Pemeliharaan Tuhan

Selamat jumpa para Pendukung Kristus, apa kabar? Sehat-sehat dan tetap semangat. Syukur kepada Tuhan, kita masih diberi kesempatan oleh Tuhan untuk memasuki dan menikmati hari terakhir di bulan Juli 2020. Hanya karena anugerah Tuhan semata, perjalanan hidup yang  penuh warna  di sepanjang bulan Juli 2020 telah mampu kita lewati dan esok kita akan memasuki hari baru di bulan Agustus 2020.  Penyertaan Tuhan di hari-hari lalu kiranya semakin meneguhkan iman kita bahwa janji firman-Nya adalah ya dan amin,  “… Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau.”  (Ibrani 13:5b).  Tuhan tidak hanya menyertai kita, tapi Ia juga memelihara hidup kita, karena Dia adalah Jehovah Jireh yaitu Tuhan yang menyediakan kebutuhan kita dan memelihara kehidupan kita seutuhnya;  tidak hanya memenuhi kebutuhan rohani tetapi juga kebutuhan jasmani, karena Dia tahu bahwa kita memerlukan keduanya.  Hanya kita harus ingat firman-Nya yang berkata,  “Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.”  (Matius 6:33).  Ketika Elia berada di sungai Kerit dalam masa kekeringan dan kelaparan, dengan cara-Nya yang ajaib Tuhan memelihara hidup nabi-Nya itu.  “Pada waktu pagi dan petang burung-burung gagak membawa roti dan daging kepadanya, dan ia minum dari sungai itu.”  (1 Raja-Raja 17:6).  Coba kita simak Matius 6:11, “Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya.”  Ayat tersebut merupakan bagian dari Doa Bapa Kami. Sesungguhnya Tuhan Yesus hendak mengajarkan supaya kita tidak khawatir akan kebutuhan kita hari ini, apalagi mencemaskan apa yang akan kita butuhkan pada hari esok.  “Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari.”  (Matius 6:34).  Ingatlah selalu kisah perjalanan hidup bangsa Israel ketika berada di padang gurun, bukankah mereka dipelihara Tuhan setiap hari dengan manna, roti dari surga yang disediakan bagi umat-Nya. Oleh karena itu  “Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur.”  (Filipi 4:6).  Tuhan adalah sumber berkat, sumber segala-galanya bagi kita, maka dari itu marilah kita bergantung penuh kepada Tuhan hari demi hari.  Yakinlah, jika Tuhan sudah membuka pintu berkat bagi kita tak seorang pun dapat menutupnya. Ingatlah! “Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu!”  (Ratapan 3:22-23). GBU & Fam. Better days are coming. (pg).

