Menjadi ORANG PERCAYA yang KUAT

Selamat jumpa para Pendukung Kristus, apa kabar? Salam sehat penuh syukur karena kita mendapatkan kekuatan dari Tuhan untuk menjalani dan menikmati hidup dari hari ke hari. Sahabat, kata “KUAT”  hanya terdiri dari empat huruf, namun kata itu memiliki makna yang luar biasa, apalagi bila dikaitkan dalam konteks penderitaan, pencobaan, dan tantangan dalam kehidupan. Sahabat, kuat bisa diartikan tahan, tidak mudah goyah, dan mampu melewati saat-saat yang sulit dan menyesakan. Kualitas hidup  seperti itulah yang diharapkan dimiliki oleh setiap orang percaya,  sehingga saat badai hidup sedang menerpa, tetap bisa bertahan. Jadi kuat bukan  dalam arti seberapa besar otot yang kita miliki, kadang orang yang berotot justru bisa jadi yang paling cengeng ketika menghadapi tantangan hidup  yang berat. Memiliki sikap hati yang positif di segala situasi, serta kemampuan melihat masalah dari sudut pandang yang berbeda  merupakan kunci untuk menjadi orang percaya yang kuat.  Dengan memiliki respons hati yang positif kita akan terhindar dari rasa khawatir, takut, kecewa, cemas, putus asa dan sebagainya.  Karena memiliki respons hati yang selalu positif, orang akan menjalani hidup dengan penuh semangat.  Hidup di dunia ini memang selalu diwarnai dengan berbagai permasalahan, tetapi orang yang punya semangat memiliki kekuatan untuk menghadapinya,  “Orang yang bersemangat dapat menanggung penderitaannya, tetapi siapa akan memulihkan semangat yang patah?”  (Amsal 18:14). Sahabat, bagaimana supaya kita tetap bersemangat dalam menjalani hidup?  Arahkan pandangan hanya kepada Tuhan, imani setiap janji firman-Nya dan tekun menanti-nantikan pertolongan dari Tuhan.  “…  orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah.”  (Yesaya 40:31).  Kita menjadi orang yang kuat bila kita menyadari bahwa di dalam Tuhan selalu ada jalan keluar untuk setiap permasalahan yang kita alami  (1 Korintus 10:13), dan bersama Tuhan kita pasti sanggup menanggung segala perkara  (Filipi 4:13).  Maka jadilah orang percaya yang kuat di segala situasi dengan menjaga hati supaya tidak terfokus pada besarnya masalah, tetapi kepada besarnya kuasa Tuhan. Ingatlah! Sahabat, Tuhan menciptakan segala sesuatu secara seimbang. Seperti halnya perasaan bahagia dan sedih sebagai warna dalam menjalani kehidupan ini. Coba kita bayangkan jika hidup ini tidak ada masalah dan rintangan, maka mungkin hidup ini menjadi hambar dan membosankan karena tidak ada tantangan sama sekali, dan terlebih tidak akan ada yang namanya perjuangan dan kemajuan. Karena itu mari kita perhatikan nasihat dari John F. Kennedy (Presiden Amerika yang ke-35),  “Jangan berdoa untuk hidup yang mudah. Berdoalah untuk menjadi orang yang lebih kuat.” Tuhan memberkati Sahabat dan keluarga. Tuhan selalu punya cara untuk menguatkan kita dalam menghadapi badai hidup. (pg)

