Menikmati KETENANGAN HIDUP

Selamat jumpa para Pendukung Kristus, apa kabar? Salam sehat penuh ketenangan dan damai sejahtera. Sahabat, dalam musim penghujan seperti saat ini, langit yang semula nampak bersih dan cerah, tiba-tiba saja dapat berubah menjadi hitam pekat dan kemudian turun hujan lebat disertai angin yang kencang. Itu pula situasi yang kita alami pada saat adanya pandemi Covid-19, peraturan dapat saja berubah setiap saat. Gerak kita semakin terbatas. Seorang teman saya yang berusia sekitar 50 tahun, yang semula masih nampak sehat dan gagah, tiba-tiba saya mendengar dia wafat karena serangan jantung. Sahabat, di manakah kita akan menemukan ketenangan? Bagaimana supaya kita bisa menikmati ketenangan? Ada cukup banyak orang yang berpendapat bahwa hidup kita akan tenang jika kita mempunyai harta yang berlimpah atau mempunyai kedudukan (jabatan) yang tinggi, sehingga kemana pun kita pergi selalu dikawal oleh pengawal yang handal dan rumah kita dijaga selama 24 jam penuh. Ternyata di lapangan kita menemukan kenyataan tidak seperti itu. Daud menegaskan bahwa orang yang tinggal dekat dengan Tuhan pasti akan mengalami ketenangan dalam hidupnya, “Hanya dekat Allah saja aku tenang, dari pada-Nyalah keselamatanku.”  (Mazmur 62:2). Masalah boleh saja datang, namun kita percaya bahwa Tuhan tidak pernah membiarkan dan meninggalkan kita,  “Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau.” (Ibrani 13:5-b). Sahabat, dalam perjalanan hidupnya, mulai dari saat masih menjadi seorang penggembala domba hingga menjadi raja atas Israel, kehidupan Daud diwarnai dengan hal-hal yang menakutkan. Saat menggembalakan kawanan domba ayahnya ia harus berhadapan dan bergumul dengan binatang buas:  singa dan juga beruang yang hendak menerkam domba-dombanya.  Kemudian dia juga harus berhadapan satu lawan satu dengan  pahlawan dan raksasa bangsa Filistin, Goliat.   Ujian yang harus dilewati tidak hanya sampai di situ, Daud pun selalu dikejar-kejar oleh Saul yang hendak membunuhnya.  Hidup Daud seperti berada di ujung tanduk.  Secara manusia ia kerapkali merasa takut dan khawatir, namun ia tetap tenang, karena ia yakin ada Tuhan yang tidak pernah meninggalkannya.  Inilah pernyataan Daud,  “Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku;  gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku.” (Mazmur 23:4). Sahabat, Daud sadar bahwa rasa tenang dan aman itu tidak ditentukan atau dipengaruhi oleh keadaan dan suasana sekitar, orang lain,  harta dan kekuasaan yang kita miliki, tetapi rasa tenang dan aman hanya akan kita rasakan ketika kita dekat dengan Tuhan, karena Dia adalah tempat perlindungan kita (Mazmur 62:9-b).Ingatlah! Sahabat, kunci untuk menikmati ketenangan hidup:  Pertama, hidup dekat dengan Tuhan atau memiliki hubungan yang karib dengan Tuhan. Kedua, punya penyerahan diri kepada Tuhan.  Artinya kita memercayakan hidup kita sepenuhnya kepada Tuhan.  Nasihat Daud,  “Serahkanlah hidupmu kepada Tuhan dan percayalah kepada-Nya, dan Ia akan bertindak.”  (Mazmur 37:5).  Ketiga, hidup dalam kebenaran.  Yesaya mengingatkan kita,  “Di mana ada kebenaran di situ akan tumbuh damai sejahtera, dan akibat kebenaran ialah ketenangan dan ketenteraman untuk selama-lamanya.”  (Yesaya 32:17). Tuhan memberkati Sahabat dan keluarga. Tuhan selalu punya cara untuk menolong kita supaya kita dapat tenang. (pg)