Terang Itu Bercahaya

Selamat jumpa para Pendukung Kristus, apa kabar? Sehat-sehat dan tetap semangat menjalani dan menikmati hidup yang Tuhan karuniakan kepada kita sampai hari ini. Tuhan memanggil kita untuk menjadi garam dan TERANG dunia. Saya sangat terkesan dengan sambutan dan kesaksian bapak Christopher Christanday (ayah alm.Giona dan Joel) dalam kebaktian  Pemberangkatan Jenazah pada Rabu pagi 29 Juli 2020 di Tiong Hwa Ie Wan. Dia membaca dari Yohanes 1:1-5. Dia sangat menekankan agar kita sebagai orang percaya dapat bercahaya di dunia yang gelap. Tuhan berbicara kepadanya tentang cahaya dan bercahaya. Sesungguhnya sebagai orang percaya di dalam diri kita ada terang ilahi yang harus terpancar.  Tugas kita bercahaya di tengah dunia yang diliputi kegelapan.  Itulah panggilan hidup kita!  “Terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya.”  (Yohanes 1:5). Nah, sekarang coba bayangkan bila dunia ini gelap gulita, tanpa secercah cahaya sedikit pun.  Pasti tidak akan ada kehidupan karena manusia tidak bisa melakukan apa-apa, dan tidak ada makhluk yang dapat hidup.  Karena itu berfirmanlah Tuhan,  “Jadilah terang. Lalu terang itu jadi. Allah melihat bahwa terang itu baik, lalu dipisahkan-Nyalah terang itu dari gelap. Dan Allah menamai terang itu siang, dan gelap itu malam.”  (Kejadian 1:3-5a).  Tuhan pun melengkapi dengan benda-benda langit:  matahari, bulan dan bintang.  Dengan adanya terang, makhluk hidup dapat bertumbuh dan ada kehidupan, manusia pun dapat melakukan aktivitasnya.  Sungguh, semua orang membutuhkan terang atau cahaya.  Memang, kita memiliki mata yang berfungsi untuk melihat, tetapi apabila tidak ada terang atau cahaya, mata kita pun tidak dapat berfungsi untuk melihat. Saat ini dunia masih diliputi oleh kegelapan rohani karena dunia telah dipenuhi oleh segala macam kejahatan dan dosa.  Akibatnya banyak orang mata rohaninya menjadi buta sehingga mereka tidak dapat melihat kebenaran.  Kegelapan inilah yang menuntun manusia kepada kematian kekal.  Itulah sebabnya dunia sangat membutuhkan terang sejati.  Adapun terang sejati itu adalah Tuhan Yesus kristus:  “Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup.”(Yohanes 8:12).  Dua ribu tahun silam Yesus menyinari dunia ini dengan terang-Nya yang ajaib.  Segenap waktu, tenaga dan hidupnya Dia curahkan untuk melayani jiwa-jiwa dengan penuh kasih:  mengajar, menyembuhkan orang sakit, bahkan membangkitkan orang mati.  Bukan hanya itu, Ia pun rela menyerahkan nyawa-Nya, mati di atas kayu salib untuk menebus dosa segenap umat manusia. Kini Tuhan Yesus menyerahkan tongkat estafet itu kepada kita, anak-anak-Nya, untuk melanjutkan tugas-Nya menyinari dunia ini dengan terang surgawi.  Tuhan Yesus bersabda,  “Kamu adalah terang dunia. Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga.” (Matius 5:14, 16). Ingatlah! Tuhan Yesus adalah Terang Sejati bagi dunia! Saat ini Dia menyerahkan tugas-Nya sebagai TERANG kepada anak-anak-Nya, kepada kita semua. Kita diminta menjadi terang untuk bangsa-bangsa,  “Aku ini, TUHAN, telah memanggil engkau untuk maksud penyelamatan, telah memegang tanganmu; Aku telah membentuk engkau dan memberi engkau menjadi perjanjian bagi umat manusia, menjadi terang untuk bangsa-bangsa,”  (Yesaya 42:6). GBU & Fam. Better days are coming. (pg)

