ADA UPAH bagi Mereka yang BERSEMANGAT TINGGI

Selamat jumpa para Pendukung Kristus, apa kabar? Salam sehat penuh semangat. Sahabat,  saya semakin meyakini bahwa  semangat sangat berperan penting dalam keberhasilan kita. Kadang semangat bisa  memulihkan kembali stamina dan kekuatan untuk terus berjuang walau tubuh dan pikiran sedang terasa lemah. Sepandai bagaimana pun, tanpa adanya semangat maka kita tidak akan bisa berbuat banyak untuk menggapai keberhasilan. Saya punya cukup banyak teman yang mempunyai inteligensi terbilang biasa-biasa saja dengan tingkat pendidikan tidak terlalu tinggi, namun semangat juang mereka membuat mereka akhirnya bisa mewujudkan impiannya. Sahabat, berbicara mengenai semangat, para peneliti kanker di King’s College, London, melakukan penyelidikan jangka panjang atas 57 orang perempuan penderita kanker payudara yang menjalani mastektomi. Mereka mendapatkan bahwa 7 di antara 10 orang perempuan dengan semangat juang tinggi dapat bertahan hidup sepuluh tahun kemudian, sedangkan 4 dari 5 orang perempuan yang merasa tak berpengharapan meninggal pada waktu didiagnosis. Untuk mendalami masalah semangat, kita bisa menggali dari kitab 2 Tawarikh pasal 15. Dalam perikop tersebut dikisahkan tentang seorang raja bernama Asa yang melakukan reformasi terhadap bangsa Yehuda yang dipimpinnya.  Sebelum ia melakukannya, ia terlebih dahulu didatangi oleh nabi Azarya bin Oded yang  diberikan mandat langsung dari Allah untuk menyampaikan pesan khusus bagi sang raja. Rangkaian pesan dari Allah pun disampaikan, dan salah satu diantara pesan itu ternyata mengenai semangat, “Tetapi kamu ini, kuatkanlah hatimu, jangan lemah semangatmu, karena ada upah bagi usahamu!” (ayat 7). Sahabat, mari kita perhatikan  bahwa Tuhan menjanjikan upah bagi orang-orang yang memiliki semangat tinggi dan punya mental baja. Syukurlah Asa mendengar pesan itu, dan proses reformasi menyeluruh pun ia lakukan. Penulis kitab 2 Tawarikh  kemudian mencatat hasil signifikan dari usahanya, “Tidak ada perang sampai pada tahun ketiga puluh lima pemerintahan Asa.” (ayat 19). Ini sebuah pencapaian besar mengingat pada saat itu perang begitu sering terjadi. Lebih lanjut mengenai semangat kita bisa menggali dari Amsal Salomo. “Orang yang bersemangat dapat menanggung penderitaannya, tetapi siapa akan memulihkan semangat yang patah?” (Amsal 18:14). Semangat mampu memberi kekuatan untuk menanggung penderitaan dan beban berat. Tetapi apa yang bisa kita perbuat ketika kita tidak memiliki semangat lagi? Orang yang patah semangat cenderung sulit untuk bangkit. Semakin lama dibiarkan, semakin sulit pula untuk pulih. Jika kita pernah mengalaminya, kita tentu tahu hal tersebut. Semangat bisa berfungsi bagaikan bahan bakar yang membuat kita bisa terus maju. Tanggung jawab yang besar ataupun kecil apabila dilakukan dengan antusiasme, gairah dan semangat yang tinggi akan mampu kita selesaikan dengan hasil terbaik. Ingatlah! Sahabat, mulai hari ini bangkit dan bersemangatlah. Ada cukup banyak orang biasa yang menggapai hasil yang luar biasa dengan bermodalkan semangat juang tinggi, yang pantang menyerah. Karena itu, apapun yang kita hadapi saat ini, hadapilah dengan semangat. Percayalah kepada janji-janji Tuhan. Nikmati kebaikan, penyertaan dan campur tangan-Nya. Yakinlah hal itu sudah lebih dari cukup untuk menumbuhkan dan mengobarkan semangat dalam diri kita. Jagalah agar baranya jangan sampai meredup. Jangan pernah lupa bahwa Tuhan menjanjikan upah bagi orang-orang yang memiliki semangat tinggi dan tahan uji. Tuhan memberkati Sahabat dan keluarga. (pg)