SERAHKANLAH Hidupmu kepada TUHAN

Selamat jumpa para Pendukung Kristus, apa kabar? Salam sehat penuh penyerahan diri kepada Tuhan. Sahabat, setiap hari kita tidak dapat menghindarkan diri atau lari dari masalah, penderitaan dan kesesakan.  Itu adalah bagian dari kehidupan manusia.  Hal-hal tak terprediksi, tak disangka, tak diduga,  kejadian yang tak pernah diharapkan bisa saja menimpa, seperti bencana, kecelakaan, musibah, malapetaka dan bahkan kematian.  Itulah realitas hidup manusia. Sahabat, kita tidak perlu takut dan khawatir dengan realitas yang harus kita hadapi. Memang kekuatan dan kemampuan kita sangat terbatas, tapi kita punya Tuhan yang Mahakuasa, kekuatan dan kemampuan-Nya tidak terbatas. Kita perlu mendengar undangan Tuhan, mari berserah sepenuhnya kepada Tuhan,  “Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu.”  (1 Petrus 5:7) Untuk itu kita perlu melakukan doa dalam penyerahan artinya menyerahkan semua permasalahan hidup kepada Tuhan, termasuk semua kekhawatiran, keraguan, kegelisahan dan kebimbangan kepada Tuhan sepenuhnya.  Tuhan tidak menghendaki kita terus diliputi perasaan-perasaan negatif.  Ayub memiliki pengalaman  akan hal ini,  “Karena yang kutakutkan, itulah yang menimpa aku, dan yang kucemaskan, itulah yang mendatangi aku. Aku tidak mendapat ketenangan dan ketenteraman; aku tidak mendapat istirahat, tetapi kegelisahanlah yang timbul.”  (Ayub 3:25-26). Sahabat, coba sejenak kita introspeksi, kadang kita meski sudah berdoa tapi hati kita masih saja diliputi kekhawatiran dan kebimbangan:  “Apakah Tuhan sanggup menolongku, memulihkan keluargaku dan menyembuhkan sakitku?”  Itu membuktikan bahwa kita belum memiliki penyerahan diri penuh kepada Tuhan.  Sahabat, jadi kita harus dengan segenap hati melepaskan semua masalah dan menyerahkan sepenuhnya kepada Tuhan.  Bila kita sungguh-sungguh menyerahkan semuanya kepada Tuhan, kita tidak perlu khawatir lagi karena segala beban tidak lagi berada di atas pundak kita, tetapi beralih ke tangan  Tuhan.  Di satu sisi kita tahu bahwa Tuhan itu berkuasa dan sanggup melakukan segala perkara, tetapi di sisi lain,  kita belum memberi-Nya kesempatan untuk menyatakan kuasa-Nya.  Kita membatasi Tuhan untuk bertindak,  padahal kita sudah membawa semua pergumulan melalui doa;  namun ketika kita melangkah pergi kita mengambil kembali beban itu dan memikulnya di atas pundak kita.  Jadi kita sendiri yang sebenarnya tidak mau melepaskan diri dari masalah tersebut.  Tuhan Yesus tidak menghendaki kita terus diliputi oleh kekhawatiran dan kegelisahan setiap hari. Ingatlah! Sahabat, Martin Luther, sang reformator, berkata, “Doa adalah suatu yang kuat, karena Tuhan telah mengikatkan diri-Nya kepadanya.” Berdasarkan pengalamannya bersama Tuhan, Daud menghimbau dan meyakinkan kita, “Serahkanlah hidupmu kepada TUHAN dan percayalah kepada-Nya, dan Ia akan bertindak;”  (Mazmur 37:5). Semoga saat ini kita beroleh kekuatan untuk tidak lagi memeluk erat-erat kekhawatiran, masalah, pergumulan, penderitaan, dan sakit penyakit kita. Selanjutnya dengan kerendahan hati kita menyerahkan semuanya kepada Tuhan Yesus. Tuhan memberkati Sahabat dan keluarga. Selamat Tahun Baru Imlek. Ada pengharapan baru dan ada berkat  baru dari Tuhan. (pg).