Kemajuan Tidaklah Mungkin Tanpa Perubahan

Selamat jumpa para Pendukung Kristus, apa kabar? Salam sehat dan tetap semangat. Hampir setiap manusia ingin hidupnya mengalami perubahan, ada perubahan kearah yang semakin baik. Ada perkembangan, pertumbuhan, dan kemajuan, tidak stagnan. Sudah lebih dari 45 tahun Christopherus mengadakan Persekutuan Doa Pagi setiap hari Kamis. Dalam masa pandemi Covid – 19, Persekutuan Doa tetap diadakan secara online. Ada seorang rekan sepelayanan di Chritopherus, setelah ada Persekutuan Doa Online, hampir setiap Kamis dia berusaha mengubah penampilannya dengan cara mengubah cara menyisir atau memotong rambutnya. Kadang seperti seorang cendekiawan, kadang seperti seorang filsuf, kadang seperti seorang taipan, kadang seperti seorang seniman, dan lain-lain. Yang pasti penampilannya selalu berubah-ubah. Dia melakukan perubahan model menyisir rambutnya, maka berubahlah penampilan. Orang bijak berkata, di dunia ini ada yang tidak berubah yaitu bahwa segala sesuatu yang ada di dunia ini akan terus berubah. Jadi kalau kita tidak mau berubah, kita akan digilas oleh perubahan. Mark Miller (penulis buku) berkata bahwa kemajuan tidak mungkin terjadi jika kita melakukan apa yang biasa kita lakukan. Kemajuan terjadi karena adanya perubahan. Jadi kalau kita ingin hidup kita tidak “begini-begini saja”, lakukan sesuatu yang baru. Beranilah mengambil langkah “Out of The Box Thinking”. Hampir setiap orang memiliki keinginan untuk ada perubahan dalam hidupnya.  Minimal ada perubahan dalam penampilan. Lihatlah.  orang berusaha mengubah penampilannya, mulai dari cara berpakaian, potongan rambut dan sebagainya. Mereka ingin mengikuti tren yang ada.  Ada pula yang aktif rutin pergi ke pusat kebugaran dengan harapan ingin mengubah bentuk fisiknya, agar lebih proporsional dan menarik. Sesungguhnya Tuhan memanggil dan menyelamatkan kita dengan tujuan supaya kita memiliki kehidupan yang berbeda dari orang-orang yang belum percaya.  Dengan demikian keberadaan kita  berdampak dan menjadi kesaksian bagi kemuliaan nama-Nya. Kita dapat dikatakan  “berbeda”  jika ada perubahan hidup yang benar-benar nampak dan bisa dilihat oleh orang lain dengan ditandai buah-buah Roh.  “Jadi hasilkanlah buah yang sesuai dengan pertobatan.”  (Matius 3:8).  Berubah dan berbuah merupakan kehendak Tuhan bagi setiap orang percaya.  Inilah kehendak Tuhan itu:  “Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.”  (Roma 12:2), dan  “Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku.”  (Yohanes 15:8). Mengapa setiap orang percaya harus berubah dan berbuah?  Seorang yang percaya dapat dikatakan berubah apabila karakternya juga berubah.  “Ketika aku kanak-kanak, aku berkata-kata seperti kanak-kanak, aku merasa seperti kanak-kanak, aku berpikir seperti kanak-kanak. Sekarang sesudah aku menjadi dewasa, aku meninggalkan sifat kanak-kanak itu.”  (1 Korintus 13:11).  Berubah berarti bergerak menuju ke arah Kristus dengan meninggalkan sifat kanak-kanak dan bertumbuh menjadi dewasa rohani.  Bukankah masih banyak orang Kristen yang sudah bertahun-tahun mengikut Tuhan dan ditinjau dari sudut umur pun sudah dewasa (tua), namun mereka tetap saja memiliki kerohanian yang kerdil?  “Sebab sekalipun kamu, ditinjau dari sudut waktu, sudah seharusnya menjadi pengajar, kamu masih perlu lagi diajarkan asas-asas pokok dari penyataan Allah, dan kamu masih memerlukan susu, bukan makanan keras. Sebab barangsiapa masih memerlukan susu ia tidak memahami ajaran tentang kebenaran, sebab ia adalah anak kecil.”  (Ibrani 5:12-13). Ingatlah! Jangan terus menjadi bayi atau kanak-kanak rohani!  Jadilah orang percaya yang makin hari makin dewasa.  Perubahan karakter adalah salah satu tandanya.  Kemajuan tidaklah mungkin tanpa perubahan, dan orang yang tidak mengubah pikirannya takkan mampu mengubah apapun. GBU & Fam. Better days are coming. (pg)

