MELANGKAH DENGAN IMAN

Selamat jumpa para Pendukung Kristus, apa kabar? Salam sehat penuh syukur karena kita mempunyai Tuhan yang hidup yang pasti akan menggenapi janji-janji-Nya. Sahabat, Yeremia adalah salah seorang nabi di kerajaan Yehuda yang hidup menjelang dan setelah zaman pembuangan ke Babel. Selama hidupnya, Yeremia menyampaikan Firman Tuhan yang keras dan berat kepada bangsa Yehuda, yaitu bahwa Tuhan akan menghukum dan membuang bangsa Yehuda karena dosa-dosa yang mereka perbuat. Walaupun demikian, Tuhan menjanjikan akan memulihkan bangsa Yehuda dan mengembalikan mereka kembali ke tanah asalnya. Seseorang akan dengan ringan melangkahkan kakinya, ketika dia yakin bahwa apa yang akan dia dapatkan di depan akan menguntungkan dirinya. Demikian halnya dengan Israel; agar mereka tetap taat kepada ketetapan Tuhan, Dia memberi janji bahwa yang akan mereka dapatkan di depan akan jauh lebih baik. Janji Tuhan ini menjadi semangat bagi Israel dalam menjalani masa sulitnya dalam pembuangan. Sebagai simbol bahwa Tuhan akan benar-benar memulihkan umat-Nya, Tuhan berfirman supaya Yeremia membeli ladang saudaranya di Anatot. Untuk itu mari kita  menggali berkat dari Yeremia 32:1-25 di bawah judul: “Pembelian ladang sebagai jaminan dari keselamatan Yehuda yang akan datang.” Sahabat, Yeremia diperintahkan Tuhan untuk menebus ladang dari sepupunya di Anatot. Bagi Yeremia, tindakan penebusan tanah itu, yang sesuai dengan Taurat (Imamat 25:25-28), menjadi kesempatan baginya untuk menunjukkan bahwa janji Allah pasti digenapi. Penjajahan yang sedang terjadi serta pembuangan ke Babel yang akan menyusul hanyalah bersifat sementara. Allah pada waktunya akan membebaskan umat-Nya dari pembuangan, dan akan mengembalikan mereka ke Tanah Perjanjian. Maka perjanjian resmi penjualan tanah yang dimeteraikan di hadapan para saksi dan dokumennya disimpan baik-baik oleh Barukh dalam sebuah bejana tanah menjadi bukti bahwa kelak situasi akan membaik dan transaksi ekonomi kembali normal (ayat 12 – 14). Perbuatan Yeremia adalah tanda bahwa jaminan pemulihan dari Allah pasti tergenapi, sekaligus menunjukkan iman Yeremia kepada janji Allah tersebut. Yeremia menaati firman Tuhan walau ia tidak mengerti maknanya. Namun Yeremia menanyakan hal itu. Doa Yeremia menunjukkan pemahamannya akan kasih dan keadilan Tuhan (ayat 17-19). Oleh kasih-Nya, umat dimerdekakan dari Mesir dan dijadikan bangsa dengan tanah Kanaan sebagai wilayah kedaulatan mereka (ayat 20-22). Namun ketika umat berkhianat dan menyembah ilah lain, Tuhan di dalam keadilan-Nya menghukum umat-Nya dengan membuang mereka dari wilayah mereka (ayat 23-24). Sebentar lagi, hukuman akan menimpa Yehuda. Kalau begitu apa gunanya membeli tanah ladang di Anatot? Sahabat, doa Yeremia bukan lahir dari ketidakpercayaan, melainkan ketidakmengertian. Yeremia tetap percaya dan mengandalkan Tuhan. Maka ia taat melakukan perintah-Nya. Ingatlah! Sahabat, biarlah kita tetap setia dan taat kepada firman, walau kadang kita tidak mengerti bahkan kadang merasa perintah Tuhan tidak sesuai dengan situasi dan kondisi kita saat itu. Yakinlah, Tuhan tidak pernah keliru dalam setiap  rencana-Nya. Tuhan memberkati Sahabat dan keluarga. Oleh kebangkitan Kristus, hidup kita mengalami pembaruan, penuh dengan keyakinan, kepastian, dan kelimpahan. Selamat Paskah. (pg)