Hidup SALING MENGASIHI: Perintah Baru

Selamat jumpa para Pendukung Kristus, apa kabar? Salam sehat penuh kasih. Sahabat, kita sebagai makhluk sosial, kita ditakdirkan untuk hidup saling membutuhkan dan dibutuhkan. Setiap orang membutuhkan orang lain di dalam hidupnya untuk hidupnya. Sejatinya manusia diciptakan Tuhan untuk saling mengasihi, saling menolong,  saling berbagi, saling melengkapi, dan saling memberi muka. Maka Tuhan Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, “… semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi.”  (Yohanes 13:35). KASIH menjadi IDENTITAS MURID-MURID YESUS. Sahabat, bagi orang percaya kasih bukan hanya suatu ajaran yang harus dipahami dan dimengerti, melainkan lebih daripada itu, kasih adalah inti pengajaran Kristus yang harus dipraktikkan dan dilakukan secara nyata dalam kehidupan sehari-hari.  Tuhan Yesus berkata,  “Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi.”  (Yohanes 13:34).  Dalam hal kasih,  Tuhan Yesus bukan sekadar mengajarkan dan memerintahkan para pengikut-Nya untuk saling mengasihi, tetapi diri-Nya sendiri telah menjadi patron bagaimana seharusnya kita mengasihi dengan benar. Sahabat, mengasihi orang lain selalu identik dengan tindakan memberi atau berkorban.  Tuhan Yesus telah membuktikan betapa Ia mengasihi kita dengan mengorbankan diri-Nya di kayu salib,  “Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya.”  (Yohanes 15:13).  Mengingat kita telah mengalami kasih Kristus, maka sudah selayaknya kita membagikan kasih itu kepada orang lain.  Sesungguhnya, mengasihi yang diajarkan oleh Tuhan Yesus bukan hanya sebuah kasih yang kita berikan karena orang lain telah  mengasihi kita, tetapi kita juga harus mampu mengasihi orang yang membenci kita,  “Dan jikalau kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah jasamu? Karena orang-orang berdosapun mengasihi juga orang-orang yang mengasihi mereka. Sebab jikalau kamu berbuat baik kepada orang yang berbuat baik kepada kamu, apakah jasamu? Orang-orang berdosapun berbuat demikian.”  (Lukas 6:32-33). Sahabat,  mengasihi musuh merupakan perkara yang tidak mudah, namun jika kita mampu melakukannya kita akan menjadi orang yang  “berbeda”  dari dunia sebagaimana yang Tuhan inginkan,  “Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.”  (Roma 12:2).  Sesungguhnya, mengasihi bukanlah perbuatan alternatif   yang ditawarkan oleh Tuhan, tapi suatu perintah yang harus ditaati oleh setiap pengikut-Nya. Ingatlah! Sahabat, SALING MENGASIHI merupakan PERINTAH BARU. Itu berarti kita diminta untuk saling mengasihi bukan hanya satu tahun sekali yaitu pada waktu Hari Valentine, hari pernyataan pesan kasih sayang setiap tanggal 14 Februari, melain setiap hari, menjadi gaya hidup kita. Saling mengasihi merupakan perintah yang aktual, yang berlaku sepanjang hidup kita. Tuhan memberkati Sahabat dan keluarga. Tuhan selalu punya cara agar kita dapat hidup saling mengasihi. (pg)

MASALAH: Bagian dari suatu PROSES (3)

Selamat jumpa para Pendukung Kristus, apa kabar? Salam sehat penuh syukur dan semangat. Sahabat, kalau kita membaca perumpamaan yang disampaikan oleh Tuhan Yesus di Injil Matius 24:37 – 25:30, terutama perumpamaan tentang talenta dalam Matius 25:14-30, kita menemukan sikap yang dipuji oleh Tuhan Yesus. Sesungguhnya Ia tidak mengutamakan keuntungan lima talenta dan dua talenta, tapi lebih menekankan pada sikap kedua hamba tersebut dalam memberdayakan secara maksimal talenta yang telah mereka terima. Tuhan Yesus sangat menghargai PROSES melalui kesetiaan, ketekunan dan kesungguhan kedua hamba itu dalam bekerja. Pdt. Aristarchus Sukarto (mantan Rektor UKDW dan UKRIDA) yang dipanggil Tuhan pada 8 Februari 2021 berkata, ”Kita sering mendengar orang bilang bahwa kenangan terindah itu adalah tercapainya suatu usaha. Tapi buat saya yang paling indah itu adalah PROSESNYA. Sepengetahuan saya, dari semua kehidupan gereja maupun mahasiswa yang pernah saya dampingi, PROSES untuk menjadi sesuatu itu paling menyenangkan. Karena dalam PROSES itu sesuatu terus berkembang dan tangan Tuhan  ada di dalamnya. Tuhan  ada dalam perjalanan BERPROSES.” Sahabat, saat kita sedang menghadapi masalah kita menyadari betapa kita sangat membutuhkan Tuhan, dan menyadari bahwa Tuhan satu-satunya sumber pertolongan.  Ada berkat yang baru yang Tuhan sediakan di balik masalah,  “Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu!”  (Ratapan 3:22-23). Sesungguhnya Tuhan sedang  MEMPROSES  supaya kita layak untuk menerima berkat-Nya yang baru itu,  “Lihat, Aku hendak membuat sesuatu yang baru, yang sekarang sudah tumbuh, belumkah kamu mengetahuinya? Ya, Aku hendak membuat jalan di padang gurun dan sungai-sungai di padang belantara.”  (Yesaya 43:19). Sahabat, berkat yang baru harus ditaruh di  wadah  yang baru,  “Demikian juga tidak seorangpun mengisikan anggur yang baru ke dalam kantong kulit yang tua, karena jika demikian anggur itu akan mengoyakkan kantong itu, sehingga anggur itu dan kantongnya dua-duanya terbuang. Tetapi anggur yang baru hendaknya disimpan dalam kantong yang baru pula.” (Markus 2:22).   Jadi anggur yang baru harus disimpan di kirbat yang baru.  Lalu, sudahkah kita benar-benar hidup sebagai  manusia baru?  Selama kita masih mengenakan  manusia lama  Tuhan akan terus MEMPROSES kita,  “Sebab keinginan daging adalah perseteruan terhadap Allah,… Mereka yang hidup dalam daging, tidak mungkin berkenan kepada Allah.”  (Roma 8:7, 8).  Ingatlah! Sahabat, sesungguhnya masalah dipakai Tuhan sebagai PROSES untuk membentuk, mempersiapkan dan menjadikan kita sesuai rencana-Nya! Tuhan MEMPROSES kita melalui masalah supaya kehidupan kita menjadi kesaksian bagi orang lain.  Yakinlah, setiap masalah yang diizinkan Tuhan terjadi, tidak akan melebihi kekuatan kita,  “Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya.” (1 Korintus 10:13). Tuhan memberkati Sahabat dan keluarga. Tuhan selalu punya cara untuk membukakan jalan keluar kepada kita. (pg)

