Mengembangkan RENDAH HATI sebagai KEPRIBADIAN

Selamat jumpa para Pendukung Kristus, apa kabar? Salam sehat penuh syukur karena kita dapat terus belajar untuk berperilaku rendah hati. Sahabat, orang yang rendah hati cenderung tidak selalu menganggap dirinya lebih baik daripada orang lain. Sifat selalu ingin tampak lebih dari orang lain dan keangkuhan, umumnya mendorong seseorang untuk selalu ingin mendapatkan  pujian (jempol) dan perhatian. Padahal, sesungguhnya pujian adalah saat kita bisa menempatkan diri di mana kita berada, tanpa memaksakan kehendak untuk dipuji. Kita perlu semakin menyadari, ketika berdoa, kita sedang berhadapan dan berkomunikasi dengan Tuhan yang Mahabesar, Mahakuasa, Mahamulia dan Mahakudus. Di hadapan Allah yang seperti itu, betapa kecil dan hinanya manusia. Dalam kesadaran seperti itu, selayaknya kita bersikap seperti Daud dalam doanya kepada Tuhan. Daud sangat hormat, khusyuk, sungguh-sungguh, sopan, tertib, penuh iman, dan taat kepada Tuhan. Sahabat, untuk itu saya mengajak Sahabat  menggali berkat dari 2 Samuel 7:18-29 di bawah judul: “Doa Syukur Daud.” Dari perikop tersebut kita dapat mengetahui bagaimana sikap Daud dalam doanya. Daud memberikan teladan kerendahan hati. Ia bersikap serendah-rendahnya di hadapan Allah yang Mahatinggi. Ia sadar akan keberadaannya. Daud takjub kepada Allah (ayat 19-22). Tidak ada yang seperti Allah (ayat 22). Allah  telah menyelamatkan umat-Nya (ayat 23). Daud takjub, bersyukur, dan dengan rendah hati berdoa kepada Allah memohon berkat-Nya (ayat 24-29) Sahabat, di dalam doanya tersebut, Daud menyebut dirinya sebagai hamba Allah sampai sepuluh kali. Ini menyiratkan kesadaran Daud akan siapa dirinya. Dari bukan siapa-siapa, dari gembala domba di padang belantara, dia telah dijadikan Allah sebagai raja Israel. Itu sama sekali bukan karena kemampuannya melainkan karena anugerah Allah semata. Sikap rendah hati itu tidak hanya ditunjukkan dalam doa saja, tetapi juga dinyatakan dalam menanggapi penolakan Tuhan atas ide Daud untuk membangun Bait Allah (2 Samuel 7:1-17). Bagaimana reaksi Daud menghadapi penolakan Allah? Jawabnya terdapat juga dalam perikop yang kita pelajari saat ini. Daud tidak mengeluh, juga tidak bersungut-sungut. Ia malah berdoa. Kesadaran ini menunjukkan bahwa Daud menerima dengan baik penolakan Allah terhadap gagasannya. Ini sekaligus merupakan pengakuan Daud bahwa otoritas tertinggi ada di tangan Allah. Sahabat, ada pepatah yang mengatakan: “Kerendahan hati adalah kekuatan singa yang diwujudkan dalam lembutnya burung dara”. Marilah kita selalu berusaha bersikap rendah hati, baik kepada Tuhan maupun kepada sesama. Jauhkanlah diri kita dari sikap dan perilaku sombong yang selalu meninggikan diri sendiri di hadapan orang lain, terlebih di hadapan Tuhan. Tetaplah rendah hati dan berbuat yang terbaik dalam hidup ini dan bagi kehidupan ini. Ingatlah! Sahabat, sikap rendah hati harus mendasari dan mewarnai perilaku kita dalam hidup sehari-hari. Mari kembangkan rendah hati sebagai kepribadian. Tuhan memberkati Sahabat dan keluarga. Tuhan selalu punya cara untuk menolong kita agar selalu bersikap rendah hati. (pg).

