MERINDUKAN ALLAH

Selamat jumpa para Pendukung Kristus, apa kabar? Salam sehat. Hati kita meluap dengn syukur ketika kita mengingat segala kebaikan Tuhan dalam hidup kita. Sahabat, semakin luas pengertian kita tentang kebesaran Tuhan, walaupun sebenarnya kebesaran-Nya tidak terpahami dan terselami oleh pikiran kita, semakin besar pula kapasitas kita untuk menghormati dan memiliki hati yang takut akan Dia. Berangkat dari pemahaman tersebut, Daud tidak henti-hentinya mengingatkan kita untuk melihat kekuatan dan kemulian Tuhan. Itulah yang membangkitkan gairah hati Daud, sehingga kerinduannya kepada Tuhan begitu bergelora. Maka hari ini kita akan menggali berkat dari kerinduan Daud kepada Allah yang terdapat dalam Mazmur 63:1-12.  Sahabat, Mazmur 63 merupakan ungkapan kerinduan Daud kepada Tuhan ketika ia berada di padang gurun Yehuda.  Apa yang dikatakan Daud dalam Mazmur ini bukan sekadar hanya ucapan manis di bibir saja, tetapi ungkapan tersebut benar-benar ke luar dari lubuk hatinya yang paling dalam.  Sesungguhnya Mazmur 63 adalah salah satu mazmur yang menarik dan menyentuh.  Karena Daud diperhadapkan dengan orang-orang yang ingin mencabut nyawanya (ayat 10) dan yang berdusta (ayat 12). Saat itu, Daud sedang menyelamatkan diri dari kejaran Saul (1Samuel 23). Dalam tempat persembunyiannya di padang gurun, ia merasakan kesendirian dan kesepian (ayat 2). Namun ia memilih untuk tidak berdiam diri menghadapi kesesakannya. Di tengah situasi yang sulit seperti itu, ia tidak mencari pertolongan dari pihak lain. Ia datang kepada Allah untuk mencurahkan isi hatinya (ayat 2-3). Sahabat, Daud ingat kepada Allah yang kudus (ayat 7), yang kasih setia-Nya melebihi hidup (ayat  4). Daud merenungkan tentang Allah yang menjadi penolong baginya dalam kesesakan (ayat 8). Di tengah padang gurun itu, Daud mengalami perjumpaan  dengan Tuhan. Perjumpaan tersebut membuat Daud memperoleh kekuatan untuk menghadapi semua persoalan hidupnya. Ia memuji Tuhan dan bersorak-sorai bagi-Nya (ayat 5-6 dan 8), bersukacita dan bermegah di dalam Allah (ayat 4 dan 12). Tentu sangat manusiawi jika kita bersedih dan meratap di tengah tekanan hidup. Jika kita bisa bersyukur dan bermegah dalam situasi hidup yang menekan, hal tersebut hanya karena kehadiran Tuhan yang memberi kekuatan kepada kita. Itulah yang dialami oleh Daud. Di tengah pergumulannya, ia datang mendekat kepada Allah. Ia mengingat akan perbuatan Tuhan dalam hidupnya selama ini. Ia mengenal Allah yang Ia percaya. Hal itu memberi kekuatan dan ketenangan dalam segala kesesakannya. Di tengah segala tekanan dan kejahatan orang-orang yang menimpanya, Daud dapat  mengandalkan dan menantikan Allahnya. Ingatlah! Sahabat, sekeras apapun tekanan hidup yang menekan kita, jangan menjauh dari Allah.  Ingat akan pertolongan-Nya yang telah kita alami sampai saat ini. Ia adalah Allah yang tidak berubah. Ia sanggup menolong dan memberi kita kekuatan, seberat apapun persoalan yang sedang kita hadapi.  Maukah Sahabat dan saya  memiliki kerinduan yang dalam untuk selalu menyenangkan hati Tuhan? Tuhan memberkati Sahabat dan keluarga. (pg)