IMAN dan TRADISI

Selamat jumpa para Pendukung Kristus, apa kabar? Salam sehat penuh ketaatan. Sahabat, ketika saya masih lajang, masih terlibat aktif di komisi pemuda gereja, pada suatu malam saya diajak oleh teman sepelayanan untuk menghadiri acara maisong (malam terakhir sebelum pemakaman/kremasi) ayah pacarnya. Ternyata keluarga pacarnya menganut agama Khonghucu dan kemudian dia diminta untuk pai kui (sujud menyembah) di depan peti jenazah ayah pacarnya. Teman saya menolak untuk melakukan hal tersebut dan akhirnya hubungannya dengan sang pacar tidak berlanjut. Sahabat, sesungguhnya orang percaya dan tradisi (adat istiadat) merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Tidak ada seorang pun yang menjadi orang percaya,  dapat melepaskan sama sekali dari  tradisi yang menjadi latar belakang hidupnya. Karena iman dan tradisi adalah dua hal yang memengaruhi hidup seseorang, maka tidak mudah bagi seorang percaya untuk menghidupi iman tanpa terpengaruh tradisi tertentu. Jika tidak bijaksana, maka seorang percaya dapat jatuh ke dalam salah satu ekstrem: anti tradisi atau melebur dengan tradisi. Rasul Paulus menghadapi jemaat Galatia yang belum bisa melepaskan diri sepenuhnya dari keyakinan yang lama. Mereka tidak dapat melepaskan diri sepenuhnya dari keyakinan dan tradisi lama bahkan condong untuk kembali kepadanya. Jadi di satu sisi mereka mengaku orang percaya, tetapi di sisi lain tetap memegang kepercayaan yang lama. Paulus sangat khawatir akan gejala yang dapat menyelewengkan mereka dari iman yang sejati, “Kamu dengan teliti memelihara hari-hari tertentu, bulan-bulan, masa-masa yang tetap dan tahun-tahun.” (Galatia 4:10) Bagi Paulus, tradisi nenek moyang yang tidak sesuai dengan ajaran Kristus dan yang tidak memuliakan Kristus adalah salah dan tidak boleh dilakukan oleh orang percaya. Mari kita perhatikan nasihat Rasul Paulus kepada jemaat Kolose, “Hati-hatilah, supaya jangan ada yang menawan kamu dengan filsafatnya yang kosong dan palsu menurut ajaran turun-temurun dan roh-roh dunia, tetapi tidak menurut Kristus”. (Kolose 2:8). Dalam bagian ini, Paulus tidak sedang menasihati orang percaya terhadap bahaya filsafat (disiplin ilmu), tetapi di sini Paulus menasihati supaya berhati-hati dengan ajaran turun temurun (tradisi). Paulus disini berbicara masalah kebiasaan yang telah diajarkan secara turun temurun, yaitu tradisi. Sahabat, bagaimana dengan Yesus? Apakah Yesus anti tradisi? Tentu tidak, Yesus bukan anti tradisi.  Yesus juga adalah manusia yang menghargai tradisi. Sebagai seorang manusia, Yesus menghargai tradisi bahkan Dia turut ambil bagian dari tradisi (adat Yahudi), misalnya Dia disunat. Akan tetapi ternyata Yesus punya pandangan yang luar biasa terhadap tradisi, Yesus tidak setuju jika tradisi tersebut menjadi yang utama dibandingkan dengan firman Tuhan. Dalam Matius 15:3, Tuhan Yesus memberi jawab kepada orang-orang Farisi dan ahli Taurat, “Mengapa kamupun melanggar perintah Allah demi adat istiadat nenek moyangmu?” Yesus dengan sangat tegas mengecam orang Yahudi yang sangat memelihara tradisi nenek moyang tetapi melanggar firman Tuhan.  Ingatlah! Tuhan Yesus dan Rasul Paulus punya perspektif yang sama tentang tradisi. Secara implisit, Tuhan Yesus dan Paulus setuju bahwa selagi tradisi  sesuai dengan ajaran firman Tuhan, minimal tidak bertentangan dengan firman Tuhan,  maka tradisi tidak jadi masalah. Secara eksplisit Tuhan Yesus dan Paulus mengecam orang yang lebih mengutamakan tradisi daripada firman Tuhan, dan mereka yang menjalankan tradisi, akan tetapi tidak menjalankan firman Tuhan. Tuhan Yesus memberkati Sahabat dan keluarga. Selamat Tahun Baru Imlek. Ada harapan dan berkat yang baru. (pg).

