KEMAH SUCI. Sahabat, saat Musa menerima loh batu yang berisi Kesepuluh Perintah di atas Gunung Sinai, Tuhan menunjukkan kepadanya Kemah Suci di surga. Saat Musa turun dari gunung, dia menyampaikan firman Tuhan kepada umat Israel dan memanggil orang-orang agar mengumpulkan bahan-bahan seperti emas, perak, dan lenan halus untuk mendirikan Kemah Suci yang akan menjadi tempat disimpannya Kesepuluh Perintah. Orang-orang membawa pemberian sukarela setiap hari, dan bahan-bahan yang dikumpulkan untuk membangun Kemah Suci lebih dari cukup untuk segala pekerjaan yang harus dilakukan, sehingga Musa mengatakan kepada mereka untuk tidak membawanya lagi (Keluaran 35:4-36:7).
Bezaleel dan Aholiab serta para ahli lainnya, yang telah dikaruniai Tuhan dengan pengertian, keahlian dan pengetahuan, mulai membangun Kemah Suci; dan pada hari pertama dari bulan yang pertama pada tahun kedua, Kemah Suci didirikan. Lalu mereka menempatkan tabut perjanjian, yang berisi loh batu dengan Kesepuluh Perintah tertulis di atasnya, di dalam Tempat Maha Kudus (Keluaran 40:1-38). Karena Kemah Suci terbuat dari tirai pilinan lenan halus dan benang, maka disebut juga “kemah.” Kemah suci tidaklah tetap, tetapi merupakan Bait Suci yang dapat berpindah; karena orang Israel melakukan perjalanan di padang gurun.
Setelah kematian Daud, Salomo menjadi raja Israel dan mulai membangun bait suci Tuhan pada tahun keempat masa pemerintahannya, mengikuti keinginan terakhir Daud, ayahnya. Setelah tujuh tahun dan enam bulan, Bait Suci diselesaikan dan Tabut Perjanjian ditempatkan di dalam Bait Suci yang tetap (1 Raja-raja 6:1-38; 2 Tawarikh 5:1-7:1)
Syukur kepada Tuhan, hari ini kita dapat melanjutkan belajar dari kitab Mazmur dengan topik: “Who can Stay in God’s Tent? (Siapa yang Boleh Menumpang dalam Kemah Tuhan) ?”. Bacaan Sabda diambil dari Mazmur 15:1-5. Sahabat, siapa yang boleh menumpang dalam Kemah Tuhan? Hanya orang yang berkenan di hadapan Allah yang layak menghampiri Allah dan tinggal bersama-sama dengan Allah di dalam hadirat-Nya. Pertanyaannya adalah seperti apakah orang yang berkenan di hadapan Allah itu?
Pemazmur mengatakan bahwa orang yang layak adalah mereka yang hidupnya tidak bercela, melakukan keadilan dan kebenaran (Ayat 2). Mereka juga tidak berbuat jahat terhadap sesamanya (ayat 3), tidak memandang hina orang yang tersingkir (ayat 4), dan tidak mencari keuntungan diri sendiri (Ayat 5). Umat Allah dipilih-Nya untuk dapat beribadah di gunung-Nya yang kudus. Tujuannya adalah untuk menjadi umat Allah yang hidup kudus dan berkenan di hadapan Allah. Hidup kudus dan berkenan di hadapan Allah tentu harus terwujud dalam kehidupan sehari-hari.
Seperti apa seharusnya praktik hidup seorang umat Allah? Pertama, menghidupi keadilan dan kebenaran dengan sepenuh hati. Tentu, keadilan dan kebenaran ini bersumber dari Allah. Kita tidak hanya belajar tentang keadilan dan kebenaran Allah, tetapi juga mempraktikannya dalam kehidupan sehari-hari. Kedua, mengasihi sesama. Praktiknya bisa dilakukan dengan berkata jujur, berbuat baik, tidak menghina orang lain, memuliakan orang yang takut akan Tuhan, dan tidak egois.
Orang yang berkenan di hadapan Allah adalah orang yang tidak hanya mengasihi Allah dan sesama lewat ucapan mulutnya, tetapi juga yang mempraktikkan kasih itu dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain, ia memiliki integritas diri sebagai umat Allah. Segala pikiran, perkataan, dan tindakannya selaras dengan kehendak Allah. Inilah kualitas umat Allah yang kudus. Pemazmur mengatakan bahwa orang-orang seperti inilah yang akan teguh selama-lamanya.
Sahabat, jalankanlah integritas hidup sebagai umat Allah yang telah menerima anugerah keselamatan dengan hidup kudus di hadapan Allah serta manusia. Inilah bukti kasih kita kepada Allah: melakukan kehendak-Nya dengan taat dan setia. Kiranya Roh Kudus memampukan dan menolong kita untuk hidup berkenan di hadapan Allah. Heleluya! Tuhan itu baik. Bersyukurlah!
Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini:
Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu?
Apa yang Sahabat pahami dari ayat 5?
Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Orang yang berkenan kepada Allah memiliki ciri khusus tertentu, yaitu hidupnya tidak bercela, adil, mengatakan kebenaran, tidak menyebarkan fitnah, tidak berbuat jahat terhadap sesama, hidup selaras dengan ajaran dan perintah Allah, dan menjaga kekudusan hidup. (pg)