KERENDAHAN HATI dan KETAATAN YESUS

Selamat jumpa para Pendukung Kristus, apa kabar? Salam sehat penuh syukur karena Tuhan Yesus telah memberi teladan kepada umat-Nya dalam hal mengosongkan diri dan ketaatan. Sahabat, seorang teman yang ahli di bidang keuangan memberi nasihat kepada saya bahwa saya harus punya “Tabungan Darurat” jumlahnya minimal sejumlah 6 (enam) kali kebutuhan rutin kita tiap bulan. Kita tidak tahu apa yang akan kita hadapi di kemudian hari. Tabungan darurat tersebut untuk mengantisipasi hal-hal yang tak terduga yang menyebabkan penghasilan kita berkurang bahkan tidak berpenghasilan sama sekali. Ternyata kita sebagai makhluk sosial, kebutuhan dan tantangan hidup  bukan hanya berkaitan dengan uang, tetapi juga perihal relasi dengan sesama. Kita butuh dikasihi dan mengasihi. Sesungguhnya itulah keinginan Tuhan, agar kita saling mengasihi dan mengutamakan, bukan sebaliknya. saling membenci dan menjatuhkan. Untuk itu hari ini kita akan berefleksi dari surat Filipi 2:1-11. Sahabat, tujuan utama hidup orang percaya adalah menjadi seperti Kristus, “Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup.”  (1 Yohanes 2:6).  Setiap orang percaya harus meneladani Kristus dalam hidupnya dan mengikuti jejak hidup-Nya sehingga kita menjadi serupa dengan Dia.  Lalu aspek apa saja yang harus kita teladani?  Aspek yang pertama: Kerendahan hati.  Bacaan kita hari ini mencatat,   “yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.”  (ayat 6-7).  Yesus Kristus adalah pribadi yang rendah hati.  Dia datang ke dunia bukan untuk dilayani, tetapi untuk melayani.  Orang yang rendah hati adalah orang yang tidak semata-mata memikirkan dirinya sendiri atau mencari pujian bagi diri sendiri, tetapi   menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri (ayat 3-b).  Aspek yang kedua: Ketaatan. Mengikuti jejak Kristus berarti meneladani ketaatan-Nya melakukan kehendak Bapa.  Yesus teladan utama dalam hal ketaatan,  “Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.”  (ayat 8) Sahabat, ketika dihadapkan pada cawan penderitaan Yesus berkata,  “Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki.”  (Matius 26:39).  Bagi Yesus melakukan kehendak Bapa adalah yang terutama dan melebihi segala-galanya.  Itulah sebabnya Rasul Paulus menasihati supaya kita menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus (ayat 5).  Karena ketaatan Yesus maka Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama  (ayat 9). Ingatlah! Sahabat, tantangan dalam hal membangun relasi jauh lebih besar dibandingkan persoalan uang. Oleh karena itu, hidup bersama dalam keharmonisan perlu “tabungan” yang ditaruh dalam hati. Tabungan tersebut adalah kerendahan hati Yesus dan ketaatan-Nya dalam mewujudkan kehendak Bapa. Itulah fondasi dari relasi yang kita bangun dengan sesama. Hal tersebut akan menjadi modal utama ketika kita menghadapi kesulitan dalam menjalin relasi, yaitu sikap yang tidak meninggikan diri sendiri, melainkan rela berkorban bagi orang lain. (pg)