Mendatangkan SUKACITA, KEBAHAGIAAN, dan NIKMAT Senantiasa

Selamat jumpa para Pendukung Kristus, apa kabar? Salam sehat penuh syukur karena kita memiliki Tuhan yang hidup dan peduli dengan pergumulan kita. Sahabat, hari ini, 8 Juni 2021 merupakan hari ulang tahun pernikahan kami yang ke-39. Dari pernikahan kami, saat ini kami telah dikaruniai Tuhan dua orang anak dan 3 orang cucu.  Untuk itu hari ini saya akan membagikan refleksi dari satu perikop yang menjadi rhema bagi kami dalam menjalani hidup berumah tangga. Perikop tersebut terdapat di Mazmur 16:1-11. Saya mengenal istri saya di GKMI Semarang. Kami sama-sama terlibat pelayanan di Komisi Pemuda Natanael dan Komisi Sekolah Minggu. Sangat menarik Mazmur 16 dimulai dengan doa permohonan agar Tuhan melindungi Daud (ayat 1), akan tetapi ayat-ayat selanjutnya merupakan pernyataan keyakinan Daud bahwa Tuhan pasti melindungi dirinya (ayat 2-11). Sahabat, Daud  yakin, Tuhan adalah yang terbaik bagi hidupnya (ayat 2 dan 5). Digambarkan seperti seorang yang beroleh harta warisan atau tanah pusaka, demikian anak-anak Tuhan mendapatkan yang terbaik. Itu sebabnya Daud memuji Tuhan dan selalu hidup mengandalkan-Nya (ayat 7-8). Dengan demikian orang-orang yang mengandalkan illah lain akan rugi besar (ayat 4), sehingga Daud tidak akan pernah mau ikut-ikutan mereka menyembah berhala. Bagi Daud, memiliki Tuhan berarti memiliki hidup sejati karena Tuhanlah satu-satunya sumber hidup. Karena itu memiliki Tuhan berarti memiliki segala-galanya, karena Tuhan adalah sumber berkat. Sahabat, Daud  merasa berbahagia karena diberkati Allah. Sebab allah lain tidak dapat melakukan apa-apa. Karena itu, siapa yang mengikuti allah lain pasti kecewa (ayat 4). Allah pemilik kehidupan kita tidak akan merancangkan yang jahat. Dia juga tidak akan membiarkan anak-anak-Nya mengalami kebinasaan kekal. (ayat 10). Allah akan membimbing anak-anak-Nya dalam menjalani kehidupan. Jalan yang akan ditempuh itu akan mendatangkan sukacita, kebahagiaan, dan nikmat senantiasa (ayat 11). Daud mengerti benar bahwa sukacita dan sorak-sorai bukanlah bergantung dari berat-ringannya situasi yang sedang ia hadapi. Tetapi ia percaya bahwa dengan memandang kepada Tuhan, menyadari kehadiran Tuhan yang selalu berjalan di sebelahnya dengan setia akan membuatnya mampu untuk terus berdiri tegak meski situasi sama sekali tidak kondusif. Bagi Daud, kehadiran Tuhan bersamanya merupakan kunci utama yang membuatnya mampu terus hidup dengan penuh sukacita dan keriangan. Bersama Tuhan dia tidak perlu takut. Bersama Tuhan ada solusi,  jawaban, pertolongan bahkan kemenangan. Bersama Tuhan kita akan selalu bisa bersukacita. Ingatlah! Sahabat, Daud menyadari bahwa sukacita dan kebahagiaan yang ia alami adalah berada di dalam tangan Tuhan. Untuk itu Daud terus menambatkan imannya kepada Tuhan. Selain itu Daud juga bersyukur kepada Tuhan, karena melalui Tuhanlah semua kebahagiaan yang dirasakannya dalam masa kelam maupun dalam masa senang. Daud juga yakin bahwa Tuhanlah sebagai penyelamat dan penjaganya, berdiri di sebelah kanannya di tengah-tengah pasang surut kehidupan yang ia jalani. Maukah Sahabat dan saya menjadikan Tuhan sebagai satu-satunya penjaga dan sumber hidup? Tuhan memberkati Sahabat dan keluarga. (pg)