Ketaatan

Selamat jumpa para Pendukung Kristus, apa kabar? Mungkin hampir setiap hari kita berdoa agar kita diberi anugerah kesehatan dan keselamatan. Ada bagian yang perlu kita lakukan agar kita dapat sehat dan selamat, khususnya dalam memasuki masa “New Normal” yaitu menaati dan  menjalankan “protokol” yang ditetapkan oleh WHO dan pemerintah Indonesia. Pdt. Stephen Tong berkata,  “Mungkinkah manusia mengenal kehendak Allah? … Allah tidak akan menyatakan pimpinan kehendak-Nya kepada mereka yang tidak berniat taat. Jikalau Saudara tidak berniat untuk taat kepada Tuhan … Dia tidak akan memberitahukan kepada Saudara apa yang harus Saudara jalankan. Di dalam Allah, ada anugerah yang diberikan secara cuma-cuma, tetapi tidak dijual murah”. Sesungguhnya ketaatan adalah hal terpenting dalam kehidupan orang percaya dan merupakan syarat utama yang harus dipenuhi untuk kita mengalami pertumbuhan rohani dan mencapai kedewasaan penuh, bahkan bagi Tuhan Yesus sendiri:  “…Ia telah belajar menjadi taat dari apa yang telah diderita-Nya,”  (Ibrani 5:8), dan  “…dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.”  (Filipi 2:8).  Kalau bapa yang ada di dunia ini saja menginginkan setiap anaknya untuk taat terhadap apa saja yang diperintahkannya, apalagi Bapa yang ada di surga, Ia sangat mengharapkan anak-anak-Nya hidup di dalam ketaatan, bukan hidup menurut kemauannya sendiri atau seenaknya sendiri. Ketika Tuhan Yesus berada di dunia sebagai Anak, Ia memberikan teladan kepada kita tentang bagaimana Ia taat melakukan kehendak Bapa, oleh karena itu  “…Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: Yesus Kristus adalah Tuhan, bagi kemuliaan Allah, Bapa!”  (Filipi 2:9-11).  Kristus adalah teladan utama dalam ketaatan!  Begitu pula bila kita baca di dalam Perjanjian Lama, Abraham begitu taat kepada Allah ketika ia harus mempersembahkan anak satu-satunya yaitu Ishak, sebagai korban persembahan.  Dalam hal ini, ketaatan Abraham benar-benar telah teruji. Tuhan berfirman:  “Karena engkau telah berbuat demikian, dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal kepada-Ku, maka Aku akan memberkati engkau berlimpah-limpah dan membuat keturunanmu sangat banyak seperti bintang di langit dan seperti pasir di tepi laut, dan keturunanmu itu akan menduduki kota-kota musuhnya. Oleh keturunanmulah semua bangsa di bumi akan mendapat berkat, karena engkau mendengarkan firman-Ku.”  (Kejadian 22:16-18).  Memang tidak mudah untuk hidup taat, tapi hal itu bukan alasan untuk kita tidak mau belajar melakukannya. Ingatlah! Tuhan yang berdaulat di surga dan di bumi, Dia memiliki otoritas untuk menuntut ketaatan dari manusia, dan Dia minta dengan tegas agar kita mentaati-Nya. “Hiduplah sebagai anak-anak yang taat dan jangan turuti hawa nafsu yang menguasai kamu pada waktu kebodohanmu,”  (1 Petrus 1:14). GBU & Fam. Better days are coming (pg)

Tetap Jaga Harapan

Selamat jumpa para Pendukung Kristus, apa kabar? Syukur, kalau semalam kita boleh menikmati tidur yang nyenyak. Itu merupakan kenikmatan yang luar biasa yang Tuhan anugerahkan kepada kita.  Kemarin pagi saya diingatkan Tuhan melalui sebuah quote yang dikirimkan seorang teman lama, “Dalam kegelapan, cahaya sekecil apa pun tetap beri arah. Dalam ketidakpastian, harapan sekecil apa pun tetap beri jalan. Jangan pernah menyerah. Tetap jaga harapan, sekecil apa pun, keajaiban bisa terjadi setiap saat.” Kepada siapakah Saudara menggantungkan harapan hidup?  Berharap pada manusiakah?  Ada tertulis:  “Jangan berharap pada manusia, sebab ia tidak lebih dari pada embusan nafas, dan sebagai apakah ia dapat dianggap?”  (Yesaya 2:22).  Ataukah kita merasa diri kaya, lalu kita menjadikan kekayaan sebagai harapan?  “Peringatkanlah kepada orang-orang kaya di dunia ini agar mereka jangan tinggi hati dan jangan berharap pada sesuatu yang tak tentu seperti kekayaan, melainkan pada Allah yang dalam kekayaan-Nya memberikan kepada kita segala sesuatu untuk dinikmati.”  (1 Timotius 6:17). Mari kita belajar dari Daud!  Sekalipun menjadi raja besar dan berkuasa, memiliki fasilitas mewah dan kekayaan yang melimpah ruah, dan juga angkatan perang handal yang dapat menjaga dan melindunginya, Daud sama sekali tidak menjadikan semuanya itu harapan hidup.  Ia menaruh pengharapan hidup hanya kepada Tuhan, bahkan ia mengakui,  “Kepada-Mulah aku bertopang mulai dari kandungan, Engkau telah mengeluarkan aku dari perut ibuku; Engkau yang selalu kupuji-puji.”  (Mazmur 71:6).  Ia sadar bahwa kekuatan manusia itu sangat terbatas, tak selamanya tetap muda dan kuat, semua pasti akan berubah:  yang tampak kuat dan gagah perkasa sekalipun pada akhirnya akan renta jua.  Karena itu ia pun memohon kepada Tuhan:  “Janganlah membuang aku pada masa tuaku, janganlah meninggalkan aku apabila kekuatanku habis.”  (Mazmur 71:9). Mengapa kita harus berharap kepada Tuhan saja?  Karena Dia Pribadi yang tidak pernah berubah dan tak pernah mengecewakan.  Tuhan telah berjanji:  “Sampai masa tuamu Aku tetap Dia dan sampai masa putih rambutmu Aku menggendong kamu. Aku telah melakukannya dan mau menanggung kamu terus; Aku mau memikul kamu dan menyelamatkan kamu.”  (Yesaya 46:4).  Karena itu jangan pernah kita menjauhkan diri dari Tuhan dan menaruh harapan pada apa pun yang ada di dunia ini.  Semakin kita menjauh dari Tuhan, semakin mendekatkan kita kepada kegagalan dan kehancuran hidup.  “Sebab sesungguhnya, siapa yang jauh dari pada-Mu akan binasa;”  (Mazmur 73:27). Akhirnya terimalah berkat Tuhan, “Semoga Allah, sumber pengharapan, memenuhi kamu dengan segala sukacita dan damai sejahtera dalam iman kamu, supaya oleh kekuatan Roh Kudus kamu berlimpah-limpah dalam pengharapan.” GBU & Fam. (pg)

