Peran MOTIVATOR

Selamat jumpa para Pendukung Kristus, apa kabar? Salam sehat dan mari berjalan dengan iman. Sahabat, Yohanes bercerita  bahwa di dekat Pintu Gerbang Domba ada sebuah kolam yang dalam bahasa Ibrani disebut Betesda, artinya  rumah anugerah.  Hal Ini menunjukkan bahwa Tuhan telah menyediakan anugerah-Nya bagi semua orang yang hidup dalam penderitaan karena buta, timpang dan  lumpuh.  Memang. orang-orang yang sakit sangat memerlukan anugerah dari Tuhan, terlebih bagi mereka yang sakit rohani, buta rohani, timpang rohani dan juga lumpuh rohani.  Itulahlah yang menjadi penghalang iman mereka sehingga tidak dapat bertumbuh. Itulah yang menjadi penyebab mengapa mereka belum mengalami anugerah kesembuhan dari Tuhan. Mungkin deretan nama berikut  tidak asing bagi pembaca karena mereka merupakan motivator papan atas di Indonesia saat ini: Gede Prama, Christian Adrianto, James Gwee dan Merry Riana. Apa sebenarnya yang dilakukan oleh seorang motivator, sehingga peran motivator begitu menonjol? Peran mereka mendorong atau memengaruhi orang untuk berbuat sesuatu yang positif dengan membangkitkan kemauannya. Kadang kemauan manusia seperti sedang tertidur pulas sehingga dirinya menjadi serba pasif,  cenderung ogah-ogahan, tanpa gairah, dan kehilangan daya juang. Sahabat, pernahkah kamu mendengar atau membaca Tuhan Yesus menjadi seorang motivator? Sekarang mari kita  menggali berkat dari Yohanes 5:1-9.  Si lumpuh di kolam Betesda memang pasif total. Mengapa? Bayangkan, sudah 38 tahun ia menunggu mukjizat (ayat 5). Ia terkurung oleh kepercayaan bahwa kesembuhannya hanya tergantung pada kesempatan menjadi yang pertama menceburkan diri tatkala air kolam berguncang (ayat 3). Padahal, kelumpuhan merintanginya. Berharap bantuan orang lain pun mustahil karena hampir semua orang yang berada di situ sedang menantikan kesembuhan (ayat 7). Akibatnya, dia menjadi frustasi. Yang tersisa hanya kelumpuhan: baik kaki maupun hati. Kemauan untuk sembuh pun perlahan ikut terkubur di hamparan ketidakberdayaan. Sampai Seorang bernama Yesus datang, membuka jalan baru baginya dan berkata, “Maukah engkau sembuh?” (ayat 6). Kemudian Yesus bertindak sebagai seorang motivator dan berkata kepada Si Lumpuh, “Bangunlah, angkatlah tilammu dan berjalanlah.” (ayat 8). Dan pada saat itu juga sembuhlah orang itu lalu ia mengangkat tilamnya dan berjalan (ayat 9). Sahabat, karena berbagai sebab dan alasan kita pun bisa diserang kelumpuhan kemauan. Padahal kemauanlah motor penggerak semuanya. Jadi, betapa bahayanya orang yang kehilangan kemauan, semangat, tekad, motivasi dan daya juang, yang lalu diikuti oleh kecenderungan untuk menyalahkan keadaan dan orang lain karena tidak berpihak padanya. Bangun! Ayo, bangun! Jangan berilusi. Jangan terus dan terlalu mengasihani diri sendiri. Bangkitkan motivasi dari dalam diri kita sendiri. Tak ada yang sanggup menolong kita jikalau kita sendiri tidak punya motivasi. Ingatlah! Sahabat, Jangan ragu dan pesimis, anugerah Tuhan selalu tersedia bagi kita yang mau datang kepada-Nya. Tuhan memberkati Sahabat dan keluarga. Tuhan selalu punya cara untuk menolong kita agar bersedia menjadi motivator bagi mereka yang sudah tertidur pulas akibat pandemi Covid-19. (pg).