MENANTI-NANTIKAN TUHAN

Selamat jumpa para Pendukung Kristus, apa kabar? Salam sehat penuh ketekunan untuk menunggu Tuhan bertindak. Sahabat, dengan begitu banyak media komunikasi instan bermunculan dewasa ini, tanpa sadar kita terbentuk menjadi orang yang tidak sabar  dalam menantikan jawaban dari seseorang. Seorang kenalan saya mengirim WA kepada rekan sepelayanan,   tetapi ia kemudian menghubungi rekannya tersebut dengan telepon genggam karena merasa tidak sabar dalam menunggu jawabannya! Dalam perkembangannya, sikap tidak sabar bukan hanya sebatas hubungan manusia dengan sesamanya, tapi kadang menjalar juga kepada hubungan manusia dengan Tuhan.  Mereka merasa bahwa Allah telah mengecewakannya karena Dia tidak segera menjawab doanya. Seringkali sikap mereka menjadi, “Jawablah aku dengan segera, ya Tuhan, sudah habis semangatku! …” (Mazmur 143:7). Sahabat, dalam Alkitab, kata menanti  sering diarahkan lebih kepada sikap ketimbang sekadar kata kerja aktif. Menantikan Tuhan, itu artinya memercayai Dia sepenuhnya. Itu sebuah sikap yang kemunculannya akan sangat tergantung dari seberapa besar kita memercayai Tuhan dalam segala permasalahan yang kita hadapi. Daud berseru, “Nantikanlah TUHAN! Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu! Ya, nantikanlah TUHAN!” (Mazmur 27:14). Kita tahu Daud bukanlah orang yang sama sekali tidak pernah mengalami masalah. Justru sebaliknya, dia kerap berada dalam situasi yang sulit dan mencekam, bahkan tidak jarang nyawanya terancam. Tapi justru dari Daudlah kita menemukan seruan seperti tersebut di atas, sebagai gambaran sikap hatinya dalam menghadapi berbagai situasi sulit dalam perjalanan hidupnya. Sahabat, bagaimana Daud bisa memiliki sikap seperti itu? Jika kita membaca Mazmur 27  dari awal, maka kita akan mendapatkan dasar-dasar pemikiran Daud yang akan membuat kita mengerti mengapa dia bisa seperti itu. Awal Mazmur 27 dibuka dengan: “TUHAN adalah terangku dan keselamatanku, kepada siapakah aku harus takut? TUHAN adalah benteng hidupku, terhadap siapakah aku harus gemetar?” (ayat 1).  Seperti itulah Daud memandang Tuhan. Lewat pengalaman-pengalaman pribadinya sejak kecil,  dia tahu bahwa Tuhan selalu sanggup melepaskannya dari bahaya. Jika dulu bisa, mengapa sekarang tidak? Dalam situasi bahaya, Daud yakin sepenuhnya bahwa Tuhan akan menyembunyikan dan melindunginya (Mazmur 27: 5). Menantikan Tuhan itu artinya percaya sepenuhnya kepada-Nya, menyerahkan segenap hidup kita ke dalam tangan-Nya. Menantikan Tuhan juga membawa banyak kebaikan bagi kita. Bagi orang yang tekun menantikan Tuhan, Dia berjanji tidak akan mendapat malu,  “… Maka engkau akan mengetahui, bahwa Akulah TUHAN, dan bahwa orang-orang yang menanti-nantikan Aku tidak akan mendapat malu.” (Yesaya 49:23). Orang yang menantikan Tuhan juga dikatakan akan mendapatkan kekuatan baru (Yesaya 40:31), bahkan  akan mewarisi negeri (Mazmur 37:9). Ingatlah! Sahabat, menantikan Tuhan dapat mengubah kita menjadi seseorang yang bertumbuh dalam iman. Daud tumbuh menjadi seorang yang berkenan di hati Allah dengan jalan menantikan Tuhan (Kisah Para Rasul 13:22; 1 Samuel 13:14). Tuhan memberkati Sahabat dan keluarga. Tuhan selalu punya cara untuk menolong kita agar tekun dalam menantikan pertolongan-Nya. (pg)

Penglihatan TULANG-TULANG KERING (2)

