BUAH IMAN. Buah merupakan hasil sebuah proses panjang dari sebuah benih yang bertunas, menjadi pohon kecil kemudian bertumbuh semakin hari semakin besar, lalu berbunga, dan berbuah. Kualitas buah yang dihasilkan menjadi ukuran keberhasilan bagi pohon tersebut.
Demikian pula di dalam kehidupan orang percaya. Ukuran orang percaya yang berhasil bukanlah dari berapa lama ia sudah menjadi orang percaya, berapa banyak pelayanan yang ia kerjakan atau berapa besar persembahan yang ia telah berikan kepada gereja. Namun, kedewasaan orang percaya ditunjukkan dengan buah-buah Roh Kudus yang ada di dalam kehidupannya. Buah-buah Roh itu adalah kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, dan penguasaan diri (Galatia 5:22-23).
Ketika Paulus mendengar tentang jemaat Roma yang bertumbuh cepat dan memiliki kesaksian iman yang baik, Paulus rindu untuk berjumpa dengan mereka. Mengapa? Karena Paulus ingin melihat sendiri dan menemukan buah iman yang mereka telah hasilkan di dalam kehidupan mereka (Roma 1:13).
Walaupun Paulus tidak merintis jemaat Roma, tetapi ia sangat bangga akan kesaksian iman jemaat Roma ini. Meskipun Paulus hanya mendengar kabar tentang buah iman mereka, Paulus tetap rindu mendoakan dan merasakan secara langsung kesaksian buah iman yang menguatkan dirinya.
Hari ini kita akan melanjutkan belajar dari kitab Yeremia dengan topik: “When The FAITH Bear FRUIT (Ketika IMAN itu BERBUAH)”. Bacaan Sabda saya ambil dari Yeremia 24:1-10. Sahabat, Ketika saya berkata es itu dingin, kamu pasti memercayainya. Mengapa? Sebab Sahabat mampu membuktikannya melalui pancaindramu. Itu fakta. Namun bila saya mengatakan Presiden Indonesia periode mendatang adalah Si A; saya kira Sahabat belum tentu sependapat dengan saya. Ya, karena itu hanyalah opini saya saja. Faktanya bisa sangat berbeda.
Memercayai hal yang jauh di depan terkadang terasa begitu sulit. Fakta dan keadaan yang nampak oleh pancaindra kita, itulah yang biasanya mendominasi keputusan-keputusan yang akhirnya kita ambil. Demikian juga dalam bacaan kita pada hari ini. Secara logika, mana mungkin pembuangan adalah pilihan yang terbaik? Apakah Tuhan benar-benar menubuatkan demikian? Bukankah orang buangan normalnya dianggap warga kelas dua yang tak berharga, layak dijadikan budak, mendapat perlakuan seenaknya, dan sebagainya? Menurut logika, melarikan diri ke Mesir tentu lebih bisa diterima. Bagaimana tidak, menurut catatan sejarah, Mesir juga bangsa yang kuat saat itu.
Sahabat, memercayai Tuhan terkadang memang terasa sangat sulit. Terlebih bila kita tengah berada di titik nadir. Meski demikian, rancangan Tuhan pastilah yang terbaik. Kita dapat menemukan fakta bahwa meski dalam pembuangan, Tuhan tetap memelihara umat-Nya. Misal dalam kisah Daniel dan Ester. Demikian pula Sahabat dan saya. Apa pun kenyataan di depan kita, percayalah, penyertaan-Nya sempurna! Asal kita tetap percaya sampai akhir, pasti BUAH IMAN dan KESABARAN kita itu akan matang. Saya percaya, Sahabat dan saya akan mengalami kemurahan Tuhan yang luar biasa. Haleluya! Tuhan itu baik.
Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini:
- Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu pada hari ini?
- Apa yang Sahabat pahami dari ayat 6-7?
Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Hidup dalam rencana Allah artinya kita menyerahkan segenap keputusan kita agar sesuai dengan kehendak Allah.
(pg).