RUMAH KITA

Selamat jumpa para Pendukung Kristus, apa kabar? Salam sehat penuh syukur karena kita boleh tinggal di rumah bersama dengan orang-orang yang kita kasihi. Sahabat, mungkin ada  diantara kita yang ingat dengan lagunya  God Bless yang berjudul  “Rumah Kita”, yang liriknya ditulis oleh Ian Antono. Lagu tersebut meledak di pasaran dan menjadi album terlaris God Bless.  Lagu tersebut berada dalam album “Semut Hitam”, yang dirilis pada tahun 1988. Tembang lawas tersebut  hendak mengingatkan bahwa bagaimana pun keadaannya, rumah kita adalah rumah kita, walaupun hanya berupa bilik bambu, harus dijaga dan kita bangga dengannya. Syukur kepada Tuhan,  dalam pertemuan  kali ini, kita akan mempelajari dan merenungkan firman Tuhan yang   diambil dari Injil Yohanes 14:1-4 di bawah judul “Rumah Bapa”. Sahabat kita perhatikan ayat 1,  “Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku.” Melalui ayat ini, Tuhan Yesus mengatakan bahwa janganlah hati kita gelisah! Janganlah cemas! Janganlah takut! Jangan pula khawatir! Percayalah kepada Allah! Percayalah juga kepada Tuhan Yesus. Tuhan Yesus melanjutkan pernyataan-Nya, “Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu” (ayat 2). Puji Tuhan! Percayalah! Di rumah Bapa di surga banyaklah tempat. Tuhan Yesus dengan jelas mengatakan bahwa Dia pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagi kita. Lebih lanjut mari  kita perhatikan ayat 3,  “Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamu pun berada.” Tuhan Yesus sendiri sudah berfirman bahwa jika Dia sudah pergi ke sana dan telah menyediakan tempat bagi kita, maka Dia akan datang kembali dan membawa kita ke tempat Dia bersemayam. Supaya di tempat Dia berada, maka di sana pula kita berada. Ayat 3 menyiratkan bahwa supaya di rumah Bapa yang adalah juga rumah Yesus,  maka di rumah itu pula kita berada. Maka surga menjadi rumah kita. Sahabat, dalam ayat 4. Tuhan Yesus berfirman, “Dan ke mana Aku pergi, kamu tahu jalan ke situ.”  Tuhan Yesus mengatakan bahwa ke mana Tuhan Yesus pergi, maka kita harus mengetahui jalan yang dilewati-Nya untuk pergi ke sana. Supaya ke mana Dia pergi, kita mengetahui jalan ke sana.Ingatlah! Sahabat, jika saat ini di dalam hati kita masih ada keraguan,  janganlah gelisah. Betapa indahnya ketika Yesus memulai firman-Nya tentang Rumah Bapa dengan pernyataan,  “Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku.” Di tempat perantauan,   kita telah dijanjikan penyertaan Tuhan, dan ada tempat yang sebenarnya bagi kita yang telah disediakan Kristus sendiri. Surga, rumah Bapa, adalah sebuah tempat yang nyata ada, bukan fatamorgana, yang akan menjadi tempat yang  kekal bagi setiap orang percaya. Mari kita terus bertekun beriman kepada Yesus agar tempat yang Dia sediakan menjadi rumah kita. Tuhan Yesus memberkati Sahabat dan keluarga. (pg)