BERSERU kepada TUHAN di waktu PAGI

Selamat jumpa para Pendukung Kristus, apa kabar? Salam sehat. Semoga kita mempunyai waktu untuk bersaat teduh setiap hari, entah di waktu pagi, siang atau malam hari. Tergantung pola hidup kita masing-masing.  Sahabat, pengalaman hidup saya bercerita bahwa bersaat teduh di pagi hari sangatlah nyaman. Minim gangguan dan interupsi. Suasana  tenang dan hening, nyaman untuk berkomunikasi dengan Sang Khalik, Penguasa Hidup. Sangat jernih mendengar bisikan dari Sang Pemelihara Kehidupan melalui pembacaan sabda. Sahabat, pernahkah kita mengalami suatu masalah atau pergumulan yang begitu berat, sampai-sampai kita benar-benar habis akal,  tidak tahu lagi harus berbuat apa? Pernahkah kita mengalami saat-saat sulit hingga kita berseru-seru kepada Tuhan untuk minta petunjuk jalan keluar  karena kita benar-benar tidak tahu bagaimana dapat lepas dari persoalan tersebut? Pernahkah kita merasa begitu sedih hingga kita menangis seharian bahkan semalaman, sampai air mata kita rasanya sudah terkuras habis tak tersisa? Mungkin seperti itulah gambaran tentang apa yang dialami Pemazmur dalam bacaan kita pada hari ini yang kita ambil dari Mazmur 119:145-160. Pemazmur meminta pertolongan Tuhan (ayat 145-147) karena orang-orang jahatbermaksud membinasakannya (ayat 150 dan 157). Sesungguhnya, permintaan tolong Pemazmur bukan dipanjatkan hanya saat sedang mengalami tekanan. Sebenarnya Pemazmur senantiasa mendekatkan diri pada Tuhan sebagai suatu disiplin rohani. Perhatikan pernyataan: “Pagi-pagi buta” (ayat 147), dan “mendahului waktu jaga malam” (ayat 148). Sahabat, pada masa itu, malam dibagi menjadi tiga bagian: 18.00 – 22.00; 22.00 – 02.00 dan 02.00 – 06.00. Itu berarti sebelum waktu jaga ketiga (02.00 – 06.00) berakhir, Pemazmur telah bangun untuk merenungkan firman Tuhan. Mungkin disiplin rohani Pemazmur mirip  dengan saat teduh kita yang dilaksanakan pagi hari, sebelum segala aktivitas hari itu dilaksanakan. Oleh karena disiplin rohaninya, Pemazmur beroleh keyakinan bahwa Tuhan dekat dengan dirinya (ayat 151). Maka Pemazmur berani meminta pertolongan Tuhan agar ia diluputkan dari niat jahat para musuh yang hendak membinasakannya. Ia berani mengandalkan Tuhan karena Tuhan adil (ayat 160) dan berlimpah rahmat (ayat 156). Dengan merenungkan firman Tuhan setiap pagi, Pemazmur dapat menaikkan doa permohonannya dengan suatu kepastian. Tuhan akan memampukannya melewati hari itu dengan berkemenangan! Sahabat, bagaimana dengan kita? Berapa banyak dari kita saat menghadapi masalah justru menyerah begitu saja. Ketika ada masalah, kita bukannya semakin rajin membaca Firman Tuhan dan semakin rajin berseru kepada Tuhan, bahkan justru  semakin malas membaca Firman Tuhan, bahkan semakin menjauh dari Tuhan. Ingatlah! Sahabat,   dalam menghadapi masalah seberat bagaimana pun, kita harus semakin rela membayar harga. Jika perlu, kita harus lebih banyak berdoa, lebih banyak meluangkan waktu untuk membaca Firman Tuhan, serta lebih banyak bersaat teduh. Jika perlu, kita harus meneladani apa yang Pemazmur lakukan yaitu bangun pagi-pagi untuk berdoa dan minta tolong kepada Tuhan, bahkan bangun mendahului waktu jaga malam untuk merenungkan Firman Tuhan. Tuhan pasti akan menolong orang-orang yang berseru kepada-Nya siang dan malam (Lukas 18:7). Maukah Sahabat dan saya melakukannya? Tuhan memberkati Sahabat dan keluarga. (pg).