Selamat jumpa para Pendukung Kristus, apa kabar?  Salam sehat penuh syukur karena kita dapat menjalani hidup dengan hati yang gembira dan semangat yang menyala. Sahabat, Yehezkiel hidup pada zaman dimana orang dapat menemukan lembah-lembah yang berisi tulang. Pada zaman itu, ketika satu pasukan tentara dikalahkan, para prajurit yang menang dalam peperangan akan menjarah barang-barang berharga dari korban yang tewas dan meninggalkan jenazah musuhnya tanpa dikuburkan. Karena itu di tempat-tempat bekas medan pertempuran, kerangka atau tulang-tulang manusia masih tetap berada disana sampai bertahun-tahun lamanya. Sahabat, mari kita belajar dari penglihatan Yehezkiel (Yehezkiel 37:1-14) Jika kita merasa seperti sedang berada di lembah tulang kering dan kita berharap dapat mengalami pemulihan, ada empat hal yang harus kita lakukan: Pertama, akui situasinya. Tuhan ingin Yehezkiel tahu bahwa tulang-tulang itu betul-betul mati. Tuhan ingin agar Yehezkiel menyadari bahwa masalahnya terlalu besar untuk dapat diatasinya sendiri (Ayat 1 dan 2). Masalahnya, ada cukup banyak orang yang meskipun  mendapati dirinya berada di lembah tulang kering, mereka enggan untuk mengakuinya. Namun mereka tidak akan dapat mengatasi masalah jika tidak mengakui dan menghadapinya. Jangan melarikan diri dari masalah yang ada. Sahabat, Yehezkiel percaya bahwa bagi Tuhan tidak ada yang mustahil. Jika Tuhan menghendakinya, Ia dapat memberi kehidupan (Ayat 3). Hal ini juga harus menjadi keyakinan dari setiap orang percaya, bahwa kita menyembah Tuhan Yang Mahakuasa, Kedua, perkatakan firman Tuhan. Ayat 4 -6 menunjukkan suatu kebenaran kepada kita, bahwa Tuhan memakai manusia untuk memberikan hidup baru kepada tulang-tulang kering. Tuhan dapat menghidupkan tulang-tulang kering tanpa bantuan manusia. Tetapi pada kenyataannya, Tuhan memakai kita. Itulah sebabnya ada kegairahan yang besar untuk menjadi saksi Kristus. Untuk memberitakan Kabar Baik. Ketiga, berdoa untuk pengurapan Roh Kudus. Pada ayat 7-8, semua organ tubuh sudah berada di tempatnya. Tulang, otot, kulit, dan anggota tubuh yang lain sudah berada dalam posisinya yang benar, namun masih belum ada kehidupan. Setiap prajurit di lembah itu adalah seperti  jenazah karena mereka belum bernafas. Sekarang Yehezkiel bukan lagi dikelilingi oleh ribuan tulang lepas, tapi ia dikelilingi oleh balatentara yang  belum bernafas. Maka pada ayat 9, Yehezkiel diminta untuk bernubuat kepada nafas hidup agar masuk ke dalam tubuh bala tentara yang masih mati, karena hanya Roh Kudus yang memiliki kuasa kebangkitan (Zakharia 4:6) Keempat, alami kuasa kebangkitan (ayat 10-14). Sahabat,  Tuhan memberi kehidupan kepada orang-orang yang sudah mati di lembah tersebut, dan mereka menjadi balatentara yang hidup. Tulang-tulang kering itu menggambarkan keadaan yang sedang dihadapi oleh orang-orang percaya saat ini. Mungkin ada pembaca yang sedang berada  di lembah: Kesehatan yang kering;  di lembah keuangan yang kering; di lembah masalah keluarga yang kering, atau masalah-masalah lain yang kering.   Tidak perlu ragu-ragu, tulang-tulang kering yang menggambarkan berbagai persoalan kita,  dapat hidup kembali. Walaupun situasi keputus-asaan yang Sahabat alami demikian parah, Tuhan dapat memulihkan hidupmu melalui Firman dan Roh Kudus-Nya. Ingatlah! Sahabat, penglihatan Yehezkiel tentang lembah tulang-tulang kering adalah sebuah penglihatan tentang pengharapan. Penglihatan tersebut adalah suatu pesan yang mengagumkan bahwa Firman dan Roh Tuhan dapat menghidupkan kembali situasi  bagaimana pun. Tuhan memberkati Sahabat dan keluarga. Tuhan selalu punya cara untuk memulihkan permasalahan yang sudah kering. (pg)

Penglihatan TULANG-TULANG KERING (1)