DIA Pergi untuk Kembali

Selamat jumpa para Pendukung Kristus, apa kabar? Salam sehat penuh syukur karena hari Kenaikan Tuhan Yesus Ke Surga ditetapkan oleh pemerintah kita sebagai hari libur nasional. Sahabat, ketika saya sedang menulis renungan ini saya jadi ingat dengan lagu ciptaan Minggus Tahitoe yang berjudul: “Pergi untuk kembali”. Lagu tersebut dirilis pada tahun 2005 dan dinyanyikan oleh Diana Nasution. Lagu tersebut  menceritakan perpisahan sepasang kekasih. Namun sang laki-laki berjanji untuk kembali lagi setelah ia pergi sekian lama.. Dalam rangka memperingati Hari Kenaikan Tuhan Yesus Ke Surga, kita akan merefleksikan satu perikop dari Kisah Para Rasul 1:6-11 di bawah judul: “Yesus terangkat ke surga” Sahabat, bacaan kita hari ini mencatat bahwa sebelum Yesus pergi (naik ke surga), Ia berjanji akan mengutus Roh Kudus turun ke atas para murid sehingga mereka memiliki kuasa untuk menjadi saksi-Nya, mulai dari Yerusalem hingga ke seluruh Yudea dan Samaria, bahkan sampai ke ujung bumi (ayat 8). Maka jelas bahwa kunci keberhasilan para murid dalam memenuhi amanat agung Tuhan Yesus adalah kuasa Roh Kudus. Dengan kuasa itu, para murid akan dimampukan untuk melanjutkan karya Kristus dengan mengajar, bersaksi, bahkan membuat mukjizat.Philip Yancey, dalam bukunya “Bukan Yesus yang Saya Kenal”, mencoba menjawab pertanyaan tentang yang dilakukan Yesus setelah naik ke surga. Mungkin kita akan menjawab bahwa Yesus naik ke surga untuk menyediakan tempat bagi kita. Itu benar, tetapi menurut Yancey, tidak hanya itu. Kenaikan Yesus memberikan kesempatan bagi orang percaya untuk menjadi saksi-Nya. Sahabat, jangkauan seorang saksi adalah seluruh pelosok bumi. Semula para murid menganggap bahwa kerajaan Allah terbatas untuk bangsa Israel atau orang-orang Yahudi saja, hal ini terlihat dari kalimat “kerajaan bagi Israel” (ayat 6). Tuhan Yesus mengoreksi kesalahan mereka dengan mengatakan bahwa mereka harus menjadi saksi, bukan hanya di Yerusalem dan Yudea saja, tetapi juga di Samaria, dan sampai ke ujung bumi (ayat 8). Urut-urutan tersebut menunjukkan bahwa pemberitaan Injil tidak dibatasi hanya pada daerah-daerah tertentu, tetapi dimulai dari tempat kita masing-masing sampai ke seluruh pelosok bumi ini, sehingga semua orang mendengarkan Injil. Setelah Yesus naik ke surga dengan disaksikan murid-murid-Nya, tiba-tiba berdirilah dua orang berpakaian putih (perwujudan dari malaikat) yang mengingatkan bahwa Yesus yang terangkat ke surga akan datang kembali (ayat 10-11). Yesus kembali ke rumah Bapa dan dari sana Ia akan melanjutkan pelayanan-Nya di bumi melalui rasul-rasul-Nya serta para murid-Nya.Sahabat, peristiwa Kenaikan Yesus memiliki makna khusus yang berkaitan dengan kedatangan-Nya yang kedua kali, karena Kenaikan Yesus merupakan konfirmasi dan jaminan pasti dari kedatangan-Nya yang kedua kali, suatu hari nanti. Seorang teolog berkata bahwa Kenaikan Kristus merupakan akhir karya Kristus di bumi, sekaligus permulaan sejarah gereja yang berlangsung hingga Kristus datang kembali yang kedua kali. Dia pergi untuk kembali.Ingatlah! Sahabat, peristiwa kenaikan Yesus Kristus ke surga memiliki arti penting dalam iman orang percaya, yaitu bukti bahwa Tuhan yang kita sembah di dalam nama Yesus Kristus adalah Tuhan yang hidup dan berkuasa, yang bukan hanya mengasihi kita dengan rela mati di kayu salib, lalu bangkit dari kematian di hari yang ke-3, tetapi Dia juga naik ke surga.  Tuhan Yesus naik ke surga karena memang Dia berasal dari surga,  “Aku dari atas; … Aku bukan dari dunia ini.”  (Yohanes 8:23). Tuhan memberkati Sahabat dan keluarga. (pg) 

SERAHKAN, SERAHKANLAH!