TUHAN PELINDUNG dan PENOLONGKU

Selamat jumpa para Pendukung Kristus, apa kabar? Salam sehat penuh syukur karena kita memiliki Tuhan yang melindungi dan menolong kita. Sahabat, pernahkah kamu  mengalami situasi yang  sukar dan tidak menyenangkan? Misalkan, pertengkaran dalam rumah tangga, diputus oleh pacar, tidak naik kelas,  tidak lulus ujian, ditolak saat melamar pekerjaan, diusir dari kontrakan karena tidak bisa bayar ketika jatuh tempo, atau sakit yang tidak kunjung sembuh.  Kadang Tuhan izinkan kita melewati masa-masa sukar dalam hidup ini.  Perkara yang tidak enak itu bisa saja datang dari keluarga, teman, rekan sepelayanan, pekerjaan dan lain-lain.  Daud adalah Raja Israel yang luar biasa. Ia juga pernah berada dalam kondisi sukar dan tidak menyenangkan. Salah satunya ialah ketika Daud dikejar-kejar oleh Saul dan diancam akan dibunuh. Mazmur 54:1-9 yang menjadi bacaan kita pada hari ini mengingatkan kita akan peristiwa tersebut. Sahabat, Daud harus tinggal di padang gurun atau di tempat-tempat perlindungan karena dikejar-kejar oleh Saul yang hendak membunuhnya,  “Ia tinggal di pegunungan, di padang gurun Zif.  Dan selama waktu itu Saul mencari dia, tetapi Allah tidak menyerahkan dia ke dalam tangannya.”  (1 Samuel 23:14b).  Bisa dibayangkan bagaimana perasaan Daud pada waktu itu:  takut, cemas, khawatir, was-was bercampur aduk jadi satu.  Maka Daud berseru kepada Allah,  “Ya Allah, selamatkanlah aku karena nama-Mu, berilah keadilan kepadaku karena keperkasaan-Mu!  Ya Allah, dengarkanlah doaku, berilah telinga kepada ucapan mulutku!”  (ayat 3-4). Sahabat, Mazmur 54 dipercaya sebagai doa Daud saat dalam kesesakan. Ia tahu bahwa hanya Tuhan sajalah yang mampu melindungi dan menolongnya (ayat 6). Tuhan menjadi satu-satunya penolong yang akan menjauhkannya dari orang-orang yang berniat jahat (ayat 5). Tuhan tidak seperti manusia karena Ia adalah sumber keadilan (ayat 3). Ia akan membela mereka yang benar dan menopang orang yang bersandar kepada-Nya. Permohonan Daud merupakan tindakan konkrit dari sebuah keyakinan terhadap siapakah Allah bagi dirinya dan siapakah dirinya di hadapan Allah (ayat 6). Bahkan permohonannya agar Allah bertindak didasarkan pada apa yang pernah para musuhnya lakukan dan kesetiaan-Nya (ayat 7). Masih ada unsur kasih terhadap musuhnya dalam permohonan Daud. Akhirnya Mazmur 54 diakhiri dengan janji Daud kepada Allah (ayat 8-9). Janji ini merupakan pengakuan sebelum Allah bertindak bahwa Allah pasti akan menyelamatkannya. Keyakinannya tidak dibatasi oleh dimensi waktu. Sahabat, saat ini, mungkin berbagai permasalahan hidup sedang menghimpit kehidupan kita. Harapan seolah-olah hilang dan kita kehilangan semangat menjalani kehidupan. Bahkan, mungkin saja kita sudah sampai meragukan pemeliharaan Tuhan. Ingatlah! Sahabat,  teduhkanlah hati dan pikiran kita. Marilah kita mengingat bahwa Tuhan adalah satu-satunya tempat perlindungan yang kukuh. Dialah yang menopang kita untuk melintasi badai kehidupan. Mari kita belajar dari Daud. Ia ditimpa banyak permasalahan hidup yang amat berat. Namun, ia tetap percaya bahwa Tuhan akan menolongnya dan melepaskannya dari kesesakan. Jangan berhenti berharap kepada-Nya, sebagaimana Allah juga tak pernah berhenti mengasihi kita. Maukah Sahabat dan saya  selalu meyakini perlindungan dan pertolongan Tuhan? Tuhan memberkati Sahabat dan keluarga. (pg)