MANFAAT BERPIKIR POSITIF

Selamat jumpa para Pendukung Kristus , apa kabar? Salam sehat dan selalu berpikir positif. Sahabat, cara berpikir kita sangat memengaruhi cara kita menjalani kehidupan dan  menentukan hasil yang akan kita peroleh. Pikiran kita bisa menjadi kawan yang dapat membuat kita semakin lebih baik. Namun, ia juga dapat menjadi lawan, yang membawa kita semakin terpuruk. Maka kalau kita ingin mendapatkan hasil yang positif, mulai sekarang kita harus berlatih untuk selalu berpikir positif! Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), berpikir artinya menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan dan memutuskan sesuatu; menimbang-nimbang di ingatan. Sedangkan positif artinya pasti, tegas, tentu,  yakin, bersifat nyata dan membangun. Dengan demikian berpikir positif berarti menggunakan akal budi  untuk mempertimbangkan atau memutuskan sesuatu dengan yakin, tegas, pasti dan bersifat membangun. Pikiran yang positif tidak terbentuk atau langsung kita dapatkan dalam waktu sesaat atau setelah kita mengikuti satu program atau setelah membaca satu artikel, misalnya  setelah kita mengikuti seminar tentang berpikir positif atau setelah kita selesai membaca renungan ini. Kita perlu melakukan upaya berulang kali. Kita perlu terus berlatih, ketika kita mulai berpikir negatif, cepat-cepat alihkan pikiran kita menjadi positif. Sahabat, ada ungkapan dalam bahasa Inggris yang mengatakan, “You are what you think!”  (Anda adalah apa yang Anda pikirkan).  Sedangkan dalam Amsal 23:7a dikatakan,  “Sebab seperti orang yang membuat perhitungan dalam dirinya sendiri demikianlah ia. …”  Oleh karena itu, kita harus menjaga pikiran kita agar tetap positif dan bersih, “Karena kami memikirkan yang baik, bukan hanya di hadapan Tuhan, tetapi juga di hadapan manusia.”  (2 korintus 8:21) Jika kita selalu berpikir positif, maka kita juga akan menuai hal-hal yang positif. Pikiran yang positif memampukan kita untuk  menanggung segala sesuatu, menambah rasa syukur, sukacita, semangat, dan tentunya mampu membuat kita melihat kebaikan-kebaikan Tuhan. Sahabat, Rasul Paulus dengan jelas menasihati,  “… saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu.”  (Filipi 4:8).  Berpikiran positif berarti pikiran yang diubah dan dipenuhi oleh firman Tuhan.  Perhatikan pula yang disampaikan Tuhan kepada Yosua,  “Janganlah engkau lupa memperkatakan kitab Taurat ini, tetapi renungkanlah itu siang dan malam, supaya engkau bertindak hati-hati sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya, sebab dengan demikian perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung.”  (Yosua 1:8). Ingatlah! Sahabat, ketika pikiran kita positif, kita akan lebih bisa bersyukur dan tidak mudah mengeluh. Akibatnya, kita menjadi tenang, mampu melihat masalah dengan lebih jernih, dan akhirnya solusi pun lebih mudah ditemukan. Pikiran yang positif akan memacu kita untuk tetap bertekun, berjuang, berdoa, bersyukur, dan  semangat. Selain itu berpikir positif akan membantu kita terus berdoa dan  berpengharapan. Tuhan memberkati Sahabat dan keluarga. Tuhan selalu punya cara untuk menolong kita agar selalu dapat berpikir positif. (pg)