Selamat jumpa para Pendukung Kristus, apa kabar? Salam sehat penuh syukur karena Allah Bapa telah memulihkan hubungan-Nya dengan kita melalui kematian dan kebangkitan Anak-Nya. Sahabat, di usia saya yang sudah lebih dari 60 tahun, saat ini saya diberi kepercayaan oleh Tuhan untuk  mendampingi beberapa orang sahabat atau keluarga sahabat yang sedang menjalani masa pemulihan kesehatannya. Dalam masa pandemi Covid – 19, saya juga mendampingi beberapa sahabat yang saat ini sedang berjuang untuk memulihkan usaha dan keuangan keluarga. Maka saat ini saya mengajak Sahabat untuk menggali berkat dari Yehezkiel 37:1-14 di bawah judul: “Kebangkitan Israel.” Sahabat, Tuhan berbicara kepada Nabi Yehezkiel melalui mimpi-mimpi dan penglihatan. Selama 22 tahun pelayanan Yehezkiel, kita menemukan sedikitnya enam penglihatan yang diperolehnya dari Tuhan. Penglihatan Yehezkiel yang paling dikenal diantara kita yaitu penglihatan tentang suatu lembah yang penuh dengan tulang-tulang kering. Tulang-tulang kering adalah gambaran dari bangsa Israel pada masa itu. Yehezkiel bersama dengan orang-orang Israel sedang berada dalam pembuangan. Suku-suku bangsa Israel sudah terpencar secara luas di antara bangsa-bangsa tetangga sehingga Israel tampak seperti suatu bangsa yang sudah hilang. Suku Yehuda, Benyamin dan Lewi baru saja ditaklukkan dan dibawa sebagai tawanan ke Babel. Kelihatannya identitas mereka sebagai bangsa sudah hilang untuk selama-lamanya. Orang-orang Israel merasa tidak akan pernah pulang kembali ke Tanah Perjanjian. Karena itu, salah satu tujuan Tuhan memberi penglihatan kepada Yehezkiel tentang tulang tulang kering adalah untuk membangkitkan kembali pengharapan mereka bahwa Tuhan pada suatu saat nanti akan membangkitkan mereka kembali sebagai suatu bangsa. Sahabat, penglihatan dari Tuhan kepada Yehezkiel diberikan untuk meyakinkan orang Israel yang terbuang bahwa mereka akan dipulihkan oleh Tuhan dan kembali ke tanah perjanjian lagi walaupun saat itu keadaan mereka sangat suram. Pemulihan dari Tuhan dalam pembacaan perikop ini menyangkut dua hal yaitu pemulihan jasmani, dimana umat Israel kembali ke tanah mereka dari pembuangan (ayat 7-8) dan pemulihan rohani kepada iman (ayat 9-10). Tulang-tulang kering juga menggambarkan Israel rohani yang sedang kering. Israel rohani dapat juga menggambarkan gereja masa kini, gereja sebagai suatu komunitas orang percaya. Nubuatan Yehezkiel bagi Israel rohani yang kering yaitu bahwa Tuhan dapat memulihkan keadaan rohani umat-Nya atau gereja-Nya. Tuhan dapat membangkitkan kita dan menjadikan kita sebagai balatentara yang perkasa untuk Kristus. Bala tentara untuk membawa Kabar Baik. Ingatlah! Sahabat, kalau Tuhan ingin memulihkan keadaan seseorang, maka Dia dapat melakukannya di manapun dan dalam keadaan separah bagaimana pun juga. Mintalah kepada Roh Kudus untuk menghidupkan kembali tulang-tulangmu yang sudah kering akibat semangat hidup yang patah. Tuhan memberkati Sahabat dan keluarga. Tuhan selalu punya cara untuk memulihkanmu. (pg)