Seperti Burung yang Tertangkap dalam Jerat

Selamat  jumpa para Pendukung Kristus, apa kabar? Senin malam, 27 Juli 2020 ketika kami baru saja selesai makan malam, kami menerima kabar duka bahwa Giona dan Joel (Dua orang cucu bapak dan ibu Andreas Christanday) wafat karena musibah terseret ombak di Bali. Semula kami sempat tidak percaya dengan berita tersebut. Akhirnya setelah diyakinkan melalui berita tertullis berikut fotonya, kami tenggelam dalam kesedihan yang sangat mendalam. Saudara, kematian seringkali menjadi sebuah berita yang menakutkan dan juga momok yang sangat mengerikan bagi semua orang.  Itulah sebabnya tak seorang pun yang antusias, bahkan sebaliknya, merasa enggan dan berusaha menghindarkan diri memperbincangkan hal tersebut.  Berdukacita atas meninggalnya seseorang adalah hal yang sangat manusiawi.  Kematian seseorang juga mendatangkan dukacita yang sangat mendalam bagi sanak-saudara yang ditinggalkan.  Di mana ada kematian di situ pasti ada uraian air mata sebagai tanda kesedihan.  Sungguh, kematian dan air mata adalah dua hal yang tak terpisahkan. Maka andaikata kita diminta untuk  memilih antara kematian dan kehidupan, pasti kita akan memilih kehidupan.  Namun berita buruknya, tak seorang pun dari kita yang bisa menghindarkan diri dari kematian, artinya cepat atau lambat semua orang pasti akan mengalami kematian;  dan kematian itu tidak mengenal status, usia dan juga pangkat.  “…tiada seorangpun berkuasa atas hari kematian.”  (Pengkotbah 8:8). Kematian adalah sesuatu yang menakutkan dan mengerikan bagi orang-orang di luar Tuhan.  Tetapi bagi orang percaya kematian adalah sesuatu yang membahagiakan.  Bagaimana bisa?  Ada tertulis, “Berbahagialah orang-orang mati yang mati dalam Tuhan, sejak sekarang ini.” “Sungguh,” kata Roh, “supaya mereka boleh beristirahat dari jerih lelah mereka, karena segala perbuatan mereka menyertai mereka.” (Wahyu 14:13) Kematian justru memberi kesempatan kepada orang percaya untuk beristirahat dengan tenang, terbebas dari segala problematika hidup, tidak ada lagi air mata.  Dalam kematiannya orang percaya sesungguhnya sedang menunggu untuk dibangkitkan dan diangkat pada waktu kedatangan Kristus yang kedua kalinya:  “Sebab pada waktu tanda diberi, yaitu pada waktu penghulu malaikat berseru dan sangkakala Allah berbunyi, maka Tuhan sendiri akan turun dari sorga dan mereka yang mati dalam Kristus akan lebih dahulu bangkit; sesudah itu, kita yang hidup, yang masih tinggal, akan diangkat bersama-sama dengan mereka dalam awan menyongsong Tuhan di angkasa. Demikianlah kita akan selama-lamanya bersama-sama dengan Tuhan. Karena itu hiburkanlah seorang akan yang lain dengan perkataan-perkataan ini.” (1 Tesalonika 4:16-18). Ingatlah! Sebelum waktu itu tiba, adalah bijak bagi kita untuk mempersiapkan diri sebaik mungkin supaya hal itu tidak menjadi jerat.  “Karena manusia tidak mengetahui waktunya. Seperti ikan yang tertangkap dalam jala yang mencelakakan, dan seperti burung yang tertangkap dalam jerat, begitulah anak-anak manusia terjerat pada waktu yang malang, kalau hal itu menimpa mereka secara tiba-tiba.”  (Pengkhotbah 9:12). GBU & Fam. (pg).