Betapa BAIKNYA TUHAN itu

Selamat jumpa para Pendukung Kristus, apa kabar? Salam sehat penuh syukur karena kita mempunyai Gembala yang baik. Sahabat, masih ada orang yang belum bisa mengakui bahwa Tuhan itu baik. Hal itu terjadi karena mereka berasumsi bahwa kalau Tuhan itu baik, maka perjalanan hidup mereka akan lancar, tidak ada halangan, tidak ada masalah, tidak ada sakit penyakit, tidak ada kegagalan, tidak ada bencana, dan lain-lain yang menurut mereka itu tidak baik. Apakah Tuhan itu baik? Jawabnya  memang bisa beragam. Sebenarnya, ketika manusia pertama jatuh ke dalam dosa, Allah sudah menyampaikan bahwa kerja keras, masalah, kesulitan, tantangan, sakit penyakit, dan penderitaan, akan menjadi bagian dalam dinamika kehidupan manusia. Sedangkan Daud dalam Mazmur 23 menyampaikan bahwa dalam perjalanan hidup kita, kadang kita harus melewati lembah kekelaman. Dengan demikian selama kita masih hidup di dunia, siapa pun kita,  masalah, kesulitan, sakit penyakit, kegagalan dan bencana, kadang menghampiri kita tanpa permisi.   Sahabat, untuk mengetahui apakah Allah itu baik, mari kita belajar dari pengalaman Daud yang terdapat di Mazmur 145:1-21. Dengan tegas Daud mengatakan “TUHAN itu baik kepada semua orang, dan penuh rahmat terhadap segala yang dijadikan-Nya.” (ayat 9). Dalam Mazmur 145 Daud berbicara mengenai pujian akan kemurahan atau kebaikan Tuhan, bukan hanya terhadap dirinya tetapi terhadap semua manusia, bahkan terhadap segala ciptaan-Nya. Mari kita menyimak beberapa  kebaikan Tuhan yang ditulis oleh Daud: Pertama, TUHAN itu penopang bagi semua orang yang jatuh dan penegak bagi semua orang yang tertunduk(ayat 14). Kedua, Tuhan memberi  makanan pada waktunya (ayat 15). Ketiga. TUHAN membuka tangan-Nya dan  berkenan mengenyangkan segala yang hidup  (ayat 16). Keempat, TUHAN itu adil dalam segala jalan-Nya dan penuh kasih setia dalam segala perbuatan-Nya(ayat 17). Kelima, TUHAN dekat pada setiap orang yang berseru kepada-Nya, pada setiap orang yang berseru kepada-Nya dalam kesetiaan  (ayat 18). Keenam, TUHAN melakukan kehendak orang-orang yang takut akan Dia, mendengarkan teriak mereka minta tolong dan menyelamatkan mereka(ayat 19) Semua itu menggambarkan kebaikan Tuhan bagi kita. Fakta menarik mengenai kebaikan Tuhan dengan kasih tanpa batas dapat  kita baca dari apa yang dikatakan oleh Yesus sendiri. Tuhan adalah Allah yang menerbitkan  matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar (Matius 5:45). Orang yang jahat dan tidak benar pun masih Dia perhatikan. Bukankah itu bukti nyata bagaimana baiknya Allah. Dia tetap memelihara dan merindukan orang-orang seperti itu untuk bertobat. Tuhan tetap menempatkan orang-orang jahat dan tidak benar itu dalam perhatian-Nya dan terus memberi kesempatan untuk bertobat. Ingatlah! Sahabat, ada begitu banyak kebaikan Tuhan yang mungkin luput dari perhatian kita, padahal Dia sudah memberikan begitu banyak termasuk kehidupan yang masih diberikan kepada kita sampai saat ini. Karena itu Daud menghimbau, “Kecaplah dan lihatlah, betapa baiknya TUHAN itu! …” (Mazmur 34:9-a). Himbauan Daud tersebut mengingatkan kita agar tidak melupakan betapa baiknya Tuhan kepada kita. Tidak saja kita diminta agar mau terus melihat kebaikan Tuhan, tetapi Daud pun mengingatkan kita untuk merasakan sendiri, betapa baiknya Tuhan itu. Tuhan memberkati Sahabat dan keluarga. Tuhan selalu punya cara untuk menolong kita agar  dapat menikmati kebaikan Tuhan. (pg)