PENGHARAPAN akan KEKEKALAN

Selamat jumpa para Pendukung Kristus, apa kabar? Salam sehat penuh syukur karena Tuhan Yesus telah menganugerahkan pengampunan dosa dan hidup yang kekal kepada kita. Sahabat, ada cukup banyak orang yang  berpendapat bahwa kehidupan manusia hanya terjadi pada saat kita hidup di dunia.  Setelah kita meninggal dunia, semuanya akan berakhir. Sekarang mari kita perhatikan apa yang dikatakan oleh Abraham Lincoln (Presiden AS ke-16), “Tentu Allah tidak akan menciptakan makhluk seperti manusia hanya untuk hidup sehari! Tidak, tidak … manusia diciptakan untuk kekekalan.” Ternyata Lincoln berpendapat bahwa hidup manusia tidak berakhir ketika dia meninggal dunia. Ketika seseorang meninggal dunia, dia memasuki babak baru, babak kekekalan. Sesungguhnya Kehidupan kita di bumi hanya bersifat sementara dan pendek. Kita akan jauh lebih banyak menghabiskan   waktu di dalam kekekalan. Bumi merupakan tempat persiapan bagi kehidupan kita di kekekalan. Inilah masa latihan sebelum permainan yang sesungguhnya; putaran pemanasan sebelum pertandingan dimulai. Kehidupan di bumi memang singkat, tapi sangat penting dan menentukan untuk kehidupan berikutnya. Firman Tuhan menegaskan bahwa masih ada kehidupan setelah kematian, yaitu kehidupan kekal di dalam kerajaan surga dan kebinasaan kekal di neraka. Sahabat, perhatikanlah dengan saksama bahwa kelak kita akan masuk ke dalam kerajaan surga atau neraka  sangat ditentukan selagi kita masih hidup di bumi, bukan setelah kita mati,  “Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup ,..”  (Efesus 5:15-a).  Saya sependapat, untuk menuju ke kota Semarang bisa melalui Kudus, Salatiga, Pekalongan, Purwadadi, dan kota  yang lain, tapi tidak berlaku untuk menuju ke surga. Tidak ada jalan lain menuju ke surga  selain melalui Yesus Kristus,  “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.”  (Yohanes 14:6).  Sahabat, sangat jelas dinyatakan bahwa Kristus bukanlah hanya penunjuk jalan menuju kepada Bapa (surga) tapi Ia adalah Jalan itu sendiri.  Sebagai Jalan,  tentu Kristus tidak hanya sekadar memberi nasihat dan arahan, tapi Ia sendiri akan menuntun dan memimpin umat-Nya secara pribadi hari lepas hari melalui Roh Kudus.  Kristus juga adalah kebenaran!  Banyak orang, bahkan para nabi, mungkin bisa mengajar tentang kebenaran, tapi hanya Kristus yang berani berkata,  “Akulah kebenaran.”, sebab  Ia tidak berbuat dosa, dan tipu tidak ada dalam mulut-Nya (1 Petrus 2:22).  Selain itu Kristus adalah hidup, karena itu setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak akan binasa, melainkan akan beroleh kehidupan yang kekal  (Yohanes 3:16). Sebagaimana selama sembilan bulan kita habiskan di dalam rahim ibu, itu bukanlah suatu akhir tetapi persiapan untuk menghadapi kehidupan selanjutnya di bumi. Demikian juga kehidupan ini merupakan persiapan untuk menghadapi kehidupan berikutnya. Jika kita beriman kepada Yesus, maka kita tidak perlu takut  menghadapi kematian. Sesungguhnya kematian merupakan pintu menuju kekekalan. Kematian akan menjadi saat terakhir dari waktu kita di bumi, tetapi bukan akhir dari kehidupan kita. Bukannya akhir dari kehidupan kita, kematian justru merupakan hari kelahiran kita ke dalam kehidupan kekal. Ingatlah! Sahabat, jadi sekalipun di bumi ini kita sedang menjalani ragam peristiwa kehidupan yang silih berganti, kiranya kita tidak hanya berfokus pada hal-hal yang sementara. Pengharapan akan kekekalan dapat mengubah cara pandang kita, serta mengikuti kehendak-Nya dengan tekun dan setia. Maukah Sahabat dan saya berpengaharapan akan kekekalan? Tuhan memberkati Sahabat dan keluarga. (pg)

