When the King is Being God

When the King is Being God

KATAK DAN KERBAU. Alkisah pada suatu sore seekor Katak bertemu dengan seekor Kerbau di tepi sungai. Mereka sama-sama ingin berendam. Ketika Katak melihat Kerbau yang berbadan gede dan tambun, dia menjadi iri dengan Kerbau. 

Maka sejak sore itu Katak berusaha keras melalui berbagai cara untuk mengembangkan badannya agar bisa seperti badan Kerbau. Namun usaha yang dilakukan Katak sia-sia, apa pun dan bagaimanapun usaha keras yang dilakukan oleh Katak untuk mengembangkan badannya, tidak mungkin menjadikan badannya sebesar dan setambun seperti badan Kerbau.

Saya jadi ingat dengan peribahasa lama: “Seperti Katak hendak menjadi Kerbau” yang artinya jangan mimpikan sesuatu yang tidak mungkin. Tapi masih ada orang atau sekelompok orang yang berlaku seperti Sang Katak. Mereka bermimpi dan berupaya untuk menandingi bahkan melampaui Tuhan. Suatu mimpi yang tidak mungkin mewujud. Suatu upaya yang sia-sia saja. Manusia itu ciptaan, sedangkan Tuhan itu Sang Pencipta. Manusia itu serba terbatas, sedangkan Tuhan itu tidak terbatas, maha segala-galanya. Tidak mungkin manusia menjadi Tuhan, tapi Tuhan sangat mungkin mengosongkan diri menjadi manusia.

Hari ini kita  melanjutkan belajar dari kitab Yehezkiel dengan topik: “When the King is Being  God (Ketika Raja Menjadi Tuhan). Bacaan Sabda diambil dari Yehezkiel 28:1-19. Sahabat,  sering kali Tuhan mengizinkan manusia mencapai keberhasilan yang luar biasa — yang sering membuat manusia terbuai dalam segala kehormatan dan kuasa yang dimilikinya — sebelum menjatuhkannya.

Tuhan memberkati Raja Tirus dengan berlimpah-limpah. Ia diibaratkan sebagai gambar dari kesempurnaan, penuh hikmat, dan maha indah (Ayat 12). Seturut Raja Tirus menempatkan dirinya seperti Tuhan (Ayat 2), Tuhan juga menggambarkan Raja Tirus hadir di Taman Eden pada waktu permulaan penciptaan dan dihiasi dengan segala macam permata (Ayat 13). Bahkan, ia diurapi seperti Kerub yang berjaga-jaga (Ayat 14). Kerub adalah salah satu makhluk surgawi yang berada di sekitar takhta Allah (Yehezkiel 1 dan 10) dan yang menjaga Taman Eden (Kejadian 3:24). Raja Tirus juga digambarkan mempunyai akses ke gunung kudus Allah dan dapat berjalan di tengah-tengah batu-batu yang bercahaya (Ayat 14).

Gambaran-gambaran yang mengacu kepada penciptaan ini memperlihatkan Raja Tirus sebagai yang utama dari semua manusia dan disejajarkan dengan makhluk surgawi.

Pelbagai gambaran tersebut hendak menekankan betapa dalam kejatuhannya dari anugerah Tuhan yang telah dicurahkan-Nya kepada Raja Tirus. Keberhasilan perdagangan bukan hanya membawa kekayaan, tetapi juga penuh dengan kekerasan dan kecurangan (Ayat 15-16). Keindahannya membuat dirinya sombong dan hikmatnya ia musnahkan demi mendapatkan semarak (Ayat 17). Penghakiman Tuhan membuka kemunafikan Raja Tirus, yang seolah-olah dalam tindakan yang tidak bercela (Ayat 15) menyimpan banyak kejahatan (Ayat 18). Allah akan membakar Raja Tirus dan manjadikannya abu di atas bumi (Ayat 18).

Sahabat, kejatuhan yang dalam merupakan akibat ketika seseorang memegahkan diri sebagai Tuhan. Saat kita sebagai hamba lupa diri dan mengangkat diri menjadi Tuhan, maka kejatuhan yang mengerikan sedang menunggu kita. Karena itu, kita harus menjadi hamba yang tahu diri dan sadar bahwa segala kelimpahan yang  kita miliki berasal dari Tuhan dan harus dikembalikan untuk kemuliaan-Nya. Haleluya! Tuhan itu baik. Bersyukurlah! 

Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini:

  1. Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu?
  2. Hikmat dan kekayaan adalah bagian berkat Tuhan atas kita; adakah saat kita merasa menjadi kurang beriman pada Tuhan karena kepandaian dan ketrampilan  kita dalam menyelesaikan masalah ?

Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati kita: Waspadalah, jangan sampai kepandaian dan kekayaan menjauhkan kita dari Tuhan, atau bahkan membuat kita merasa sama dengan Tuhan. (pg).

Renungan Lainnya