SELALU BARU SETIAP PAGI

Selamat jumpa para Pendukung Kristus, apa kabar? Salam sehat penuh harapan. Sahabat,  nabi Yeremia tidak hanya menyampaikan nubuatan, tetapi juga seorang penulis dan peratap. Isi nubuatan dan ratapannya erat kaitannya dengan penderitaan umat Allah (Yehuda) dan kehancuran kota Yerusalem karena dosa dan pemberontakan mereka terhadap Allah. Dalam kitab yang ditulisnya, nabi Yeremia menyebut umat Allah sebagai anak dara, puteri bangsaku (Yeremia 14:17 dan Ratapan 1:15) Sahabat, nabi Yeremia merupakan satu-satunya nabi dan penulis di kitab Perjanjian Lama yang menyaksikan secara langsung musibah yang menghancurkan kota dan penduduk Yerusalem tahun 586 SM. Kitab Ratapan ditulis Yeremia sebagai ungkapan kepedihan hatinya yang mendalam atas kehancuran Yerusalem:  tembok-tembok kota yang runtuh dan pembuangan orang-orang ke Babel.  Sambil duduk ia menangis dan meratapi Yerusalem,  “Ah, betapa terpencilnya kota itu, yang dahulu ramai! Laksana seorang jandalah ia, yang dahulu agung di antara bangsa-bangsa. Yang dahulu ratu di antara kota-kota, sekarang menjadi jajahan. Yehuda telah ditinggalkan penduduknya karena sengsara dan karena perbudakan yang berat; Jalan-jalan ke Sion diliputi dukacita, karena pengunjung-pengunjung perayaan tiada; sunyi senyaplah segala pintu gerbangnya, …”  (Ratapan 1:1, 3, 4). Sahabat, kitab Ratapan sangat menarik, bukan? Untuk itu mari kita menggali berkat dari kitab Ratapan 3:22 – 33. Meskipun dimulai dengan ratapan, di balik itu ada pengharapan untuk dipulihkan.  Ada janji pemulihan bagi setiap orang yang berharap kepada Tuhan,  “Adalah baik menanti dengan diam pertolongan TUHAN.”  (ayat 26).  Janji pemulihan disediakan bagi orang-orang yang senantiasa bertekun menanti-nantikan Tuhan.  Dalam ratapannya, nabi Yeremia tidak hanya meratapi kehancuran umat dan kota, tetapi juga lebih daripada itu mengungkap bahwa Allah benar dan adil dalam segala jalan-Nya dan bahwa Allah bermurah-hati serta berbelas-kasih kepada mereka yang berharap kepada-Nya. Dalam Kitab Ratapan ini terdapat suatu konfesi (pernyataan iman) yang amat kuat, yang menegaskan bahwa tidak berkesudahan kasih setia TUHAN dan tidak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi (ayat 22-23). Sahabat, kasih setia TUHAN tak berkesudahan dan  rahmat-Nya tak habis-habisnya, tetapi selalu baru tiap pagi, karena tidak untuk selamanya TUHAN mengucilkan (ayat 31); karena kendati Ia mendatangkan susah, Ia juga menyayangi menurut kebesaran kasih setia-Nya (ayat 32); karena tidak dengan rela hati Ia menindas dan merisaukan anak-anak manusia (ayat 33). Ingatlah! Sahabat, menantikan Tuhan berarti menaruh harap dan memercayakan hidup sepenuhnya kepada Tuhan, serta memandang Dia sebagai satu-satunya sumber pertolongan, bukan yang lain,  “Dia memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada yang tiada berdaya. … orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah.”  (Yesaya 40:29, 31). Tuhan memberkati sahabat dan keluarga.   Orang yang menanti-nantikan Tuhan akan beroleh kekuatan baru, kemampuan untuk mengatasi masalah dan kesanggupan untuk terus berjalan maju melewati badai kehidupan. (pg)

