengan baik serta bercampur dengan enzim. Dampaknya, lambung kita tidak bekerja dengan berat. Enzim dalam tubuh pun bisa lebih dihemat. Jadi, apa yang lambat tidak selalu buruk. Itulah sebabnya, Honoré memberi judul pada bukunya: “In Praise of Slow” (Memuja Kelambatan). Sahabat, dalam kaitan dengan kehidupan beriman, situasi dunia yang terasa menuntut kita untuk bergerak cepat, bukan tidak mungkin membuat kita terburu-buru dalam berelasi dengan Tuhan. Kehidupan saat teduh kita, entah kita laksanakan di pagi atau malam hari,  kita lakukan serba tergesa-gesa. Kalau tidak cepat, takut terlambat atau tugas kita hari ini tidak selesai. Alhasil, dalam dunia yang dibungkam oleh mitos kecepatan, bukan tidak mungkin menghasilkan kekeringan spiritual dalam diri orang percaya. Kehadiran dan perbuatan Tuhan dalam kehidupan kita tidak terlalu dirasakan, sebab banyak hal  dibiarkan berlalu dengan begitu cepat. Daud dalam Mazmur 40, menyatakan bahwa ia mengalami banyak perbuatan Tuhan yang ajaib. Dalam ayat 2, ia menyatakan sebagai pribadi yang menanti-nantikan Tuhan. Itu berarti, ia dengan sengaja meluangkan waktunya, untuk merasakan kehadiran dan pertolongan Tuhan. Sesungguhnya Daud merupakan manusia biasa, seperti  kita: punya masalah, ada beban dalam kehidupannya, mengalami pasang surut, dan bisa sakit. Ia membutuhkan pertolongan Tuhan. Pada saat ia melambatkan tempo kehidupannya dengan menantikan pertolongan Tuhan, lalu ia merasakan perbuatan Tuhan yang ajaib atas hidupnya. Berdasarkan pengalamannya tersebut, ia menyatakan bahwa orang yang percaya kepada Tuhan adalah berbahagia, sebab Tuhan sungguh hadir dan bertindak (ayat 5 dan 6). Ingatlah! Sahabat,  kehidupan ini terlalu indah untuk dilalui dalam situasi serba cepat. Melambatkan tempo kehidupan kita bukan berarti kita sedang tidak menghargai waktu anugerah Tuhan. Melambatkan tempo kehidupan kita, akan menolong kita untuk lebih merasakan kehadiran dan perbuatan-Nya di dalam kehidupan kita, “Banyaklah yang telah Kaulakukan, ya TUHAN, Allahku, perbuatan-Mu yang ajaib dan maksud-Mu untuk kami. Tidak ada yang dapat disejajarkan dengan Engkau! Aku mau memberitakan dan mengatakannya, tetapi terlalu besar jumlahnya untuk dihitung.” (ayat 6). Selamat ulang tahun ke-49 Yayasan Christopherus. Pf.: 3 Mei 2021. “Semua untuk Kristus, Kristus untuk Semua.” (pg)