MEMERKATAKAN FIRMAN TUHAN

Selamat jumpa para Pendukung Kristus, apa kabar? Salam sehat penuh keyakinan akan kuasa firman Tuhan. Sahabat, ketika saya mendampingi seorang sahabat yang sedang sakit, saya sering minta dia untuk membaca satu ayat firman Tuhan yang pendek berulang kali sampai dia menjadi hafal. Kemudian saya minta dia untuk memerkatakan firman Tuhan tersebut berulang kali. Misalnya dari Amsal 24:10, “Jika engkau tawar hati pada masa kesesakan, kecillah kekuatanmu.” Sahabat, pengalaman saya dalam mendampingi orang-orang sakit, menghafal dan memerkatakan firman itu besar sekali manfaatnya bagi sahabat saya yang sedang menjalani proses pengobatan.  Sesungguhnya memerkatakan hal-hal yang kita yakini  memegang peranan sangat penting untuk menerima berkat yang kita harapkan dari Tuhan, sebab memerkatakan adalah bagian dari pengakuan iman kita,    “Karena kita sekarang mempunyai Imam Besar Agung, yang telah melintasi semua langit, yaitu Yesus, Anak Allah, baiklah kita teguh berpegang pada pengakuan iman kita.” (Ibrani 4:14) Sahabat, untuk mendapatkan apa yang kita harapkan kita harus percaya kepada Tuhan sepenuhnya dan memerkatakannya sebagai wujud pengakuan iman, ” … ‘Aku percaya, sebab itu aku berkata-kata’, maka kami juga percaya dan sebab itu kami juga berkata-kata.”  (2 Korintus 4:13) Lalu mengapa kita perlu memerkatakan firman Tuhan? Pertama, sebagai bukti bahwa kita percaya pada firman Tuhan. Jika kita belum  memperoleh pertolongan Tuhan, maka kini saatnya mengubah apa yang kita perkatakan. Ucapkanlah Firman Allah dengan penuh keyakinan. Bagi yang lemah mari katakan, “Tuhan adalah kekuatan hidupku, kepada-Nya hatiku percaya. …” (Mazmur  28:7). Bagi yang sedang takut katakan, “Tuhan adalah terangku dan keselamatanku, kepada siapakah aku harus takut? Tuhan adalah benteng hidupku, terhadap siapakah aku harus gemetar?” (Mazmur  27:1). Bagi  yang sedang sakit mari katakan,  ”Oleh bilur-bilur-Nya kamu  telah sembuh” (1 Petrus  2:24-b). dan sebagainya. Kedua, supaya kita dapat bertindak hati-hati, sehingga menjadi berhasil (Yosua 1:8). Sahabat, sebagai orang percaya, kita perlu menjaga setiap ucapan, sebab dalam setiap perkataan ada kuasa. Karena itu kita jangan sembrono mengeluarkan kata-kata. Kita perlu berhati-hati dalam setiap  ucapan kita. Sahabat, untuk itu kita perlu bergaul karib dengan Tuhan, karena dalam pelayanan sering kita diperhadapkan dengan situasi yang tidak mudah, kita butuh hikmat dari Tuhan supaya kita selalu memiliki kata-kata yang bermakna. Kata-kata yang membangun, menghibur, menguatkan dan memberikan semangat.  Kata-kata yang meneduhkan, kata-kata yang mendamaikan. Ingatlah! Ucapkanlah firman Tuhan  sesuai dengan kebutuhan. Kalau kita sungguh percaya, mulai perkatakan firman itu, ucapkanlah dengan bersuara,  bila perlu dengan suara yang  agak keras agar didengar oleh telinga kita. Iman timbul dari  pendengaran,  pendengaran akan firman Tuhan. Tuhan memberkati Sahabat dan keluarga. Tuhan selalu punya cara untuk menolong kita saat kita melayani sebagai seorang pendamping. (pg)