Hanya TUHAN yang sanggup MENOLONG

Selamat jumpa para Pendukung Kristus, apa kabar? Salam sehat penuh syukur karena kita mempunyai Tuhan sebagai penolong. Sahabat, bangsa Israel diam di daerah yang dikelilingi oleh gunung batu. Posisi tersebut sangat menguntungkan bagi mereka. Kota yang dikelilingi gunung, ibarat kota berbenteng. Mereka dapat mengawasi pergerakan musuh, sehingga sebelum musuh tiba mereka sudah melihatnya dan berjaga-jaga. Namun demikian sang pemazmur menyatakan bahwa gunung-gunung itu tidaklah menjadi andalan mereka. Ia mengakui bahwa hanya TUHAN saja penolong mereka. Mari kita melafalkan Mazmur 121:1-8. Sudah lebih dari satu tahun pandemi Covid-19 memorakporandakan dunia. Manusia diliputi dengan ketakutan, kegelisahan, ketidak pastian, dan keterbatasan.  Akibatnya hampir semua negara pertumbuhan ekonominya minus. Banyak bisnis yang hancur dan banyak orang kehilangan mata pencaharian. Sahabat, sesungguhnya selama kita masih bernafas kita tidak akan pernah bisa menghindar dari masalah, kesukaran, kesulitan atau penderitaan, yang bisa datang silih berganti tanpa permisi, tanpa memandang usia atau status sosial.  Belum lagi marabahaya, ancaman, bencana, yang juga sewaktu-waktu dapat terjadi tanpa bisa diduga dan diprediksi.  Di tengah hantaman badai persoalan,  ada cukup banyak orang yang  berusaha mencari cara agar dapat terlepas dari masalah. Mencari pertolongan ke sana ke mari, dan tidak sedikit yang tergiur dengan tawaran-tawaran yang dunia sodorkan.  Bukannya jalan keluar yang didapatkan, tapi justru mereka terjebak dalam lubang yang semakin menganga. Sahabat, kekayaan yang berlimpah, jabatan yang tinggi, kekuasaan dan koneksi yang luas serta kepandaian, sering dijadikan andalan hidup seseorang. Mereka berpikir, semua yang mereka ingini, dapat diatur dan dibeli dengan menggunakan fasilitas yang dimiliki. Mereka merasa dapat mengendalikan dunia dengan semuanya itu. Mereka baru sadar bahwa segala yang mereka punya tidak ada apa-apanya ketika sesuatu yang buruk datang menimpa. Terkena bencana, ada pandemi, menderita sakit yang parah,  atau mengalami kebangkrutan. Kekayaan, jabatan, koneksi, kekuasaan, kecerdasan, ketenaran dan segala hal yang mendapat tempat, serta dipandang “wouw!!!” oleh dunia, bukanlah pilihan yang tepat untuk kita jadikan andalan hidup. Semua itu bisa hilang lenyap dalam sekejap. Hanya kuasa Tuhan saja yang masih tinggal tetap. Sebab Tuhanlah Allah pencipta langit dan bumi. Tuhan tidak pernah tidur. Di bawah kendali-Nyalah seluruh isi dunia. Dia sanggup menjaga, dan melindungi dengan kuasa penuh. Sang pemazmur memiliki kesadaran akan hal tersebut, “Aku melayangkan mataku ke gunung-gunung; dari manakah akan datang pertolonganku? Pertolonganku ialah dari TUHAN, yang menjadikan langit dan bumi.” (Mazmur 121:1-2) Ingatlah! Sahabat, Tuhan mau kita senantiasa mengandalkan-Nya dan menanti-nantikan pertolongan-Nya.  Seringkali masa menunggu jawaban Tuhan adalah masa yang rawan terhadap berbagai jalan keluar yang ditawarkan dunia.  Apa pun keadaannya kita harus tetap berharap kepada pertolongan dari Tuhan saja,  “… apabila berlambat-lambat, nantikanlah itu, sebab itu sungguh-sungguh akan datang dan tidak akan bertangguh.”  (Habakuk 2:3). Tuhan memberkati Sahabat dan keluarga. Selamat Paskah. (pg)