Selamat jumpa para Pendukung Kristus, apa kabar? Salam sehat penuh ketenangan karena kita telah menyerahkan segala kekhawatiran kita kepada Tuhan. Sahabat, ada seorang ibu sedang duduk santai di kebun belakang rumahnya. Keadaan keluarganya baik-baik saja. Namun, tiba-tiba muncul pikiran buruk dalam benaknya: “Bagaimana kalau anakku mengalami kecelakaan sepulang dari sekolah? Bagaimana kalau suamiku kehilangan pekerjaan karena perusahaannya bangkrut? Bagaimana kalau aku terkena sakit kanker kandungan?” Mungkin dalam bentuk yang berbeda, kita pernah mengalami hal semacam itu. Sesungguhnya setiap manusia pasti punya rasa khawatir. Hanya manusia yang sudah tidak  bernyawa yang tidak punya rasa khawatir. Coba dalam suasana hening, kita endapkan apa yang ditulis oleh Ayub dalam rangkaian ayat-ayat berikut: “Karena bukan dari debu terbit bencana dan bukan dari tanah tumbuh kesusahan; melainkan manusia menimbulkan kesusahan bagi dirinya, seperti bunga api berjolak tinggi.” (Ayub. 5:6-7) dan “Manusia yang lahir dari perempuan, singkat umurnya dan penuh kegelisahan. Seperti bunga ia berkembang, lalu layu, seperti bayang-bayang ia hilang lenyap dan tidak dapat bertahan (Ayub. 14:1-2).  Sahabat, Itulah kekhawatiran, ketakutan akan sesuatu yang mungkin terjadi. Sesuatu yang tidak kita ketahui. Sesuatu yang tidak dapat kita kendalikan. Kita khawatir karena kita ingin mengontrol keadaan agar sesuai dengan harapan dan keinginan kita. Kita khawatir karena tidak ingin hal-hal buruk menimpa diri kita atau orang-orang yang kita cintai.Petrus mendorong kita untuk menyerahkan segala kekhawatiran kepada Tuhan, “Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu” (1 Petrus 5:7). Menyerahkan berarti melepaskan, memberikan kepada pihak lain. Diserahkan kepada siapa? Tentu kepada Tuhan.  Kita tidak tahu apa yang mungkin terjadi, tetapi Tuhan adalah Alfa dan Omega, Dia Mahatahu.  Dia mengetahui segala sesuatu. Banyak hal berada di luar kendali kita, tetapi Tuhan berdaulat atas kehidupan ini dan turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi kita (Roma 8:28)Sesungguhnya hal yang kita khawatirkan mungkin bisa terjadi, tetapi  mungkin juga tidak terjadi. Apa pun yang terjadi, satu hal yang pasti: Tuhan tidak akan meninggalkan dan membiarkan kita seorang diri. Dia pasti memelihara kita.  Dia bahkan melengkapi, meneguhkan, menguatkan, dan mengokohkan kita (1 Petrus 5:10). Dalam penyertaan-Nya, masihkah kita memilih untuk khawatir?    Sahabat,bila kita hidup dalam kekhawatiran sesungguhnya kita sedang dikejar-kejar sesuatu. Ketakutanlah yang sebenarnya sedang mengejar-ngejar kita. Semakin kita khawatir, maka semakin besar pula peluang ketakutan untuk menjadi kenyataan.  Ingatlah! Sahabat,  berhentilah menjadi khawatir bila kamu ingin menikmati hidup dalam ketenangan. Serahkanlah semua (bukan hanya sebagian) kekhawatiranmu  kepada Tuhan yang pasti memelihara hidupmu. Jangan lupa, selama kekhawatiran masih  kamu genggam erat-erat, maka Tuhan tidak bisa leluasa menolongmu. Sekali lagi,  serahkanlah kekhawatiranmu, maka Tuhan akan bertindak bagimu. Haleluya! Tuhan memberkati Sahabat dan keluarga. Serahkan, Serahkanlah! (pg).