LIMITED EDITION

Selamat jumpa para Pendukung Kristus, apa kabar? Salam sehat disertai rasa syukur karena setiap manusia diciptakan Tuhan secara unik. Sahabat, barang-barang yang dibuat secara terbatas (limited edition) dan eksklusif harganya tentu selangit, jauh lebih mahal jika dibandingkan dengan barang-barang yang dibuat dalam jumlah banyak (kodian). Tuhan menciptakan setiap manusia sangat eksklusif. Di dunia ada miliaran manusia, tetapi setiap orang berbeda, tidak ada yang sama persis. Maka dihadapan Tuhan setiap manusia itu begitu berharga. Sahabat, pada hari ini kita akan belajar dari satu perikop yang saya ambil dari Mazmur 139:1 – 18 dengan judul: “Doa di hadapan Allah yang mahatahu.” Daud memulai Mazmur 139 dengan merayakan betapa intimnya Allah mengenal dirinya (ayat 1-6) dan tentang keberadaan Allah yang Mahahadir (ayat 7-12). Seperti penenun yang mahir, Allah tidak hanya membentuk sosok Daud, sejak masih berupa janin hingga menjadi seorang manusia (ay.13-14), tetapi juga menjadikan jiwa yang hidup, memberikan kehidupan spiritual dan kemampuan untuk bergaul intim dengan Allah. Merenungkan karya Allah yang begitu luar biasa, Daud merasa sangat kagum, takjub, dan memuji-muji Allah, “Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib; ajaib apa yang Kaubuat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya.” (ayat 14). Sahabat, Daud mengetahui dengan pasti bahwa dirinya bukanlah sebuah hasil kebetulan saja, atau diciptakan asal-asalan tanpa makna. Daud tahu bahwa ia ada untuk satu tujuan, dan jiwanya menyadari bahwa Tuhan telah menyiapkan segalanya dengan cara yang dahsyat dan ajaib. Dia tahu pasti dirinya adalah hasil mahakarya Tuhan yang begitu sangat indah. Daud tidak berbicara mengenai ketampanan atau kesempurnaan secara fisik, tetapi ia melihat dirinya sebagai sebuah kesatuan yang utuh, dan ia pun mengucapkan rasa syukurnya secara penuh kepada Tuhan atas anugerah yang ia terima tersebut. Sahabat, Tuhan  mencurahkan segala yang terindah dalam menciptakan kita. Bak Seniman Agung Dia menciptakan manusia secara sangat istimewa. Tidak seperti ciptaan lainnya, kita diciptakan dengan gambar dan rupa Allah sendiri (Kejadian 1:26). Kita mendapatkan nafas hidup langsung dari hembusan Allah (Kejadian 2:7), kita begitu berharga, maka kita tetap berada dalam telapak tangan dan ruang mata-Nya (Yesaya 49:16), dan sungguh semua itu memang benar-benar dahsyat dan ajaib. Bagi Daud, sulit rasanya untuk bisa memahami jalan pikiran Tuhan ketika Dia membentuk buah pinggang dan menenun kita sejak dalam kandungan (ayat13). Ia pun berseru, “Dan bagiku, betapa sulitnya pikiran-Mu, ya Allah! Betapa besar jumlahnya!” (ayat 17). Ingatlah! Sahabat, mulai saat ini marilah kita merubah cara pandang kita terhadap diri sendiri. Mengertilah bahwa siapapun kita, merupakan ciptaan-Nya yang istimewa, indah, mulia dan berharga. Kita adalah karya orisinal Tuhan, Bapa yang begitu luar biasa, besar kasih-Nya. Jika kita menyadari hal ini dengan baik, kita akan mampu menyadari kebaikan Tuhan dalam diri kita, dan disaat itulah kita baru bisa menggali potensi-potensi yang ada untuk kemudian dipergunakan dalam segala hal yang memuliakan-Nya. Tuhan memberkati Sahabat dan keluarga. Tuhan selalu punya cara untuk menolong kita bisa bangga menjadi diri kita sendiri. (pg)