MASALAH: Bagian dari suatu PROSES (2)

Selamat jumpa para Pendukung Kristus, apa kabar? Salam sehat penuh sukacita. Sahabat, entah kita sadari atau tidak kemajuan teknologi informasi telah menggiring kita menjadi manusia yang lebih mengutamakan hasil daripada PROSES. Rupanya kemajuan teknologi menumbuhkan generasi instan, ingin serba cepat. Menunggu 30 menit dianggap terlalu lama. Kalau memesan sesuatu hampir selalu disertai pesan, ”Tidak pakai lama ya” Sesungguhnya alam telah banyak mengajar kepada kita, bahwa untuk mencapai sesuatu itu perlu PROSES, yang membutuhkan: usaha,  waktu, ketekunan dan  komitmen. Di dunia pertanian sangat nyata, kalau kita menanam benih pada hari ini, tidak mungkin kita dapat memetik buahnya besok, atau satu minggu lagi atau satu bulan lagi. Seekor  kupu-kupu yang indah dan bisa terbang kesana kemari, harus terlebih dahulu menjalani PROSES menjadi ulat dan kepompong. Semua butuh proses, dan sesungguhnya MASALAH-MASALAH yang ada merupakan bagian dari proses, Sahabat, sesungguhnya  hidup kita sebagai orang percaya merupakan  sebuah perjalanan yang tidak mudah, tidak selalu melewati jalan yang rata, tapi justru penuh dengan tantangan, seperti perjalanan bangsa Israel sebelum mencapai Tanah Perjanjian,  harus menaklukkan musuh-musuh,  “Tetapi negeri, ke mana kamu pergi untuk mendudukinya, ialah negeri yang bergunung-gunung dan berlembah-lembah, yang mendapat air sebanyak hujan yang turun dari langit; suatu negeri yang dipelihara oleh TUHAN, Allahmu: mata TUHAN, Allahmu, tetap mengawasinya dari awal sampai akhir tahun.” (Ulangan 11:11-12).  Kalimat  bergunung-gunung dan berlembah-lembah  merupakan gambaran bahwa perjalanan yang harus kita tempuh adalah perjalanan yang penuh liku-liku, masalah bisa datang kapan saja. Sahabat, tidak usah gentar, Tuhan yang menyertai kita   jauh lebih besar daripada semua masalah yang ada, dan Ia tidak akan melepaskan pandangan-Nya, bahkan mengawasi kita dari awal sampai akhir! Lalu, apa tujuan Tuhan memroses kita? Tuhan perlu memroses kita supaya kita memiliki kualitas hidup yang lebih baik lagi,  “Apabila bejana, yang sedang dibuatnya dari tanah liat di tangannya itu, rusak, maka tukang periuk itu mengerjakannya kembali menjadi bejana lain menurut apa yang baik pada pemandangannya.”  (Yeremia 18:4).  Sahabat, semakin kita memiliki kehidupan yang berkualitas, semakin kita menjadi perabot untuk maksud yang mulia  (2 Timotius 2:21).  Tuhan menggunakan masalah untuk mengembangkan karakter kita, menjadikan masalah sebagai latihan rohani yang bertujuan untuk menguatkan iman kita.  Karena itu jangan jadikan masalah sebagai beban yang justru akan membuat kita semakin stress, tapi anggaplah sebagai kesempatan untuk lebih mendekat kepada Tuhan, mencari wajah-Nya lebih sungguh dan bergantung penuh kepada-Nya. Ingatlah! Sahabat, pengalaman hidup saya bercerita bahwa penyembahan yang mendalam dan doa yang tulus dan murni biasanya terjadi ketika seseorang sedang menghadapi masalah yang berat,  “Apabila orang-orang benar itu berseru-seru, maka TUHAN mendengar, dan melepaskan mereka dari segala kesesakannya. TUHAN itu dekat kepada orang-orang yang patah hati, dan Ia menyelamatkan orang-orang yang remuk jiwanya.”  (Mazmur 34:18-19). Tuhan memberkati Sahabat dan keluarga. Tuhan selalu punya cara untuk menyediakan jalan keluar bagi kita. (pg)  

MASALAH: Bagian dari suatu PROSES (1)