PEMELIHARAAN Tuhan bagi Umat-Nya

Selamat jumpa para Pendukung Kristus, apa kabar? Salam sehat penuh syukur karena Tuhan bukan hanya Sang Pencipta, tapi juga Sang Pemelihara kehidupan. Sahabat, menjalani kehidupan yang penuh hambatan, keterbatasan, tantangan dan bahaya seperti saat ini, kita berjalan bak seorang bayi yang belum memiliki cukup kekuatan untuk melangkah. Kita membutuhkan tangan Tuhan yang selalu memegang tangan kita. Ketika kita meyakini tangan-Nya, kita akan berjalan tanpa rasa takut sebab Ia tidak akan membiarkan kita jatuh. Tuhan tidak saja mengajar kita untuk berjalan, Ia menuntun kita langkah demi langkah, memegang hidup kita, menjaga kita, dan membimbing kita agar selalu melangkah ke tempat yang aman. Berbicara mengenai pemeliharaan Tuhan, mari hari ini kita berefleksi dari kitab Mazmur 105:12-22. Sahabat, Mazmur tersebut ditulis sebagai ingatan kolektif kepada orang-orang Israel sebagai bangsa yang kecil dan lemah. Namun, Tuhan masih menjaga dan memelihara mereka menjadi bangsa yang besar. Mazmur tersebut juga mengingatkan bangsa Israel agar menyadari bahwa mereka bukanlah siapa-siapa tanpa penjagaan dan pemeliharaan  Tuhan (ayat 12-15). Hal itu terlihat jelas melalui pengalaman hidup Yusuf  yang penuh kepahitan dan penderitaan, namun Tuhan ubahkan pada waktu-Nya. Melalui Yusuf, Allah telah memelihara kelangsungan hidup sebuah keluarga kecil yang kelak menjadi bangsa yang besar sesuai janji-Nya kepada Abraham (ayat 16-22). Sahabat, berdasarkan logika kita, mungkin berbagai peristiwa yang terjadi atas bangsa Israel bisa dianggap sebagai suatu kebetulan. Jika dilihat dari sisi iman yang selalu terarah kepada Tuhan, tidak ada istilah kebetulan,  di balik setiap peristiwa yang terjadi dalam hidup umat-Nya ada campur tangan Tuhan. Kita bisa melihat betapa luar biasa Tuhan memelihara umat-Nya, apa pun kondisinya. Apa yang mustahil bagi manusia menjadi mungkin bagi Allah. Misalnya, bencana alam atau rancangan jahat manusia dapat dibalikkan oleh Tuhan menjadi pengalaman rohani yang indah. Tidak ada satu pun kejahatan yang dapat menggagalkan rencana-Nya. Semuanya ada dalam kendali Allah. Ia memelihara hidup orang-orang yang dipilih-Nya. Lalu, apakah pengenalan kita akan Tuhan membuat kita melihat setiap peristiwa dari kacamata iman? Apakah kita merasa aman karena percaya ada Tuhan yang menjaga? Adakah kekhawatiran yang kita rasakan hari-hari ini sampai membuat kita mempertanyakan keberadaan Tuhan?  Mari tanamkan dalam hati kita dalam-dalam,  Ia adalah Allah yang berkuasa dan setia. Ia sanggup menjaga dan memelihara hidup umat-Nya. Karena itu, jangan pernah ragu untuk memercayakan hidup kita dalam pemeliharaan-Nya yang ajaib dan perlindungan-Nya yang penuh kasih. Ingatlah! Sahabat, dalam Mazmur 18:30-35 Raja Daud menggambarkan pemeliharaan Tuhan itu sebagai kekuatan dan tuntunan yang selalu diberikan-Nya saat ia mulai kehilangan arah tidak tahu apa yang seharusnya dilakukan. Topangan tangan-Nya selalu menguatkan kaki-kakinya seperti kaki rusa dan melompat di tempat yang terjal (ayat 34). Seberat apa pun situasi di depan kita, mari percayakan hidup kita sepenuhnya kepada-Nya. Dialah yang akan menuntun dan menguatkan kaki-kaki iman kita sehingga kita dapat melewati terjalnya kehidupan ini dengan penuh sukacita. Maukah Sahabat dan saya maukah memercayakan hidup kita sepenuhnya kepada Tuhan? Tuhan memberkati Sahabat dan keluarga. (pg)