Kunci Mendapatkan Berkat

Selamat jumpa para Pendukung Kristus,  apa kabar? Sehat-sehat dan tetap semangat. Bersyukur dan berbahagialah karena kita termasuk bilangan orang yang takut  akan Tuhan, berkat Tuhan pasti mengikuti. Berkat adalah sesuatu yang sangat dirindukan, dinantikan dan diharapkan oleh semua orang, tanpa terkecuali.  Siapakah di antara kita yang menolak berkat?  Tak seorang pun!  Ke mana pun kaki ini melangkah, yang timbul di pikiran hanyalah bagaimana caranya mendapatkan berkat. Intinya banyak orang hanya mengejar berkat!  Karena itu Tuhan Yesus bersabda,  “…sesungguhnya kamu mencari Aku, bukan karena kamu telah melihat tanda-tanda, melainkan karena kamu telah makan roti itu dan kamu kenyang.”  (Yohanes 6:26). Berkat Tuhan itu sangat berkenaan dengan sikap hidup kita, kesiapan kita untuk bekerja keras dan sejauh mana kita memiliki persekutuan dengan Tuhan.  Kalau kita hidup dalam ketidaktaatan, malas berusaha dan bekerja, serta hidup menjauh dari Tuhan, berkat takkan pernah menghampiri hidup kita.   Sebaliknya kalau kita hidup dalam kebenaran, bergaul karib dengan Tuhan dan bersungguh-sungguh dalam memaksimalkan potensi yang Tuhan beri, niscaya hidup kita pasti akan diberkati.    Jadi, kunci mengalami berkat-berkat Tuhan adalah memiliki hati yang takut akan Dia, karena takut akan Tuhan membawa kita hidup dalam perjanjian berkat-Nya yang tidak bisa dibatalkan dan dibatasi oleh apa pun dan siapa pun, dan tidak terpengaruh situasi. Berkat bagi kita yang takut akan Tuhan akan mengalir ke segenap anggota keluarga:  “Anak cucunya akan perkasa di bumi; angkatan orang benar akan diberkati.”  (Mazmur 112:2).  Hidup dalam perjanjian berkat Tuhan bukan berarti bebas dari masalah, justru masalah akan Tuhan pakai untuk meneguhkan perjanjian-Nya;  dan satu hal yang tak boleh dilupakan adalah tujuan Tuhan memberkati yaitu supaya kita jadi berkat.  Karena itu orang yang takut akan Tuhan pasti akan banyak memberi karena ia diberi kelimpahan oleh Tuhan.  (Mazmur 112:9). Ingatlah! Orang yang takut akan Tuhan hidupnya pasti akan dikejar oleh berkat! GBU & Fam. (pg).