BERDOA dan BERDOALAH

Selamat jumpa para Pendukung Kristus, apa kabar? Salam sehat. Semoga kita menjadi orang percaya yang setia menjaga waktu-waktu doa kita. Sahabat, doa adalah komunikasi dengan Allah. Dalam doa, kita bebas mencurahkan segenap isi hati tanpa merasa akan disalahmengerti oleh Allah. Ia sangat peduli dan mau mengerti diri kita. Ia mau memberikan telinga-Nya untuk mendengarkan curahan hati umat-Nya. Di hadapan-Nya, semua orang sama nilai dan derajatnya. Ia bukan Allah yang tebang pilih. Ia sungguh adil adanya. Pergumulan apa yang Sahabat hadapi saat ini?  Mungkin Sahabat sedang bergumul dengan sakit yang tidak kunjung sembuh, atau masalah ekonomi keluarga yang tidak kunjung membaik,   atau masalah keluarga yang semakin sulit diurai, atau masalah-masalah pelik lainnya.  Kekuatan kita sebagai manusia sangat terbatas, adakalanya kita merasa tidak kuat lagi menghadapinya.  Di saat-saat seperti itu kita membutuhkan kekuatan ekstra dari doa. Untuk itu mari kita merefleksikan satu perikop yang saya ambil dari Kisah Para Rasul 12:1-19.  Sahabat, sebagaimana kita ketahui, raja Herodes dikenal sebagai raja yang sangat lalim.  Ia memerintah rakyatnya dengan tangan besi.  Dengan kekuasaan yang dimiliki ia bertindak semena-mena terhadap rakyatnya, bahkan ia melakukan penganiayaan dan pembunuhan secara sadis terhadap orang-orang percaya,  “Ia menyuruh membunuh Yakobus, saudara Yohanes, dengan pedang.”  (ayat 2).  Petrus pun tak luput dari hal ini, ia ditahan dan dipenjarakan.  Petrus dijebloskan ke dalam penjara dengan pengawasan yang super ketat,  “… di bawah penjagaan empat regu, masing-masing terdiri dari empat prajurit.”  (ayat 4-a).  Secara manusia Petrus sudah tidak memiliki harapan lagi untuk melihat dan berkomunikasi dengan dunia luar  sebab ia dijaga ketat oleh prajurit-prajurit Herodes, dengan kaki dan tangan terbelenggu dengan rantai yang kuat.  Petrus hanya bisa berserah sepenuhnya kepada  Tuhan.  Dalam kondisi tak berdaya, ketika ia tertidur pulas di antara penjagaan para prajurit,  “Tiba-tiba berdirilah seorang malaikat Tuhan dekat Petrus dan cahaya bersinar dalam ruang itu. Malaikat itu menepuk Petrus untuk membangunkannya, katanya: ‘Bangunlah segera!’ Maka gugurlah rantai itu dari tangan Petrus.”  (ayar 7).  Sahabat, dengan cara-Nya yang ajaib Tuhan menyatakan kuasa-Nya, Ia mengutus malaikat-Nya membebaskan Petrus.  Luar biasa!  Bagaimana Petrus dapat terlepas dari penjara?  Itu semua karena kekuatan doa.  Saat Petrus ditangkap dan dipenjarakan, jemaat Tuhan tekun berdoa untuk keselamatan Petrus  (ayat 5-b).  Doa yang dinaikkan dengan tekun dan penuh iman mampu menggetarkan surga dan Tuhan pun turun tangan menyatakan kuasa-Nya.  Petrus pun luput dari kematian,  “Pada keesokan harinya gemparlah prajurit-prajurit itu. Mereka bertanya-tanya apakah yang telah terjadi dengan Petrus.”  (ayat 18).Ingatlah! Sahabat, masalah apa yang  sedang membelenggumu saat ini?  Sekali pun sepertinya tidak ada lagi harapan, karena semua pintu serasa sudah tertutup, janganlah menyerah dan berputus asa. Berserulah kepada Tuhan dengan iman, pertolongan Tuhan pasti datang  tepat pada waktunya. Yakinlah, doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya  (Yakobus 5:16-b). Tuhan memberkati Sahabat dan keluarga. Tunggu apa lagi, berdoa dan berdoalah! (pg).