Tuhan Meninggikan ORANG yang RENDAH

Selamat jumpa para Pendukung Kristus, apa kabar? Salam sehat dan dengan semangat kita memuji Tuhan dari sekarang sampai selamanya. Sahabat, kalau kita belajar dari kehidupan presiden kita saat ini, bapak Joko Widodo atau lebih dikenal dengan nama Jokowi, sangat luar biasa. Beliau bukan seorang Ketua Partai, bukan pula seorang jenderal, juga bukan keturunan ningrat, tapi diangkat oleh Tuhan menjadi Presiden Republik Indonesia yang ke-7. Maka pada hari ini dengan penuh antusias saya mengajak Sahabat untuk menggali berkat dari Mazmur 113:1-9 di bawah judul: “Tuhan meninggikan orang rendah.” Sahabat, sangat menarik, perikop tersebut dibuka dengan ayat 1 dan 2 sebagai berikut, ”Haleluya! Pujilah, hai hamba-hamba TUHAN, pujilah nama TUHAN! Kiranya nama TUHAN dimasyurkan , sekarang ini dan selama-lamanya.” Nah, itu artinya jangan tunggu sampai hari esok untuk memuji nama Tuhan tetapi mulailah sekarang dan untuk selama-lamanya. Tuhan tidak ingin kita berhenti memuji dan memuliakan nama-Nya. Tuhan ingin kita meninggikan nama-Nya, bahkan dalam setiap waktu kita, “Dari terbitnya sampai kepada terbenamnya matahari, terpujilah nama Tuhan” (ayat 3). Ayat berikutnya berbicara mengenai siapakah Tuhan itu? Coba kita simak ayat 4-6,  “TUHAN tinggi mengatasi segala bangsa, kemuliaan-Nya mengatasi langit. Siapakah seperti TUHAN, Allah kita yang diam di tempat tinggi, yang merendahkan diri untuk melihat ke langit dan ke bumi?” Dari 3 ayat tersebut kita dapat menyimpulkan bahwa Tuhan adalah yang punya kuasa. Tuhan mengatasi segala bangsa dan Kemuliaan-Nya mengatasi langit. Sahabat, pemazmur mengajak orang percaya untuk memuliakan Tuhan karena tidak ada allah lain seperti Allah Israel (ayat 5). Sebab langit adalah takhta Allah dan bumi adalah tumpuan kaki-Nya (ayat 4 dan Yesaya 66:1). Di sisi lain, Allah yang Mahatinggi juga adalah Allah yang peduli dengan ciptaan-Nya. Allah tidak duduk diam di surga tanpa berbuat apa pun. Sebaliknya, Ia dengan saksama mengamati, menyelidiki, mengatur, dan mencukupi kebutuhan ciptaan-Nya (ayat 6 dan Matius 6:25-32). Selain itu, Allah mengangkat derajat dan martabat umat-Nya di mata bangsa-bangsa. Ia tidak membiarkan umat-Nya dipandang sebelah mata oleh para musuh mereka (ayat 7 dan 8). Ia mendudukan umat-Nya setara dengan bangsa-bangsa lain. Salah satu contohnya dapat ditemukan dari kisah Daud, Ester, Daniel, dan sebagainya. Bahkan untuk perempuan yang mandul pun diperhatikan oleh Allah. Ia mengembalikan kehormatan orang-orang yang dikasihi-Nya di hadapan sesamanya (9). Kebesaran Allah dapat terlihat pada kisah Sara dan Hana. Sahabat, dalam kisah-kisah di Alkitab, ada cukup banyak orang yang mungkin dipandang sebelah mata namun dipilih Allah untuk melakukan pelayanan besar. Misalnya Gideon, ia dipanggil sewaktu sedang mengirik gandum. Saul dipanggil saat sedang mencari keledai-keledai betina ayahnya yang hilang. Daud dipanggil saat sedang menggembalakan domba. Para rasul dipanggil saat mereka sedang menjala ikan.  Ingatlah! Sahabat. bukan tidak mungkin orang-orang yang dipandang bodoh dan lemah bagi dunia, dipilih dan dipakai Allah untuk melakukan perkara besar. Allah sanggup mengangkat mereka yang dianggap tidak memiliki keahlian untuk kemudian menempatkan mereka di tempat yang paling terhormat. Itulah cara yang kadang dipakai Allah untuk mengagungkan hikmat, kuasa dan kedaulatan-Nya. Tuhan memberkati Sahabat dan keluarga. Tuhan selalu punya cara untuk mengangkat anak-anak-Nya. (pg)