Selamat jumpa para Pendukung Kristus, apa kabar? Salam sehat penuh syukur karena kita mempunyai Tuhan yang lebih besar daripada masalah-masalah yang kita hadapi. Sahabat, dalam hidup ini kita  tentu memiliki  harapan, baik di bidang pekerjaan, karir, hubungan cinta, prestasi, dan di bidang kehidupan lainnya.  Mungkin diantara kita ada juga yang sudah tahu bahwa untuk mewujudkan harapan tersebut dibutuhkan yang namanya doa, perjuangan dan pengorbanan. Suatu proses yang cukup rumit dan panjang untuk kita lalui. Sahabat, sesungguhnya masalah merupakan bagian dari suatu proses; dan tidak ada seorang pun di dunia ini yang dapat menghindari masalah.   Senang atau tidak senang, suka atau tidak suka, siap atau tidak siap, kita pasti menghadapi masalah-masalah dalam kehidupan ini.  Oleh karena itu jangan pernah lari dari masalah, karena yang menjadi persoalan adalah bukan bagaimana caranya kita dapat menghindarkan diri dari masalah, namun yang paling utama adalah bagaimana respons  kita terhadap masalah yang terjadi. Kita seringkali lupa bahwa perjalanan hidup orang percaya tidak hanya sekadar berbicara tentang berkat, mukjizat, kemenangan, pemulihan dan sebagainya, tetapi juga proses;  berkat, mukjizat, kemenangan, pemulihan adalah  hasil dari sebuah proses.  Sahabat, masalah adalah satu bentuk dari proses itu sendiri!  Berkat, mukjizat, kemenangan dan pemulihan adalah hal yang pasti Tuhan sediakan, karena Dia adalah Tuhan yang selalu memegang setiap janji-Nya.  “Allah bukanlah manusia, sehingga Ia berdusta bukan anak manusia, sehingga Ia menyesal. Masakan Ia berfirman dan tidak melakukannya, atau berbicara dan tidak menepatinya?”  (Bilangan 23:19).  Seringkali kita terlalu sibuk memikirkan bagaimana cara untuk mendapatkan berkat Tuhan, tapi ketika dihadapkan pada masalah sebagai bagian dari proses, kita memiliki repons yang tidak benar:  mengomel, bersungut-sungut, marah, berontak, mengambinghitamkan orang lain atau keadaan, dan bahkan berani menyalahkan Tuhan. Sesungguhnya merupakan hal yang  mudah bagi Tuhan untuk membawa bangsa Israel keluar dari Mesir karena Firaun dan bala tentaranya bukanlah suatu halangan berarti, tapi untuk membentuk dan memproses bangsa Israel Tuhan membutuhkan waktu yang cukup lama yaitu 40 tahun di padang gurun, karena bangsa Israel dikenal sebagai bangsa yang tegar tengkuk  (Keluaran 32:9).  Sahabat,  apakah kita mau taat atau tidak, punya penyerahan diri atau tidak, ketika sedang berada dalam  prosesnya Tuhan?  Yang pasti, setiap proses yang Tuhan izinkan terjadi dan kita alami semuanya mendatangkan kebaikan bagi kita, karena Tuhan tidak pernah merancang hal-hal yang jahat terhadap kita (Roma 8:28). Ingatlah! Sukses itu bukan perkara hasil, tapi sukses adalah sebuah perjalanan proses sampai di hasil yang kita inginkan. Ibaratnya kita sedang menaiki anak tangga, kita tak bisa langsung sampai ke anak tangga yang paling atas. Satu per satu menaiki anak tangga hingga akhirnya mencapai anak tangga yang paling  atas. Anak tangga itu adalah masalah demi masalah yang harus kita hadapi. Tuhan memberkati Sahabat dan keluarga. Tuhan selalu punya cara untuk menolong kita dalam menyelesaikan setiap masalah. (pg)