PERCAYALAH dan BERTINDAKLAH!

Selamat jumpa para Pendukung Kristus, apa kabar? Salam sehat penuh syukur karena kita meyakini bahwa bagi Tuhan tidak ada yang mustahil. Sahabat, masih ingat dengan acara I’m Possible yang  merupakan acara gelar wicara yang disiarkan di Metro TV?  Acara  tersebut dipandu oleh motivator ternama, Merry Riana. Sering dia berseru: “Dari Impossible menjadi I’m possible”. Sahabat, sesungguhnya jika kita memiliki iman, maka tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya (Markus 9:23). Itulah yang ditekankan oleh Tuhan Yesus bahwa iman tidak mengenal hal yang mustahil. Impossible menjadi I’m possible. Semua itu terjadi bukan karena kehebatan manusia, akan tetapi karena pertolongan dan kuasa Allah yang tidak terbatas. Dalam Injil Lukas 17:11-19 diceritakan bahwa ada sepuluh orang yang menderita sakit kusta datang kepada Kristus dan memohon belas kasihan dari-Nya,  “Yesus, Guru, kasihanilah kami!”  (ayat 13).  Mereka tidak dapat mendekati Yesus karena hukum Ibrani melarang orang kusta mendekati siapa pun. Sepuluh orang kusta itu tidak langsung meminta Yesus memberi kesembuhan. Mereka hanya meminta belas kasih-Nya agar sudi melihat penderitaan mereka.Sahabat, Yesus mendengar teriakan mereka dan menunjukkan kasih-Nya. Akan tetapi, apa yang Ia lakukan kemudian? Yesus tidak langsung menyembuhkan mereka. Ia pun tidak menjanjikan kesembuhan. Yesus terlebih dahulu ingin menguji ketaatan mereka. Ia memerintahkan agar mereka pergi menemui imam. Ternyata, para penderita kusta itu memiliki iman untuk menaati Yesus. Mereka menerima tantangan dan membuktikan ketaatannya. Setelah itu, kesembuhan pun terjadi (ayat 14). Dari 10 orang yang mengalami kesembuhan dari Tuhan  ternyata hanya 1 orang saja, yaitu orang Samaria, yang tahu berterima kasih dan tersungkur di bawah kaki Tuhan dengan penuh ucapan syukur (ayat 15-16).  Lalu Yesus berkata,  “Bukankah kesepuluh orang tadi semuanya telah menjadi tahir? Di manakah yang sembilan orang itu?” (ayat 17). Sahabat, Yesus menyembuhkan orang Samaria dari penyakit kusta. Itu adalah anugerah Tuhan yang luar biasa baginya. Tetapi  yang patut menjadi refleksi buat kita adalah anugerah Tuhan yang terbesar untuk orang Samaria tersebut sesungguhnya bukan kesembuhan dari  sakit kusta, tetapi perjumpaannya dengan Yesus yang menyelamatkannya. Anugerah terbesar yang didapat oleh orang Samaria itu adalah Yesus Kristus sendiri. Bahkan orang Samaria itu mendapatkan peneguhan dari Yesus, “… Imanmu telah menyelamatkan Engkau” (ayat 19). Ingatlah! Sahabat,  peristiwa mukjizat di Injil Lukas 17 tersebut mau mengatakan bahwa iman adalah suatu tindakan, tidak hanya memercayai segala yang telah  difirmankan,  tetapi menaati segala perintah Tuhan.  Keyakinan kita membawa pada tindakan.  Kitab Ibrani pasal 11 menunjukan bahwa memercayai Allah berarti menaati Tuhan dan berjuang taat sekalipun mengahadapi tantangan dan pergumulan yang tidak mudah. Tuhan memberkati Sahabat dan keluarga. Percayalah dan bertindaklah! (pg)