KENYANGKANLAH kami di waktu PAGI

Selamat jumpa para Pendukung Kristus, apa kabar? Salam sehat penuh syukur karena kita dapat memberi asupan yang sehat,  baik  untuk tubuh maupun rohani kita. Sahabat, dalam hidup ini kita perlu memerhatikan masalah keseimbangan dalam segala aspek hidup, terutama dalam menjaga pola hidup. Ada waktu bekerja, ada waktu untuk istirahat, dan ada waktu untuk menikmati hasil kerja kita.  Kita perlu memerhatikan kebutuhan jasmani, tapi jangan mengabaikan kebutuhan rohani. Kita perlu memersiapkan anak untuk menjadi orang yang berhasil, tapi jangan lupa untuk memersiapkan mereka ketika menghadapi kegagalan. Sahabat, bagi sebagian orang, mengisi setiap hari dengan sibuk bekerja adalah cara menikmati hidup. Bagi orang  yang mempunyai filosofi hidup seperti itu, nyaris tidak ada waktu yang tersisa sedikit pun untuk beristirahat. Tidak ada waktu untuk keluarga. Mereka rela bangun pagi-pagi buta dan pulang larut malam demi mengejar karier dan uang. Hidup mereka cuma untuk bekerja, bekerja, dan bekerja seakan-akan esok tidak ada uang yang beredar lagi. Tetapi, apakah hal itu benar-benar memberikan kenikmatan sejati? Bukankah hal itu justru membuat kita letih dan tertekan? Untuk itu mari kita menggali pergumulan  Musa, abdi Allah, dalam upayanya untuk menjadi orang  yang bijaksana yang  terdapat dalam Mazmur 90:1-17. Sahabat, Musa menyadari benar betapa terbatas hari-harinya hidup di bumi ini. Karena itu, ia meminta kepada Allah untuk mengajarinya menghitung hari dengan bijaksana (ayat 12). Bijaksana saat ia menjalani hidupnya untuk bersyukur dan menikmati segala hal yang Allah berikan kepadanya. Sebab itu ia berdoa, “Kenyangkanlah kami di waktu pagi dengan kasih setia-Mu, supaya kami bersorak-sorai dan bersukacita semasa hari-hari kami.” (ayat 14)  Musa mengajak kita untuk mengenyangkan diri  dengan Tuhan di pagi hari dengan kasih setia Tuhan. Musa mengatakan bahwa jika kita menjadi kenyang oleh Tuhan di pagi hari, maka kita juga dapat memiliki sukacita penuh sepanjang hari-hari kita. Jadi bagaimana kita dapat mengenyangkan diri kita dengan kasih Tuhan di pagi hari? Sahabat, yang pertama, berdoa di pagi hari. Berdoa di pagi hari merupakan sesuatu dalam hidup kita. Berdoa kepada Tuhan di pagi hari merupakan sebuah kebiasaan yang perlu kita lakukan bahkan Yesus pun melakukannya (Markus 1:35). Kita dapat berdoa kepada Tuhan untuk menceritakan tentang rencana dan harapan kita untuk hari itu, meminta penyertaan-Nya sepanjang hari, meminta kehendak-Nya atas hidup kita agar terjadi,  membantu kita untuk tetap bersukacita dan bersyukur, dan mohon Tuhan berkenan membukakan berkat-Nya bagi keluarga kita. Kedua, membaca Alkitab di pagi hari.  Banyak sekali firman Tuhan yang dapat menguatkan kita. Ketika kita sedang lemah, tawar hati, kesulitan untuk bersyukur, firman Tuhan dapat membantu dalam mengingatkan  kita bahwa Dia baik dan Dia belum meninggalkan kita. Doa adalah bagaimana kita berbicara kepada Tuhan, pembacaan Alkitab adalah bagaimana Tuhan berbicara balik kepada kita. Hal ketiga yang dapat kita lakukan di pagi hari adalah memuji Tuhan. Melalui puji-pujian yang kita naikan, maka hadirat Tuhan akan datang melawat kita. Ingatlah! Sahabat, bila setiap pagi kita merenungkan kebaikan Tuhan, maka apapun yang terjadi di sepanjang hari, tetap membuat kita dapat bersyukur. Karena itu, mari awali hari kita setiap pagi bersama Tuhan, maka kita akan mengalami kekuatan dan ketenangan dalam menjalani kehidupan. Kita bisa bersorak-sorai sepanjang hari karena kebaikan Tuhan. Maukah Sahabat dan saya melakukannya? Tuhan memberkati Sahabat dan keluarga. (pg)