MEMBERI yang TERBAIK

Selamat jumpa para Pendukung Kristus, apa kabar? Salam sehat disertai dengan keinginan untuk memberikan yang terbaik kepada Tuhan. Sahabat, hal memberi seringkali masih menjadi perdebatan dalam komunitas orang percaya. Sesungguhnya memberi haruslah menjadi bagian hidup orang percaya.  Hal memberi tidaklah selalu berhubungan dengan berapa besar nilai atau jumlahnya, tetapi selalu berhubungan dengan seberapa tulus hati kita dalam memberi.  Untuk itu mari kita belajar tentang memberi persembahan dari satu perikop yang saya ambil dari Injil Markus 12:41-44 yang berjudul: “Persembahan seorang janda miskin.” Sahabat, seandainya pada  saat itu kita sedang berada di Bait Allah, kita akan melihat pemandangan yang kontras: di antara orang-orang kaya yang memasukkan persembahan ke dalam peti persembahan, ada seorang janda miskin yang memasukkan “hanya” dua peser, yaitu satu duit (ayat 42).  Manakah dari kedua persembahan itu yang Tuhan apresiasi? Markus menyatakan bahwa janda miskin itu memasukkan dua peser ke dalam peti persembahan.  Peser adalah mata uang tembaga Yahudi yang paling kecil, sama dengan setengah duit.  Ditinjau dari sisi nilai uang, persembahan janda miskin tersebut memang sangat kecil, namun jika ditinjau dari sisi kemampuan, pemberian janda miskin itu sangat besar sekali, “Sebab mereka semua memberi dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, semua yang ada padanya, yaitu seluruh nafkahnya.”  (ayat  44)  Sahabat, melalui kisah tersebut Tuhan hendak menekankan bahwa selain melihat sikap hati atau motivasi seseorang dalam memberi persembahan, Ia juga mengingatkan agar dalam hal memberi persembahan kepada Tuhan hendaknya kita memberi yang terbaik dari yang kita miliki, bukan bagian yang terkecil dari yang  kita miliki.  Janda miskin itu memberi dari semua nafkahnya, semua yang ia miliki dipersembahkan kepada Tuhan.  Itulah yang disebut dengan korban!  Sementara orang kaya itu memberi dari kelebihannya, bisa saja itu merupakan bagian yang sangat kecil dari kekayaannya yang berlimpah-limpah dan tentu hal itu tidak mengandung nilai pengorbanan.  Apa yang diperbuat oleh janda miskin itu menunjukkan betapa ia sangat mengasihi Tuhan sehingga rela memberi semua yang dimilikinya untuk Tuhan. Ingatlah! Berilah yang terbaik untuk Tuhan karena sesungguhnya semua yang kita miliki berasal dari Tuhan dan milik Tuhan sendiri. Dalam soal memberi kepada Allah, janda miskin tidak perhitungan. Ia memberikan semua miliknya. Kemiskinan bukan alasan baginya untuk tidak memberi persembahan kepada Allah! Ia percaya Allah memelihara hidupnya. Ia meletakkan kepercayaannya kepada Allah, bukan pada uang yang ia miliki! Itulah persembahan yang menyukakan Tuhan! Tuhan memberkati Sahabat dan keluarga. Tuhan selalu punya cara untuk mendidik agar kita dapat memberikan yang terbaik. (pg)

PENGHAMBAT MENIKMATI JANJI TUHAN

Selamat jumpa para Pendukung Kristus, apa kabar? Salam sehat penuh syukur. Sahabat, dalam usaha kita untuk mendapatkan apa yang kita impikan, tentu akan ada faktor pendukung dan faktor penghambat. Kalau kita ingin menggapai mimpi, maka kita harus dapat menghalau dan melewati hambatan yang ada. Khususnya hambatan dari dalam diri kita sendiri: Mudah menyerah, cepat bosan, kurang sabar, kurang fokus, dan lain-lain. Rancangan Tuhan bagi kehidupan orang percaya adalah keberhasilan, hari-hari baik,  dan masa depan yang penuh pengharapan.  Sesungguhnya Tuhan telah menyediakan segalanya bagi kita:  Hikmat, berkat, perlindungan, kesembuhan, mukjizat, pemeliharaan, penyertaan, anugerah dan juga pengampunan.  Sahabat,  untuk mendapatkan semua yang baik dari Tuhan, kita harus  memiliki karakter yang baik.  Tanpa karakter yang berkenan di hati Tuhan kita tidak akan menikmati janji-janji Tuhan,  “Sebab mata Tuhan tertuju kepada orang-orang benar, dan telinga-Nya kepada permohonan mereka yang minta tolong, tetapi wajah Tuhan menentang orang-orang yang berbuat jahat.”  (1 Petrus 3:12). Ada beberapa karakter yang seringkali menjadi penghambat orang percaya menikmati janji-janji Tuhan:  Pertama,  hati yang tidak mau percaya.  Ketidakpercayaan menjadi penghalang utama mengalami mukjizat Tuhan.  Jangan keraskan hatimu, percayalah kepada Tuhan sepenuhnya.  Tuhan Yesus berkata,  “Katamu:  jika Engkau dapat?  Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya!”  (Markus 9:23).  Kedua, tidak bisa menguasai diri.  Penguasaan diri itu penting, karena itu merupakan salah satu buah-buah Roh.  Jika tidak memiliki penguasaan diri, kita seperti kota yang roboh temboknya  (Amsal 25:28), sehingga musuh akan mudah menyerang dan menjajah kita. Ketiga. suka berbohong.  Berbohong berarti melawan kebenaran dan orang yang dusta bibirnya adalah kekejian bagi Tuhan(Amsal 12:22).  Yesus sendiri yang  menyatakan bahwa iblis adalah pendusta dan bapa segala dusta (Yohanes 8:44). Keempat, cepat putus asa.  Orang yang mudah putus asa  di tengah jalan pasti tidak akan pernah mencapai tujuan.  Tanpa ketekunan dan kesetiaan adalah mustahil bagi kita menikmati janji Tuhan. Kelima, pendendam,  tidak bisa mengampuni,  “…  jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu.”  (Matius 6:15). Jika kita menjadi seorang pendendam,  doa-doa kita tidak akan dijawab oleh Tuhan.  Oleh karena itu buang semua kebencian dan rasa dendam yang ada di hati (Imamat 19:17-18).  Ingatlah! Tuhan menjanjikan suatu kehidupan yang penuh berkat dan berkemenangan bagi kita, namun kita pun harus memberikan respons yang benar melalui sikap dan perbuatan yang benar pula. Dengan demikian janji Tuhan akan digenapi dalam hidup kita. Tuhan memberkati Sahabat dan keluarga. Tuhan selalu punya cara untuk menolong  supaya kita dapat menikmati penggenapan janji-janji-Nya. (pg)