Hubungan Paulus Dengan Jemaat DI Efesus

Selamat jumpa para Pendukung Kristus, apa kabar? Syukur kepada Tuhan kalau hari ini kita boleh memasuki dan menjalani pekan terakhir di bulan Juli 2020. Mari kita jalani dan nikmati dengan penuh syukur dan terus berjalan bersama dengan Sang Gembala Yang Baik. Di daftar kontak HP kita masing-masing mungkin ada ratusan bahkan ribuan nama teman-teman kita. Tapi diantara sekian ratus atau sekian ribu nama, pasti ada beberapa nama yang punya kesan atau hubungan khusus dengan kita, yang sering kita sebut dengan sahabat. Kalau kita pernah kerja di beberapa perusahaan, pasti kita punya pengalaman dan kesan yang berbeda di tiap perusahaan. Demikian juga kalau kita pernah menggembalakan di beberapa jemaat. Nah, pagi ini saya mengajak Saudara untuk mengamati hubungan Rasul Paulus dengan jemaat di Efesus. Hubungan Rasul Paulus dengan jemaat tersebut sedikit berbeda bila dibandingkan dengan hubungannya dengan  jemaat-jemaat di tempat lain. Ia memiliki hubungan sangat dekat dengan jemaat di Efesus. Mengapa? Mungkin disebabkan karena jemaat di Efesus pernah  digembalakan Paulus sampai tiga tahun lamanya seperti dikatakannya, “Sebab itu berjaga-jagalah dan ingatlah, bahwa aku tiga tahun lamanya, siang malam, dengan tiada berhenti-hentinya menasihati kamu masing-masing dengan mencucurkan air mata.” (Kisah Para Rasul 20:31). Jadi, Paulus mengenal betul keadaan mereka. Namun bukan berarti perjalanan pelayanan Paulus di Efesus itu mulus tanpa halangan. Sebaliknya, Paulus melayani mereka dengn cucuran air mata, menandakan betapa berat pergumulan yang harus ia hadapi. Paulus berkata, “Tetapi aku tidak menghiraukan nyawaku sedikitpun, asal saja aku dapat mencapai garis akhir dan menyelesaikan pelayanan yang ditugaskan oleh Tuhan Yesus kepadaku untuk memberi kesaksian tentang Injil kasih karunia Allah. Perak atau emas atau pakaian tidak pernah aku ingini dari siapapun juga. Kamu sendiri tahu, bahwa dengan tanganku sendiri aku telah bekerja untuk memenuhi keperluanku dan keperluaan kawan-kawan seperjalananku” (Kisah Para Rasul 20:24, 33, 34). Ini sedikit catatan saya, Paulus telah meninggalkan teladan yang baik bagi jemaat di Efesus. Meski ia berada di tengah kesulitan, penganiayaan dan penderitaan, tidak pernah mengeluh dan bersungut-sungut. Sebaliknya ia tetap bisa mengucap syukur dan bisa berkata, “…bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan. Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah.” (Fiipi 1:21-22a). Dalam suratnya kepada jemaat di Efesus,  Paulus banyak mengungkapkan betapa melimpahnya kekayaan Kristus yang hendak dilimpahkan kepada umat-Nya. Paulus berharap agar jemaat di Efesus terbuka mata rohaninya, sehingga mereka “…dapat memahami, betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus,” (Efesus 3:18). Ingatlah! Mari kita jalani dan nikmati hidup pada hari ini dengan satu keyakinan bahwa di tengah kesulitan yang kita hadapi dan alami saat ini,  kasih Tuhan yang melampaui segala akal sanggup menopang kita. GBU & Fam. (pg)