Tempat PERTEDUHAN yang AMAN

Selamat jumpa para Pendukung Kristus, apa kabar? Salam sehat penuh syukur karena Tuhan berkenan menjadi tempat perteduhan kita yang nyaman. Sahabat, pada musim hujan seperti saat ini, kadang kalau saya sedang mengendarai motor, tiba-tiba turun hujan, maka saya cepat-cepat cari tempat perteduhan yang cukup aman, biasanya saya cari emper toko yang cukup lebar atau halte bis kota. Tentu saya berusaha mendapatkan emper atau halte bis kota yang tidak bocor. Memang saya masih bisa melihat tetesan hujan yang turun dari langit. Saya masih bisa merasakan tiupan angin, dan kadang saya dapat melihat kilatan petir di langit dan suara guruh yang menggelegar, tapi yang penting saya tidak basah kena air hujan. Saya dapat berteduh sejenak dengan aman. Sahabat, kehidupan kita di dunia bak satu perjalanan yang cukup jauh. Dalam perjalanan, tentu tidak selamanya lancar. Kadang kita menemui halangan, tantangan, kesulitan, dan bahaya. Demikian juga perjalanan hidup kita, badai kehidupan berupa: sakit penyakit, krisis keluarga, krisis keuangan, serta permasalahan lainnya bisa tiba-tiba datang menerpa. Itulah sebabnya, kita membutuhkan tempat perteduhan. Untuk itu saya mengajak Sahabat untuk menggali berkat dari Mazmur 91:1-16 di bawah judul: “Dalam lindungan Allah.” Sahabat, sesungguhnya, kepada siapakah janji-janji Tuhan dalam perikop tersebut dialamatkan?  Janji-janji Tuhan disampaikan kepada orang yang duduk dalam lindungan Yang Mahatinggi dan bermalam dalam naungan yang Mahakuasa (ayat 1).  Tempat perlindungan dan kubu pertahanan kita adalah Allah yang kita percayai (ayat 2). Kita harus tinggal dalam Kristus dan di dalam firman-Nya (Yohanes 15:7).  Selama kita masih hidup di dunia, kita tetap akan diperhadapkan pada berbagai ancaman kehidupan. Bedanya, ketika kita menjadikan Tuhan sebagai tempat perteduhan, kita tidak lagi merasa takut sebab semua itu tidak akan menimpa kita (ayat 5-7). Perlindungan Tuhan itu kuat bagaikan perisai dan pagar tembok. Akan ada rasa aman bagi setiap orang yang berada dalam naungan Tuhan sebab badai kehidupan tidak dapat menerobos masuk ke dalamnya (ayat 4, 9 dan 10). Sahabat, bila kita tidak mau tinggal di dalam firman-Nya, kita akan menjumpai banyak kesulitan.  Ada cukup banyak orang percaya yang  mencoba-coba hidup di luar firman-Nya dan berpikir suatu saat kelak masih ada kesempatan kembali bertobat.  Tetapi, kadang masalah sudah datang terlebih dahulu sebelum kita sempat kembali dan tinggal dalam tempat perlindungan; maka bertanya-tanyalah kita mengapa itu terjadi, mengapa Tuhan izinkan, bukankah Tuhan berjanji akan melindungi di bawah kapak-Nya dan kesetiaan-Nya seperti perisai dan pagar tembok. Sekarang, marilah kita memeriksa diri apakah kita sudah tinggal di dalam Dia dan firman-Nya di dalam kita.  Bila kita tidak tinggal dalam daerah perlindungan-Nya,  ketika masalah terjadi secara bertubi-tubi menyerang kehidupan kita, itu bukan Tuhan yang ingkar janji. Apabila kita berjalan di jalur Tuhan dan melakukan kehendak-Nya, persoalan boleh saja datang, tetapi Tuhan pasti turut campur tangan dan membela kita.  Dia berkata, “Bila ia berseru kepada-Ku, Aku akan menjawab, Aku akan menyertai dia dalam kesesakan, Aku akan meluputkannya dan memuliakannya.”  (Ayat 15).  Untuk beroleh pemeliharaan dan perlindungan-Nya kita harus karib dengan Tuhan dan hidup dalam ketaatan! Ingatlah! Sahabat, di tengah badai yang menggelora, Tuhan menjadi tempat perteduhan yang aman bagi mereka yang berlindung pada-Nya. Tuhan memberkati Sahabat dan keluarga. Tuhan selalu punya cara untuk melindungi kita. (pg).