SABAT: Menikmati saat ISTIRAHAT

Selamat jumpa para Pendukung Kristus, apa kabar? Salam sehat dengan memerhatikan waktu istirahat. Sahabat, dalam menjalani kehidupan ini, manusia memang membutuhkan waktu untuk istirahat. Salomo jauh-jauh hari sudah mengingatkan   bahwa untuk segala sesuatu ada masanya. Ada waktu untuk bekerja, dan ada waktu untuk istirahat (Pengkhotbah 3:1).  Sahabat, tidur hanyalah salah satu cara untuk beristirahat. Masih ada banyak cara yang lain: Membaca buku, minum kopi, mendengarkan lagu-lagu, nonton film, berkebun, dan lain-lain. Caranya boleh berbeda, tetapi tujuan yang hendak dicapai hampir sama, yaitu supaya kondisi fisik, pikiran, dan hati menjadi lebih tenang, bening, dan segar. Kata  shabbat dalam bahasa Ibrani berasal dari kata kerja shabat, dalam bahasa yang sama, yang secara harafiah berarti berhenti. Meskipun shabbat hampir secara universal diterjemahkan istirahat atau suatu masa istirahat, terjemahan yang lebih harafiah adalah berhenti, dengan maksud berhenti dari melakukan pekerjaan. Jadi, sabat adalah hari untuk orang berhenti bekerja, dengan maksud untuk beristirahat. Sahabat, lalu apa tujuan Allah berhenti dari segala pekerjaan penciptaan-Nya pada hari yang ketujuh dan menguduskan hari itu? (Kejadian 2:2-3). Lalu apa maknanya bagi kita? Pertama, menunjukkan karya Allah itu sempurna. Segala yang dijadikan-Nya sungguh amat baik. Allah berhenti pada hari ketujuh dan menguduskan hari itu menunjukkan bahwa Allah telah menyelesaikan semua karya penciptaan-Nya secara sempurna. Oleh karena itu, hari ketujuh adalah hari perayaan atas mahakarya itu. Dengan berhenti bekerja pada hari sabat, sesungguhnya  kita sedang ikut serta dalam perayaan sukacita bersama Allah dalam mengagumi dan menikmati keindahan dan kesempurnaan karya-Nya itu. Kita bersyukur dan memuji kebesaran kuasa Allah atas semua ciptaan-Nya. Kita melakukan perayaan bersama Allah terhadap karya-Nya yang sungguh mempesona. Dengan jalan demikian, kita sedang menempatkan Allah dalam posisi Dia yang sebenarnya dan kita menaklukkan diri di hadapan Allah yang mahakuasa yang telah menghasilkan karya terbesar dan termulia yang tiada bandingannya. Kedua, menunjukkan model pola kerja yang sistematis bagi kita.Tentu Allah yang Mahasempurna dan Mahatahu berhenti dari pekerjaan-Nya pada hari ketujuh bukan tanpa tujuan dan makna. Dikatakan demikian, karena semua yang Allah lakukan pasti ada muatan tujuan dan makna serta maksud penting bagi Dia dan bagi ciptaan-Nya. Pada saat Allah berhenti dari pekerjaan-Nya pada hari ketujuh, sesungguhnya Allah menyediakan model pola keteraturan kerja bagi kita. Hanya kepada kita yang diberikan mandat dan tugas dari Allah untuk mengelola dunia ini. Tentunya dalam pelaksanaan mandat dan tugas tersebut, kita membutuhkan waktu untuk berhenti dari pekerjaan itu. Mengapa? Karena kita yang terdiri dari unsur tubuh, jiwa, roh dengan sendirinya menyadari bahwa kita memiliki keterbasan fisik. Dengan demikian, kita tidak mampu untuk bekerja secara terus-menerus tanpa henti. Ingatlah! Kita membutuhkan waktu untuk memulihkan kembali kekuatan fisik kita. Itu sebabnya ada waktu untuk kita beristirahat sehingga tenaga kita bisa dipulihkan. Jauh lebih penting daripada itu, peraturan sabat mengajarkan kita bahwa hidup bukan untuk bekerja saja, tetapi juga untuk menikmati hasil kerja kita. Tuhan memberkati Sahabat dan keluarga. Tuhan selalu memerhatikan kesejahteraan hidup kita. (pg)