Terbit FAJAR KEMENANGAN

Selamat jumpa para Pendukung Kristus, apa kabar? Salam sehat penuh pengharapan dan keyakinan, karena Yesus hidup, maka tiada yang mustahil bagi-Nya. Sahabat, di Jakarta ada beberapa gedung gereja yang di atas gedungnya diberi patung ayam jago. Yang paling terkenal yaitu gedung GPIB Paulus atau lebih dikenal dengan nama “Gereja Ayam” Menteng. Mengapa dipasang patung ayam jago? Setiap hari, sebelum manusia dan hewan lain bangun, ayam jagolah yang bangun terlebih dahulu, lalu berkokok, membangunkan semua makhluk. Ayam jago adalah lambang bangunnya kehidupan ciptaan. Sahabat, ayam jago adalah lambang menyingsingnya fajar. Coba kita perhatikan, apa yang ditulis oleh Matius di awal kisah Paskahnya, “Setelah hari Sabat lewat, menjelang menyingsingnya fajar pada hari pertama minggu itu, pergilah Maria Magdalena dan Maria yang lain, menengok kubur itu.” (Matius 28:1) Menarik ya, ternyata ayam jago menjadi simbol yang penuh dengan makna. Sahabat, untuk mengupas tentang fajar kemenangan, saya ajak Sahabat menggali berkat dari 1 Tawarikh 5:18-22. Kalau kita amati, dunia ini sangat dikendalikan oleh hukum kekuatan. Siapa yang kuat, ia akan berada di atas, berkuasa, dan menang. Dalam keseharian hidup hubungan antarmanusia ditentukan oleh hukum tersebut. Mulai dari hubungan dalam keluarga sampai ke hubungan bisnis dan urusan politik. Yang kuat terus menekan, supaya  kemauannya dituruti. Tidak heran, hidup ini sering terasa sebagai medan pertempuran. Kita harus menghadapi orang yang menekan kita agar kita mengikuti kemauannya. Jika kebetulan kita adalah pihak yang lemah, sungguh tidak mudah menghadapi situasi seperti itu. Sahabat, kitab Tawarikh banyak bercerita tentang beragam pertempuran, terutama yang tidak berimbang. Pertempuran antara yang besar, kuat, atau banyak, melawan yang kecil, lemah, dan sedikit. Sebenarnya, menurut hukum kekuatan, pemenangnya mudah ditebak. Tetapi penulis kitab Tawarikh memberi catatan yang sangat kuat bahwa semua pertempuran adalah milik Allah. Perangnya Tuhan. Kemenangan akan dialami oleh pihak yang kepadanya Allah berkenan membela. Tak masalah jumlah mereka sedikit atau kecil dan musuh lebih kuat, “… sebab pertempuran itu adalah dari pada Allah. …” (ayat 22). Sungguh tidak enak apabila kita sedang mengalami tekanan. Namun anggaplah situasi tertekan sebagai panggilan untuk berseru kepada Tuhan-seperti yang dilakukan oleh pasukan bani Ruben, Gad dan setengah suku Manasye (ayat 18). Tuhan punya seribu satu cara untuk membantu orang-orang tertekan yang mencari pertolongan dari-Nya. Jangan meremehkan peran doa dalam hidup kita. Fajar kemenangan sering kali terbit setelah malam kesesakan yang dibaluri seruan  doa.     Sahabat, Tuhan Yesus sebelum menikmati kemenangan di fajar Paskah, terlebih dahulu di taman Getsemani Dia harus bergumul dalam doa sampai peluh-Nya menjadi seperti titik-titik darah yang bertetesan ke tanah. Ingatlah! Sahabat, setiap kesesakan akibat tekanan hidup adalah panggilan untuk berseru kepada Allah, ”Mereka mendapat bantuan melawan orang-orang itu, sehingga orang Hagri itu dengan semua orang yang mengikutinya menyerahkan diri ke dalam tangan mereka, sebab mereka telah berseru kepada Allah dalam pertempuran itu. Maka Ia mengabulkan permintaan mereka, sebab mereka percaya kepada-Nya.” (ayat 20). Tuhan memberkati Sahabat dan keluarga. Yesus sudah bangkit. Ia adalah Tuhan yang hidup. Selamat Paskah. (pg)

