WISTLE-BLOWER

WISTLE-BLOWER

Saudaraku, hari ini kita akan membaca dan merenungkan 2 Samuel 12 : 1-5 dan terlebih dahulu kita akan menghafalkan Amsal 10:10: “Siapa mengedipkan mata, menyebabkan kesusahan, siapa bodoh bicaranya, akan jatuh”.

Di dalam pengelolaan organisasi, lembaga, atau pemerintahan, pengawasan dibutuhkan untuk mencapai tata kelola yang baik (good governance).  Salah satunya melalui “whistle-blowing system”, yaitu sistem pelaporan sesuatu perbuatan yang diduga pelanggaran. Seorang “whistleblower” sendiri adalah “orang dalam” yang mengungkap dugaan pelanggaran yang terjadi di tempatnya bekerja. Keberadaan seorang “whistleblower” menjadi sangat penting dalam upaya pembuktian suatu masalah.

Keberadaan “whistleblower” tidak hanya dibutuhkan di dalam organisasi atau lembaga formal. Dalam kehidupan kita sebagai orang percaya, “whistleblower” bisa jadi adalah orang yang terdekat kita, pasangan kita, orangtua, anak, pemimpin di gereja, atau majelis. Keberadaan kita sebagai manusia yang memiliki kecenderungan berdosa, dimana tidak ada seorangpun yang menjamin dirinya selalu benar dan tidak pernah melakukan kesalahan, kita semua memiliki “blind spot” (titik buta). 

Daud tidak ada rencana untuk tidur dengan Batsyeba, namun keinginan yang berdosa itu muncul ketika ia berjalan-jalan dan melihatnya dari atas sotoh istana. Dosa itu terus berlanjut hingga ia membunuh Uria. Alkitab mencatat apa yang dilakukan Daud adalah jahat di mata Tuhan, maka Ia mengutus Nabi Natan untuk menjadi seorang “whistleblower” dalam kasus Daud. 

Setelah kejahatannya terungkap, Daud mengaku dosa, menyesali dan menghadapi konsekuensi dosanya. Bukan hanya Raja Daud yang membutuhkan “whistleblower”, melainkan kita semua tanpa terkecuali. Jangan marah jika ada yang mengungkap pelanggaran kita, bersikaplah terbuka atas koreksi dan siap berubah melakukan yang benar.

Saudaraku,  Bapa akan mendidik dan mengingatkan kita, anak-anak-Nya, ketika kita keluar jalur (Ibrani 12:4-6), dan kitab Amsal menuliskan, “Siapa mengindahkan didikan, menuju jalan kehidupan, tetapi siapa mengabaikan teguran, tersesat (Amsal 10:17).

Refleksi Diri:

  1. Siapa “whistleblower” Saudara belakangan ini?
  2. Apa yang harus diperbaiki dalam kehidupan Saudara? 

Apa Yang Harus Kita Lakukan?

Jangan marah jika ada yang mengungkap pelanggaran kita, bersikap terbuka atas koreksi dan siap untuk berubah melakukan yang benar.

Pokok Doa:

Bapa surgawi, terima kasih telah senantiasa mendisiplinkan aku, agar aku terus hidup benar. Berikanlah aku terus melakukan apa yang benar di hadapan-Mu. Kumohon penyertaan Roh Kudus senantiasa ada padaku. Dalam nama Yesus. Amin.

Hikmat Hari Ini:

Siapa enggan mengakui kesalahan berada dalam bahaya. (PW)

Renungan Lainnya