Kesempatan untuk MEMERSIAPKAN DIRI

Selamat jumpa para Pendukung Kristus, apa kabar? Salam sehat penuh kesabaran. Sahabat, Yakobus menasihati kita untuk menantikan kedatangan Tuhan dengan penuh kesabaran (Yakobus 5:7).  Kesabaran berbicara tentang daya tahan seseorang dalam menghadapi situasi apa pun,  dan semangat yang tidak mudah patah.  Kalau kita tidak mempunyai kesabaran,  kita takkan mampu mencapai garis akhir, apalagi di masa-masa mejelang kedatangan Tuhan, kita akan menghadapi banyak kesukaran.  Untuk itu Rasul Petrus memeringatkan orang percaya untuk mempersiapkan diri sebaik mungkin menjelang hari kedatangan Tuhan yang kedua kalinya.  Tujuan Tuhan datang ke dunia nanti yaitu untuk menghakimi dan menghukum orang-orang yang berdosa,  bukan saja mereka yang melakukan kejahatan, namun juga mereka yang menolak karya keselamatan-Nya.  Disamping itu kedatangan Tuhan  juga untuk memberikan upah kepada orang percaya yang setia sampai akhir dan tekun melayani pekerjaan-Nya!  Dengan kata lain, jerih lelah kita dalam melayani pekerjaan Tuhan, diperhitungkan-Nya!  Sahabat, kedatangan Yesus  yang kedua itu bukan dongeng, bukan tafsiran, bukan pula  khayalan, namun suatu hal yang pasti!  Tuhan Yesus sendiri menyatakan,  “Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamupun berada.”  (Yohanes 14:3). Jika kita berkenan untuk memerhatikan dan peka,  kita akan mendapati bahwa tanda-tanda kedatangan Tuhan satu persatu sudah digenapi  (Matius 24:3-14).  Mari pergunakan kesempatan yang ada untuk kita lebih bersungguh-sungguh di dalam mengerjakan perkara-perkara rohani, mengejar perkenan Tuhan dan berjuang bagaimana supaya kehidupan kita kedapatan tak bercacat dan tak bernoda,  “Sebab itu, saudara-saudaraku yang kekasih, sambil menantikan semuanya ini, kamu harus berusaha, supaya kamu kedapatan tak bercacat dan tak bernoda di hadapan-Nya, dalam perdamaian dengan Dia.”  (2 Petrus 3:14) Lalu bagaimana caranya?  Jauhkan diri dari segala bentuk kecemaran, sebab Tuhan memanggil kita bukan untuk melakukan apa yang cemar, melainkan apa yang kudus  (1 Tesalonika 4:7).  Rasul Paulus mengingatkan bahwa keselamatan memang anugrah Tuhan, bukan usaha kita  (Efesus 2:8, 9), tetapi untuk mengerjakan keselamatan dan punya kehidupan tak bercacat cela, menuntut usaha dan kerja keras kita.  Rasul Petrus mengatakan,  “Anggaplah kesabaran Tuhan kita sebagai kesempatan bagimu untuk beroleh selamat, …”  (2 Petrus 3:15).Ingatlah! Sahabat, kalau sampai  hari ini Tuhan belum juga datang ke dunia untuk menjemput kita, bukan berarti Dia lalai, bukan pula berarti Dia ingkar, bukan juga berarti apa yang tertulis di Alkitab itu salah, justru ini kesempatan bagi kita memersiapkan diri sebaik mungkin. Maka jika tidak  ingin tertinggal,  mari siapkan diri menyambut Hari Tuhan dengan hidup benar! Tuhan memberkati Sahabat dan keluarga. Tuhan selalu punya cara untuk menyelamatkan kita. (pg)