Ada KEKHAWATIRAN

Selamat jumpa para Pendukung Kristus, apa kabar? Salam sehat penuh semangat.  Sebagai orang percaya, selayaknya kita menjalani kehidupan  dengan optimis karena kita yakin Tuhan menyediakan masa depan yang baik. Sahabat, tak bisa dimungkiri, ketika hidup penuh dengan tekanan dan keterbatasan seperti saat ini,  sulit bagi kita untuk tidak merasa khawatir. Selain itu juga karena tidak ada seorang pun yang tahu apa yang akan terjadi pada kehidupan kita, satu jam  dari sekarang, apalagi satu hari, satu pekan, satu bulan, dan  satu tahun mendatang. Tak akan ada yang memiliki kepastian perihal tersebut. Meski kita  menyadari kekhawatiran tidak akan menyelesaikan masalah, anehnya kadang kita mengizinkan kekhawatiran membayangi terus kehidupan kita. Ketika saya sedang dicekam kekhawatiran berkaitan  dengan pandemi covid-19 yang sedang mengganas di Kudus, Jepara, Pati, dan Demak, tiba-tiba seorang sahabat mengirimkan quote yang berbunyi:  “Hari yang diisi dengan rasa khawatir akan jauh lebih berat daripada hari yang disibukkan dengan berbagai pekerjaan.”  Tuhan memakai quote tersebut untuk mengingatkan saya agar jangan membiarkan kekhawatiran membayangi kehidupan saya. Lebih baik menikmati hari yang Tuhan berikan dengan segala macam kejadian yang berlangsung di dalamnya, daripada khawatir sepanjang hari terus menerus. Sesungguhnya jauh-jauh hari  Rasul Petrus  menasihati dan mengajak  kita untuk  menyerahkan beban dan kekhawatiran kita kepada Tuhan, “Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu.” (1 Petrus 5:7) Sahabat  nasihat  Rasul Petrus tersebut  menyatakan dua hal kepada kita. Pertama, hidup tidak bisa bebas dari adanya kekhawatiran, bahkan bagi orang-orang percaya sekalipun. Kedua, cara yang benar untuk menghadapi beban dan kekhawatiran, baik yang berat maupun yang ringan adalah dengan menyerahkannya kepada Tuhan. Memercayai adanya pemeliharaan Tuhan dalam kehidupan klita. Lalu apa saja  yang bisa buat kita khawatir? Khawatir  apa yang akan kita makan dan minum  (Lukas 12:29)  khawatir  apa yang akan kita pakai (Lukas 12:22), khawatir akan hidup (Matius 6:25) dan  khawatir akan masa depan (Matius 6:34), dan khawatir bagaimana menjawab dan berkata-kata (Matius 10:19). Sahabat, hal-hal tersebut di atas sering membuat kita dikuasai kekhawatiran, sampai membuat  kita lupa bahwa Tuhan mampu membelah laut merah untuk umat-Nya, Tuhan sanggup menutup mulut singa-singa untuk menolong Daniel, dan membuat matahari terus bersinar untuk Yosua. Dia juga sanggup membuka pintu penjara bagi Petrus, membuka kandungan Sara yang sudah menopause sehingga hamil dan melahirkan anak, bahkan membangkitkan Lazarus yang sudah mati selama tiga hari. Sesungguhnya serahkanlah segala kekhawatiranmu itu berarti belajar percaya kepada Tuhan.  Percaya Tuhan Yesus ada dan mampu menolong kita. Selalu mengingat janji-janji-Nya dan yakinlah  Dia akan menyatakan pemeliharaan-Nya yang ajaib terhadap kita. Ingatlah! Sahabat, masihkah kita membiarkan kekhawatiran menguasai hidup kita? Berhentilah khawatir, belajarlah menikmati hari yang Tuhan sediakan, dan percayalah pada pemeliharaan-Nya. Bapa mengenal kita dan mengerti yang terbaik bagi kesejahteraan kita. Berjagalah untuk hal yang terburuk, berharaplah akan hal yang terbaik, dan terimalah dengan lapang dada apa pun yang menghampiri kita karena Tuhan pasti selalu beserta dengan kita. (pg)