PERTOLONGAN dan PERLINDUNGAN ALLAH

Selamat jumpa para Pendukung Kristus, apa kabar? Salam sehat penuh syukur karena pertolongan Tuhan senantiasa datang tepat pada waktu-Nya. Sahabat, ketika saya merenungkan perjalanan hidup saya sendiri, maka tiba pada satu kesimpulan, kalau saya masih dapat bertahan  hidup sampai hari ini, itu karena anugerah, pertolongan, dan perlindungan Tuhan saja. Saya nyaris mati sudah lebih dari 5 kali, baik karena kecelakaan lalu lintas maupun sakit dan sebab yang lain.   Bagi Sahabat yang membaca Alkitab dari Kejadian sampai dengan Wahyu secara berurutan setiap hari, maka ketika sampai di kitab 2 Samuel akan lebih antusias membacanya. Membaca kitab tersebut seperti menyaksikan sebuah serial sinetron di televisi yang seru dan menegangkan. Di kitab 2 Samuel, kita bisa membaca kisah perjalanan raja Daud. Bagaimana Daud berusaha memantapkan kedudukannya sebagai raja di Israel, ia diperhadapkan dengan  tantangan dari pihak militer, intrik politik, dan pengkhianatan dari sahabat dan anggota keluarganya sendiri. Di dalamnya tentu ada kisah Daud dan Batsyeba. Namun di penghujung kitab 2 Samuel, kita menemukan nyanyian syukur Daud (2 Samuel 22:1-51). Pengenalannya akan Allah yang diteguhkan oleh pengalamannya berjalan bersama Allah, dituangkan di dalam nyanyian syukurnya. Nyanyian Daud dalam perikop ini adalah nyanyian tentang dilepaskannya Daud dari musuhnya, “… dalam kesesakan, aku berseru kepada Tuhan, … Ia mendengar suaraku dari bait-Nya, …” (ayat 7) Dia bersyukur kepada Allah atas belas kasihan, kasih setia, dan kelepasan yang diberikan-Nya, “… Engkaulah pelitaku, ya TUHAN, dan TUHAN menyinari kegelapanku” (ayat 29). Sahabat, dalam banyak kesulitan yang dihadapinya, Daud berpaling kepada Tuhan, “Karena dengan Engkau aku berani menghadapi gerombolan, dengan Allahku aku berani melompati tembok” (ayat 30). Mungkin kita dapat merasakan dan memahami pergumulan-pergumulan Daud karena seperti kita, ia pun jauh dari sempurna. Namun Daud tahu bahwa Allah jauh lebih besar daripada bagian-bagian hidupnya yang paling kacau sekalipun. Sahabat, bersama Daud, kita dapat berkata, “Adapun Allah, jalan-Nya sempurna; sabda Tuhan itu murni; Dia menjadi perisai bagi semua orang yang berlindung pada-Nya” (ayat 31). Ingatlah! Sahabat, fungsi nyanyian syukur tersebut bagi Daud ialah berterima kasih kepada Tuhan sehingga beroleh hati yang  bijaksana. Juga agar beroleh kekuatan dalam menapaki kehidupan. Selain itu, bersaksi supaya orang yang mendengarkan atau melantunkan nyanyian tersebut dapat memperoleh kekuatan hidup. Sudahkah kita menghitung berkat pertolongan dan perlindungan Tuhan? Hitunglah, dan saksikanlah, maka kita akan memperoleh kekuatan hidup bagi diri sendiri dan juga memberikan kekuatan hidup bagi  bagi orang lain! Tuhan memberkati Sahabat dan keluarga. Tuhan selalu punya cara untuk menolong dan melindungi  kita. (pg)

BELAJAR dari SEMANGAT KALEB

Selamat jumpa para Pendukung Kristus, apa kabar? Salam sehat disertai semangat untuk menggapai mimpi-mimpi. Sahabat, tak bisa dimungkiri, semangat menjadi satu di antara kunci keberhasilan dalam menggapai cita-cita. Hal itu dikarenakan tak sedikit orang yang kehilangan semangat saat menghadapi halangan dan tantangan. Memang jalan untuk menggapai mimpi tidak selamanya datar dan mulus, kadang menanjak, berkelok, bergelombang, berlubang dan berlumpur. Terkadang seseorang menemui hambatan, yang bisa membuatnya  terpuruk. Bahkan, tak sedikit orang yang berhenti dan melupakan impian hidupnya. Nah, dalam kondisi seperti itu, kita butuh yang namanya SEMANGAT. Sahabat, tidak sedikit orang yang mengalami kegagalan dalam hidup bukan karena mereka  tidak berpendidikan, namun karena mereka tidak memiliki semangat dalam menjalani hidup.  Sedikit saja mengalami masalah atau kesulitan langsung mengeluh, mengasihani diri sendiri secara berlebihan, dan kehilangan semangat.  Sekarang, perhatikan apa yang dikatakan Salomo berikut ini,   “Orang yang bersemangat dapat menanggung penderitaannya, tetapi siapa akan memulihkan semangat yang patah?”  (Amsal 18:14).  Seberat apa pun tantangan yang dihadapi janganlah kita sampai kehilangan semangat.  Mengapa?  Karena kita punya Tuhan yang tidak pernah meninggalkan kita, Ia begitu peduli dengan keadaan kita.  “Dia memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada yang tiada berdaya.”  (Yesaya 40:29). Sahabat, belajarlah dari Kaleb, yang tetap memiliki semangat hidup luar biasa sekalipun sudah berumur 85 tahun,  “… aku masih sama kuat seperti pada waktu aku disuruh Musa; seperti kekuatanku pada waktu itu demikianlah kekuatanku sekarang untuk berperang dan untuk keluar masuk.”  (Yosua 14:11).  Kaleb tetap bersemangat dalam menjalani kehidupan karena ia senantiasa mengarahkan pandangannya kepada janji-janji Tuhan,  “Janji TUHAN adalah janji yang murni, bagaikan perak yang teruji, tujuh kali dimurnikan dalam dapur peleburan di tanah.” (Mazmur 12:7).  Orang yang memegang dan mengimani janji Tuhan dalam hidupnya tidak akan mudah mengeluh dan berputus asa, ia akan terus bersemangat sampai janji Tuhan digenapi dalam hidupnya. Sahabat, Kaleb berusia 40 tahun saat diutus Musa untuk mengintai tanah Kanaan, dan ia terus memegang teguh apa yang Musa katakana,  “Sesungguhnya tanah yang diinjak oleh kakimu itu akan menjadi milik pusakamu dan anak-anakmu sampai selama-lamanya, sebab engkau tetap mengikuti TUHAN, Allahku, dengan sepenuh hati.”  (Yosua 14:9), Empat puluh lima tahun telah berlalu, Tuhan pun menggenapi janji-Nya.  Yosua memberikan Hebron menjadi pusakanya  (Yosua 14:13). Ingatlah!  Sahabat, kalau semangat itu datang dari pintu depan, maka kekhawatiran akan kabur tunggang langgang melalui pintu belakang. Bersama dengan Daud kita memohon kepada Tuhan, “Teguhkanlah pada hamba-Mu ini janji-Mu, yang berlaku bagi orang yang takut kepada-Mu.”  (Mazmur 119:38) Tuhan memberkati Sahabat dan keluarga. Tuhan selalu punya cara untuk menolong kita supaya kita tetap bersemangat. (pg)