MEMINJAMKAN BAHU bagi teman yang MEMBUTUHKAN

Selamat jumpa para Pendukung Kristus, apa kabar? Salam sehat. Semoga kita mau meminjamkan  bahu kita kepada  sahabat yang sedang membutuhkan sandaran untuk mencurahkan segala kepedihannya.  Sahabat, jangan pernah bermimpi akan terluput dari segala macam krisis atau masalah selama kita masih hidup di dunia.  Krisis atau masalah coraknya bermacam-macam, datang tanpa bisa diduga, tanpa permisi, bisa datang sewaktu-waktu.  Mengingat keterbatasan kita, maka sesungguhnya setiap manusia membutuhkan teman untuk berbagi beban hidup, Kita membutuhkan komunitas yang saling peduli, saling berbagi, dan saling menghibur dan menguatkan. Apa yang terjadi esok tidak seorang pun yang tahu!  Bisa saja hari ini semuanya tampak tenang dan wajar, sampai suatu ketika tiba-tiba masalah atau musibah, atau krisis  datang menerjang,  sehingga keadaan yang semula tenang berubah menjadi lautan yang bergelora. Daud, yang hidup melekat kepada Tuhan, juga tak luput dari krisis atau masalah, Maka hari ini kita akan belajar dari pengalaman Daud yang terdapat di Mazmur 18:1-20. Sahabat, Daud merupakan pribadi yang selalu bersyukur kepada Tuhan atas segala hal yang menimpa hidupnya, apakah itu baik atau buruk. Rasa syukur itu diungkapkan Daud secara jujur. Dalam kejujurannya terpancar kasihnya yang dalam kepada Allah. Pertanyaannya adalah bagaimana Daud bisa memiliki perasaan syukur yang mendalam kepada Allah? Dalam hidupnya, Daud menjadikan Tuhan sebagai bukit batu, kubu pertahanan, penyelamat,  Allah, gunung batu,  tempat berlindung, perisai, tanduk keselamatan dan kota benteng (ayat 3).   Artinya, Tuhan adalah satu-satunya tempat keselamatan yang kukuh, kuat, perkasa, dan abadi bagi Daud. Sahabat, ketika seseorang memanjatkan syukur, pasti ada pengalaman khusus yang dialaminya saat itu. Bagaimana dengan dengan Daud? Pengalaman apa yang membuatnya berulang kali bersyukur kepada Allahnya? Ia menyatakan bahwa Tuhanlah yang telah menyelamatkan hidupnya dari musuh, ketika tali-tali maut melilitnya, banjir-banjir jahaman menimpanya, dan lolos dari berbagai perangkap maut. Saat Daud dalam kesesakan dan berteriak minta pertolongan Tuhan, ia menjumpai bahwa Allah tidak pernah mengecewakan dirinya. Allah selalu mendengar seruan hatinya (ayat 4-7). Lalu bagaimana Tuhan menjawab Daud? Allah memerlihatkan keperkasaan dan kuasa-Nya. Kuasa Allah diungkapkan dengan kata,  “Lalu goyang dan goncanglah bumi, dan dasar-dasar gunung gemetar dan goyang” (ayat 8), dan “Maka TUHAN  mengguntur di langit (ayat 14). Semua ungkapan tersebut membuktikan betapa Allah sayang kepada Daud. Kasih Tuhan itulah yang memberikan Daud kekuatan untuk maju terus dalam iman dan pengharapan. Ingatlah! Sahabat, dalam menjalani hidup ini, ada masanya setiap orang membutuhkan bahu untuk dapat berbagi beban hidup. Dalam menjalani hidup,  kita perlu teman, sahabat, atau keluarga yang dapat diandalkan untuk berbagi kesedihan, sebagaimana Tuhan menjadi penolong bagi Daud untuk mendapatkan kelegaan saat ia bersandar kepada-Nya. Maukah Sahabat dan saya meminjamkan bahu bagi teman yang sedang membutuhkan? Tuhan memberkati Sahabat dan keluarga. (pg).