Memerhatikan KESEJAHTERAAN ORANGTUA

Selamat jumpa para Pendukung Kristus, apa kabar? Salam sehat penuh syukur karena kita mempunyai Tuhan yang mengajarkan agar kita peduli dan bertanggung jawab dengan keluarga kita. Sahabat, betapa senangnya kalau kita diberi kepercayaan. Betapa senangnya kalau kita menjadi orang kepercayaan. Apalagi kalau yang memberi kepercayaan itu Tuhan Yesus. Kepercayaan adalah kemauan seseorang bertumpu pada orang lain dimana orang tersebut memiliki keyakinan kepadanya. Kepercayaan adalah salah satu bekal kehidupan yang amat penting untuk kita jaga. Karena tanpa adanya kepercayaan, maka hidup ini terasa penuh dengan kecurigaan dan kebohongan. Sahabat, perkataan ketiga Tuhan Yesus di atas kayu salib yang terdapat di Injil Yohanes 19:26-27 memperlihatkan sisi kemanusiaan-Nya, “Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya di sampingnya, berkatalah Ia kepada ibu-Nya: ‘Ibu, inilah, anakmu!’ Kemudian kata-Nya kepada murid-murid-Nya: ‘Inilah ibumu!’ Dan sejak saat itu murid itu menerima dia di dalam rumahnya.” Sahabat, Yesus mengasihi ibunya dan peduli padanya. Maria sangat kehilangan diri- Nya, Anak yang dikasihinya. Dengan kasih Ia memberikan Yohanes untuk menggantikan-Nya. Yohanes memang murid-Nya yang paling muda, tetapi dialah murid yang paling bertanggung jawab dan paling penuh cinta kasih.  Yohanes diberi tanggung jawab untuk menggantikan diri-Nya menjaga, memelihara, dan merawat Maria. Dalam bahasa aslinya, sebenarnya Yesus berkata, “Wanita, inilah anakmu!”  Dengan sebutan itu, Ia tidak bermaksud kurang ajar atau meremehkannya. Maria sudah menjadi ibu bagi Yesus selama tiga puluh tiga tahun lebih. Kini sudah tiba waktunya ia berhenti menjadi  ibu bagi-Nya. Kini ia menjadi wanita, seorang wanita istimewa, yang mendapatkan kasih dan anugrah-Nya. Sahabat, perubahan itu berhubungan dengan misi-Nya yang akan segera Ia selesaikan. Ia akan mati untuk menyelamatkan manusia yang berdosa, kemudian bangkit pada hari yang ketiga dan naik ke surga.  Kepada-Nya segala lutut akan bertelut dan semua lidah mengaku, bahwa Yesus adalah Tuhan, bagi kemuliaan Bapa. Bagamana Maria dapat memuliakan dan menyembah-Nya sebagai Tuhan, jika ia masih menganggap-Nya sebagai “anak”? Itu sebabnya, relasi itu harus diubah.  Yesus bukan lagi “anaknya”, melainkan “Tuhan dan Juruselamatnya”. Maria segera memahami rencana keselamatan Allah dan percaya kepada-Nya sebagai Juruselamat, tetapi adik-adik-Nya belum menerima Dia sebagai Juruselamat (Yohanes 7:5)   Saudara-saudara-Nya butuh waktu yang lama untuk bisa percaya kepada-Nya. Karena alasan teologis ini juga Ia menyerahkan ibu-Nya kepada Yohanes. Kasih dan kepedulian Yesus kepada ibu-Nya yang diimbangi dengan kesetiaan menjalankan misi Allah sungguh mengharukan. Biarlah teladan Yesus mendorong kita untuk lebih mengasihi orangtua dan keluarga kita, sambil tetap menjalankan misi Allah di dunia ini. Ingatlah! Sahabat, dalam penderitaan menjelang kematian, Yesus memerhatikan kesejahteraan ibu-Nya. Ia menugaskan Yohanes untuk menjaga, memelihara, dan merawatnya. Membantu keluarga yang membutuhkan pertolongan merupakan tugas kita sampai menutup mata. Luar biasa, di atas kayu salib Yesus mengajarkan: Tanggung jawab anak terhadap orangtua yang memerlukan bantuan mereka. Tuhan memberkati Sahabat dan keluarga. Tuhan senantiasa mengingatkan kita agar menghormati orangtua kita. Selamat Paskah. (pg)