SAHABAT SEJATI

Selamat jumpa para Pendukung Kristus, apa kabar? Salam sehat penuh persahabatan. Sahabat, seorang sahabat  tidak bisa diartikan sebagai sekadar teman, persahabatan adalah hubungan pertemanan yang selalu ada, saat suka maupun duka. Sahabat adalah seseorang yang menari bersamamu di bawah matahari, dan berjalan bersamamu di kala hujan lebat disertai petir yang bersahutan. Meskipun dalam kondisi terpisah jarak, seorang sahabat akan selalu ingat dan mendoakan. Tentunya kehadiran seorang sahabat dalam hidup merupakan anugerah yang patut disyukuri. Mengapa saya menyapa para pembaca dengan sebutan Sahabat? Pertama, saya ingin hadir di semua musim kehidupan mereka.  Kedua, sesungguhnya renungan yang saya bagikan merupakan pengalaman dan pergumulan saya pribadi bersama Tuhan. Sahabat, siapa pun kita dalam menjalani kehidupan di dunia,  pasti membutuhkan orang lain. Namun tidaklah mudah menemukan teman yang baik, apalagi teman yang setia di segala keadaan.  Teman datang dan pergi adalah hal yang biasa.  Teman dalam suka banyak, tapi bagaimana dengan teman di kala duka dan lara, tak mudah kita temukan. Sebagai orang percaya kita patut bersyukur karena kita mempunyai Tuhan Yesus yang bukan saja sebagai Juruselamat, tapi juga berkenan menjadi sahabat sejati kita.  Bahkan Tuhan sendirilah yang memilih kita menjadi sahabat-Nya.  Tuhan Yesus berkata,  “Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku.  Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu.”  (Yohanes 15:15-16a).  Tidak berhenti sampai di situ, Tuhan Yesus pun rela mengurbankan nyawa-Nya bagi kita, “Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya.” (Yohanes 15:13). Kalau Tuhan rela mengurbankan nyawa-Nya, tentu Dia tidak akan tinggal diam ketika kita sedang menghadapi permasalahan yang berat.  Teman, sahabat dan orang-orang yang kita kasihi,  sewaktu-waktu bisa saja pergi meninggalkan kita.  Tapi tolong perhatikan apa yang dikatakan Tuhan Yesus bedrikut ini,  “Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau.” (Ibrani 13:5).  Inilah yang seharusnya menjadi kekuatan dan penghiburan bagi kita setiap hari. Sahabat, Tuhan berjanji Dia tidak akan membiarkan dan meninggalkan kita bergumul sendirian.  Janji Tuhan itu ya dan amin!  Karena itu jangan pernah merasa sendirian, ada Tuhan Yesus di samping kita.  Kalau kita percaya bahwa Dia adalah Juruselamat dan Sahabat, maka sebesar apa pun persoalan yang kita alami, seberat bagaimana pun pergumulan yang ada, kita akan tetap sanggup berkata,  “Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.”  (Filipi 4:13), Ingatlah! Sahabat memang selalu punya tempat yang istimewa dalam hidup kita. Bersama merekalah, kita dapat berbagi suka maupun duka, menghibur dengan canda dan tawa, dan berbagi keberhasilan maupun kegagalan. Tunggu apa lagi, mari pererat tali persahabatan diantara kita. Tuhan memberkati Sahabat dan keluarga. Tuhan selalu punya cara untuk menolong dan mengangkat sahabat-Nya. (pg) 