Punya Hati Untuk Indonesia

Selamat jumpa para Pendukung Kristus, apa kabar? Mari kita terus menjaga pola makan dan pola hidup kita sehingga kesehatan dan kebugaran tubuh kita dapat terus terjaga di saat pandemi seperti saat ini. Seseorang yang menangis kerap dinilai sebagai sosok yang cengeng dan lemah. Laki-laki merupakan kalangan yang sering mendapat cap tersebut saat menangis. Sementara, perempuan lebih dianggap wajar saat mengungkapkan perasaan dengan menangis. Saya yakin hampir semua orang pernah menangis, Tuhan Yesus saja ketika Ia hidup di dunia juga pernah menangis. Menangis merupakan hasil ungkapan perasaan seseorang saat merasa sedih, terharu, atau bahagia.  Ada banyak faktor yang membuat seseorang menangis dan biasanya orang menangis untuk hal-hal yang berhubungan langsung dengan diri sendiri, seperti:  menangis karena menderita sakit, menangis karena ada saudara atau kerabatnya yang meninggal dunia, menangis karena tertimpa musibah atau bencana, menangis karena diputus oleh kekasih, menangis karena gagal dalam ujian, menangis karena terkena PHK, menangis karena sudah mendapatkan teman hidup dan sebagainya. Berbeda dengan tangisan karena kepedihan hati yang dirasakan oleh Nehemia, “Ketika kudengar berita ini, duduklah aku menangis dan berkabung selama beberapa hari. Aku berpuasa dan berdoa ke hadirat Allah semesta langit,”  (Nehemia 1:4). Nehemia  menangis karena mendengar berita tentang Yerusalem dan penduduknya yang sedang tertimpa kesusahan besar.  Nama  Nehemia berarti menyenangkan Tuhan.  Di mana Nehemia saat itu?  Ia tinggal jauh dari Yerusalem karena menjadi salah seorang yang diangkut ke pembuangan di Babel, tapi pada waktu itu ia hidup nyaman dengan jabatan sebagai juru minuman raja pada masa pemerintahan Artahsasta, raja Persia.  Begitu mendengar apa yang menimpa bangsanya, hati Nehemia terasa teriris-iris, ia pun menangisi bangsanya.  Pernahkah kita menangis  ketika melihat dan mendengar begitu banyak masalah menimpa bangsa Indonesia yang kita cintai?  Khususnya ketika yang terinfeksi Covid – 19 di Indonesia setiap hari terus bertambah? Belajar dari Nehemia kita diajar punya hati yang terbeban bagi bangsa.  Kita diminta lebih peka melihat dan mendengar perkembangan yang terjadi di negara kita.  Mari kita saling bergandengan tangan, sehati sepikir, berdoa kepada Tuhan untuk kesejahteraan negeri tercinta Indonesia, “Usahakanlah kesejahteraan kota ke mana kamu Aku buang, dan berdoalah untuk kota itu kepada TUHAN, sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu.” (Yeremia 29:7) Ketika Nehemia berdoa untuk Yerusalem, doanya pun dikabulkan oleh Tuhan!  Oleh karena campur tangan Tuhan tembok Yerusalem dapat dibangun dan kota Yerusalem dipulihkan kembali.  Bila orang percaya berdoa sungguh-sungguh kepada Tuhan untuk bangsa Indonesia, seburuk apa pun keadaannya, Tuhan sanggup memulihkan. Ingatlah! Di tengah pergumulan hidup yang berat saat ini, tetaplah tekun dan setia, pertolongan Tuhan pasti akan dinyatakan tepat pada waktu-Nya. “dan umat-Ku, yang atasnya nama-Ku disebut, merendahkan diri, berdoa dan mencari wajah-Ku, lalu berbalik dari jalan-jalannya yang jahat, maka Aku akan mendengar dari sorga dan mengampuni dosa mereka, serta memulihkan negeri mereka.” (2 Tawarikh 7:14). GBU & Fam. (pg).

Mengerti Kehendak Tuhan

Selamat jumpa para Pendukung Kristus, apa kabar? Hari ini merupakan saat yang baik bagi kita untuk menjalin persekutuan dengan Tuhan. Kita mendekatkan diri kepada-Nya. Memberi kesempatan kepada Allah Roh Kudus untuk berbicara kepada kita sehingga kita semakin mengerti kehendak-Nya. Dalam kehidupan sehari-hari seringkali kita diperhadapkan pada masalah atau situasi yang sulit dan kita harus membuat keputusan atau pilihan. Bagaimana caranya kita bisa membuat keputusan atau menentukan pilihan yang sesuai dengan kehendak Tuhan? Untuk mencari kehendak Tuhan, kita tidak bisa hanya mengandalkan nalar atau logika saja. Kita membutuhkan kepekaan rohani. Kita perlu terus melatih kepekaan telinga rohani kita. Kita harus membiasakan diri dengar-dengaran firman Tuhan. Inilah harga yang harus kita bayar! Yesaya berkata, “Setiap pagi Ia mempertajam pendengaranku untuk mendengar seperti seorang murid.” (Yesaya 50:4b). Selain itu kita harus memiliki persekutuan yang karib dengan Tuhan. Bila kita karib dengan Tuhan, kita pasti akan tahu apa yang menjadi kehendak Tuhan dalam hidup kita, sebab “TUHAN bergaul karib dengan orang yang takut akan Dia, dan perjanjian-Nya diberitahukan-Nya kepada mereka.” (Mazmur 25:14) Yakinlah, kalau kita berusaha dengan sungguh mencari kehendak Tuhan, maka Tuhan pun tidak pernah kehilangan cara untuk menyatakan kehendak- Nya dalam kehidupan kita, sebab keinginan Tuhan untuk menyatakan kehendak-Nya itu jauh lebih besar daripada keinginan kita untuk mencari kehendak-Nya, “Karena mata TUHAN menjelajah seluruh bumi untuk melimpahkan kekuatan-Nya kepada mereka yang bersungguh hati terhadap Dia.” (2 Tawarikh 16:9a). Ingatlah! Berikut adalah janji Tuhan kepada setiap orang yang bersungguh hati mencari-Nya, “Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan.” (Matius 7:7-8). GBU & Fam. (pg)