Selama TUHAN masih DEKAT dengan KITA

Selamat jumpa para Pendukung Kristus, apa kabar? Salam sehat penuh syukur karena Tuhan telah memberi kesempatan kepada kita untuk menikmati hari yang baru pada hari ini. Sahabat, saya mempunyai seorang rekan sepelayanan di kantor yang sering menderita sakit gigi. Saya sering berkata kepadanya, “Kalau kita sedang sakit gigi memang badan ini terasa sakit semua. Tapi ada yang lebih menyakitkan daripada pada sakit gigi yaitu  sakit hati.” Apalagi kalau sakit hati karena dikhianati oleh sahabat sendiri. Aduuuh … terasa hati ini tertusuk duri. Sahabat, memamg penderitaan karena sakit penyakit dan pengkhianatan orang  terdekat merupakan dua penderitaan yang tidak mudah kita terima dan jalani. Dalam Mazmur 41:1-14 yang menjadi bacaan kita pada hari ini, Daud mengalami keduanya secara bersamaan. Mazmur 41 merupakan penutup dari buku I (pasal 1-41) kitab Mazmur. Mazmur 1 membuka dan Mazmur 41 menutup dengan frasa “Berbahagialah orang yang …” (1:1; 41:2). Mazmur 41 menyimpulkan buku yang berisikan aneka ragam doa dengan pelajaran hikmat. Sahabat, Daud mulai mengajar dengan pernyataan, “Berbahagialah orang yang memperhatikan orang lemah” (ayat 2-a). Orang seperti itu akan mengalami dipedulikan Tuhan saat ia sendiri lemah (ayat 1b-3). Daud memakai contoh dirinya (ayat 5-10). Ia pernah sakit karena berdosa kepada Tuhan. Sakitnya sangat parah sehingga banyak orang percaya ia tidak akan sembuh. Orang-orang yang membenci dia akan memanfaatkan situasi sakitnya untuk menekan dia. Mereka menggosipkan dirinya bahwa Tuhan telah meninggalkannya, maka ia pasti akan mati. Teman dekatnya ikut-ikutan menghujat. Tak ada yang percaya dia akan sembuh dari sakitnya. Daud mengalami hal itu saat orang datang menjenguknya, tetapi hati mereka penuh dusta dan kejahatan (ayat 7-9). Ia ungkapkan perasaan itu lewat kalimat, “Bahkan sahabat karibku yang kupercayai, yang makan rotiku, telah mengangkat tumitnya terhadap aku” (ayat 10). Mereka mengira Daud tidak akan selamat dari sakit jasmaninya (ayat 9) dan tidak akan bangkit lagi, karena kejahatan dan pengkhianatan yang dialaminya (ayat 6). Tidak demikian yang terjadi, meski situasi hidupnya belum berubah. Sahabat, walau sakit penyakit dan pengkhianatan masih ia alami, tetapi Daud berserah penuh kepada Tuhan, “Tuhan kasihanilah aku, sembuhkanlah aku, ….” (ayat 5) dan “… ya Tuhan, kasihanilah aku dan tegakkanlah aku, …” (ayat 11). Bagi Daud, tidak jadi soal seberapa parah sakit penyakit yang ia alami, seberapa besar kejahatan yang dirancangkan oleh musuh-musuhnya, dan seberapa menusuk pengkhianatan yang dilakukan oleh sahabat karibnya. Selama Tuhan masih dekat dengan-Nya, Daud tahu bahwa ia masih punya penolong yang setia, sehingga ia dengan iman dapat berkata, “Tetapi aku, Engkau menopang aku karena ketulusanku, Engkau membuat aku tegak di hadapan-Mu untuk selama-lamanya. Terpujilah Tuhan, Allah Israel, dari selama-lamanya sampai selama-lamanya! Amin, ya amin.” (ayat 13-14) Ingatlah! Sahabat, jangan takut apa yang terjadi dalam hidup kita. Selama Tuhan masih dekat dengan kita, tidak ada sesuatu pun yang dapat menjatuhkan kita. Jalanilah hidup dalam ketulusan dan kepercayaan kepada Tuhan, maka Ia akan menegakkan langkah kaki kita. Maukah Sahabat dan saya menjalaninya? Tuhan memberkati Sahabat dan keluarga. (pg)