Tanah Liat di TANGAN SANG PANJUNAN

Selamat jumpa para Pendukung Kristus, apa kabar? Salam sehat penuh keinginan untuk terus belajar. Sahabat, pengalaman hidup saya bercerita bahwa belajar tentang suatu hal tidak harus kita dapatkan di sekolah formal, namun bisa juga melalui kehidupan di dunia luar:  membaca buku, belajar dari pengalaman orang lain,  dan belajar melalui kehidupan sehari-hari yang ada di sekitar kita. Itulah  yang dilakukan Tuhan kepada nabi Yeremia. Dia diminta oleh Tuhan untuk menjumpai seorang tukang periuk. Hari ini saya ajak Sahabat untuk belajar dari satu perikop yang  saya ambil dari kitab Yeremia 18:1-17 dengan judul “Pelajaran dari pekerjaan tukang periuk.” Dikisahkan, berangkatlah Yeremia untuk  mengunjungi rumah tukang periuk (panjunan) tersebut.  Ia melihat tukang periuk mengambil segumpal tanah liat dan membentuknya menjadi sebuah bejana.  Dalam proses pembuatan bejana tersebut,  tiba-tiba bejana yang hampir selesai menjadi retak dan rusak, namun si panjunan tidak langsung membuang bejana yang rusak itu;  dihancurkannya ke dalam tangannya dan dibentuknya kembali menjadi bejana yang lain,  “Apabila bejana, yang sedang dibuatnya dari tanah liat di tangannya itu, rusak, maka tukang periuk itu mengerjakannya kembali menjadi bejana lain menurut apa yang baik pada pemandangannya.”  (Ayat 4) Sahabat, perjalanan hidup kita  tak ubahnya seperti tanah liat di tangan panjunan.  Kita adalah tanah liat dan Tuhan adalah Sang Panjunan.  Tapi banyak orang tak menyadari bahwa dirinya adalah tanah liat sehingga mereka seringkali memaksakan kehendaknya kepada Tuhan;  kita suka mengatur Tuhan untuk mengikuti kemauan kita.  Kita tidak mau tunduk kepada kehendak Tuhan. (Yesaya 45:9)   Lalu, mengapa Tuhan menggambarkan manusia sebagai tanah liat?  Berbicara tentang tanah liat, Tuhan hendak menegaskan kepada kita bahwa sesungguhnya kita ini lemah adanya, tak punya kekuatan apa-apa.  Sesungguhnya tanpa Tuhan turut campur tangan, kita tidak  mampu berbuat apa-apa.  Sahabat, berbicara tentang tanah liat, Tuhan juga mau mengingatkan bahwa kita ini tak punya arti apa-apa, tidak ada harganya, dan kotor.  Tanah itu hanya bisa diinjak-injak oleh banyak orang dan akhirnya menjadi rusak.  Namun ketika tanah itu berada dalam genggaman tangan si panjunan, maka tanah akan dibentuk sedemikian rupa menurut apa yang baik pada pemandangannya, sampai akhirnya tanah yang sebelumnya tidak berharga sama sekali menjadi sesuatu yang berharga,  yang tidak berarti menjadi sesuatu yang sangat berarti,  “Ia menegakkan orang yang hina dari dalam debu dan mengangkat orang yang miskin dari lumpur,”  (Mazmur 113:7). Ingatlah! Sebagai Panjunan,  Tuhan tahu  persis yang terbaik bagi kita!  Karena itu tetaplah taat.  Bila saat ini kita sedang menghadapi proses pembentukan yang membutuhkan waktu yang lama, itu artinya Tuhan sedang membentuk kita untuk menjadi bejana indah dan berharga di pemandangan mata-Nya. Bersabarlah! Tuhan memberkati Sahabat dan keluarga. Tuhan selalu punya cara untuk memroses kita menjadi bejana yang mulia. (pg).