KASIH yang MENGAMPUNI

Selamat jumpa para Pendukung Kristus, apa kabar? Salam sehat penuh kasih. Sahabat, pengalaman hidup kita bercerita bahwa kasih Allah itu hanya bisa kita rasakan dan nikmati. Kasih Allah itu  begitu besar. Sungguh kita tidak dapat mengukur dan menghitungnya. Daud menggambarkan kasih Allah itu “sampai ke langit” (Mazmur 36:6) dan Rasul Paulus mendeskripsikan kasih Allah, “… betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus,”  (Efesus 3:18-b).  Banyak cerita tentang cinta kasih yang ada di dunia ini, namun kesemuanya itu tidak bisa dibandingkan dengan kasih Allah.  Kasih Allah itu sangat jauh berbeda dari kasih lain yang ada di dunia ini. Di mana bedanya? Untuk menjawabnya mari  kita akan belajar tentang kasih Allah dari satu perikop yang saya ambil dari 1 Yohanes 4:7-21 dengan judul “Allah adalah kasih”. Dalam ayat  7 dan 8 dinyatakan bahwa kasih itu berasal dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi, lahir dari Allah dan mengenal Allah. Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih.   Sahabat, pernyataan  “Allah adalah kasih”  berarti kasih itu sumbernya dari Allah, dan karena Dia adalah sumber kasih, Ia tidak mungkin kekurangan kasih. Pernyataan  Allah adalah kasih  juga berarti bahwa Ia tidak dapat dipisahkan dari sifat dasarnya yaitu kasih.  Itulah sebabnya Allah Mahapengasih, Mahapenyayang dan Mahapengampun.  Jadi,  “Inilah kasih itu: Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus Anak-Nya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita.”  (ayat 10). Adapun kasih Allah kepada kita adalah kasih yang tak bersyarat,   “… Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa.” (Roma 5:8).  Itu menunjukkan bahwa Allah mengasihi kita, apa pun dan bagaimana pun keadaan kita, “sejauh timur dari barat, demikian dijauhkan-Nya dari pada kita pelanggaran kita.”  (Mazmur 103:12).  Kita tahu bahwa  timur dan barat  tidak akan pernah bertemu.  Sahabat, sesungguhnya hal tersebut merupakan gambaran pengampunan Allah:  bila Ia menyingkirkan, menjauhkan, dan tidak mengingat-ingatnya lagi.  Jelas sekali bahwa walaupun kita berdosa Allah tetap mengasihi kita.  Karena Allah adalah kasih maka kasih merupakan hal yang sangat utama dalam kekristenan, itulah sebabnya Allah menghendaki agar anak-anak-Nya mewarisi karakter kasih ini.  “… jikalau Allah sedemikian mengasihi kita, maka haruslah kita juga saling mengasihi.”  (ayat 11). Ingatlah! Sahabat,  jikalau kita mampu mengasihi dan melepaskan pengampunan kepada orang lain, itu karena kasih dari Allah mengalir di dalam kita dan kita ada di dalam Dia,   ” … Allah adalah kasih, dan barangsiapa tetap berada di dalam kasih, ia tetap berada di dalam Allah dan Allah di dalam dia.”  (ayat 16-b).  Dari pihak kita hanya dibutuhkan kemauan, sedangkan kemampuan itu diberikan oleh Allah melalui Roh Kudus-Nya (2 Timotius 1:7).   Roh Kudus yang ada di dalam kita itulah yang memampukan kita mengasihi dan mengampuni. Tuhan memberkati Sahabat dan keluarga. Tuhan selalu punya cara untuk mengasihi kita. (pg)