KEHIDUPAN BARU YANG BERKEMENANGAN

Selamat jumpa para Pendukung Kristus, apa kabar? Salam sehat penuh semangat karena Tuhan Yesus sudah mengalahkan maut. Sahabat, orang percaya patut bersyukur dan bersukacita karena kita punya Tuhan yang hidup dan berkuasa!  Saat ini kita memperingati kebangkitan Kristus dari kematian.   Kebangkitan Kristus merupakan kemenangan iman orang percaya (1 Korintus 15:3-4).  Ini merupakan penegasan kebenaran ajaran Kristus.  Pernyataan-Nya tentang kematian dan kebangkitan-Nya benar-benar telah digenapi  (Matius 16:21). Kebangkitan Kristus seharusnya menjadi titik balik bagi kehidupan orang percaya, sebab kebangkitan-Nya berarti kemenangan terhadap masalah terbesar yang dihadapi oleh manusia yaitu dosa,  “ … ‘Maut telah ditelan dalam kemenangan. Hai maut di manakah kemenanganmu? Hai maut, di manakah sengatmu?’ Sengat maut ialah dosa dan kuasa dosa ialah hukum Taurat. Tetapi syukur kepada Allah, yang telah memberikan kepada kita kemenangan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita.”  (1 Korintus 15:54-57).  Jika masalah terbesar manusia saja sudah diselesaikan-Nya, alangkah mudahnya masalah kehidupan kita sehari-hari.  Dialah yang memikul kelemahan kita dan menanggung penyakit kita, sehingga kita menjadi  lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita.  (Matius 8:17,  Roma 8:37). Sahabat, ada cukup banyak orang percaya yang tidak merespons berita kebangkitan Kristus:  bersikap dingin, biasa-biasa saja dan tidak antusias sedikit pun.  Mereka menganggap bahwa peringatan kebangkitan Yesus Kristus tidak lebih dari sekadar tradisi tahunan orang percaya.  Sikap kurang antusias juga ditunjukkan oleh murid-murid Yesus sendiri, bahkan dua orang dari antara mereka ada yang memilih untuk meninggalkan Yerusalem menuju Emaus yang berjark 7 mil jauhnya,  “Pada hari itu juga dua orang dari murid-murid Yesus pergi ke sebuah kampung bernama Emaus, yang terletak kira-kira tujuh mil jauhnya dari Yerusalem,”  (Lukas 24:13) Sahabat, kata Yerusalem yang berarti kota sejahtera, justru mereka tinggalkan dengan perasaan yang teramat kecewa dan pedih hati karena peristiwa penyaliban dan kematian Sang Guru yang mereka harapkan dapat membawa pemulihan bagi Israel dan tampil sebagai Raja yang dapat membebaskan mereka dari penjajahan pemerintahan Romawi pada waktu itu, namun yang terjadi justru sebaliknya, mereka melihat dengan mata kepala sendiri bahwa Yesus harus mengalami aniaya, dipermalukan dan mati tergantung di kayu salib, serta menjadi tontonan banyak orang.  Itulah sebabnya mereka tidak bisa menerima kenyataan dan menjadi kecewa. Tuhan Yesus menegaskan bahwa jika biji gandum tidak mati, maka ia tetap satu biji saja, namun jika ia mati ia akan menghasilkan banyak buah (Yohanes 12:24) Itulah yang Yesus Kristus kerjakan di kayu salib, Dia mati agar kehidupan baru yang berkemenangan dapat dinikmati oleh setiap orang percaya! Ingatlah! Sahabat, pengharapan hidup kita sebagai pengikut Kristus  bergantung mutlak kepada kebangkitan Kristus.  Hal itulah yang membuat rasul Paulus tetap memiliki roh yang menyala-nyala dalam memberitakan Injil, sekalipun harus diperhadapkan dengan ujian dan tantangan yang tidak ringan. Tuhan memberkati Sahabat dan keluarga. Karena Tuhan Yesus sudah bangkit, tidak ada perkara yang mustahil bagi orang percaya! Selamat Paskah. (pg)