TERASA JAUH. Sahabat, terkadang kita merasa Tuhan TERASA JAUH dan menyembunyikan wajah-Nya bagi kita saat kita mengalami kesesakan dan pergumulan. Kita merasakan seolah-olah kita sendirian dalam menghadapi pergumulan hidup yang berat. Saat seperti itu sangatlah menyakitkan. Suatu ketika kalau kita dijauhi oleh seorang sahabat saja, kita sudah resah dan gelisah, apalagi Tuhan yang adalah Sang Pencipta dan pemberi hidup, menjauhi kita, PASTILAH TERASA SAKIT DAN MENYEDIHKAN.
Ketika kita sedang bergulat dengan masalah atau kita sedang sakit yang serius, kita mulai bertanya: “Di manakah Tuhan?”. Mungkin beberapa dari kita merasa bahwa Tuhan jauh dari kehidupan kita. Lalu, pertanyaannya adalah: Apa yang harus kita lakukan ketika Tuhan terasa berjuta-juta mil jauhnya dari kita? Apakah bisa kita tetap sama menyembah Dia seperti ketika keadaan kita baik-baik saja?
Justru masa-masa seperti itulah Tuhan pakai untuk mendewasakan hubungan kita dengan-Nya. Untuk membentuk karakter dan iman kita. Seperti halnya kita menjalin persahabatan dengan manusia yang sering diuji, persahabatan kita dengan Tuhan sering juga diuji oleh perpisahan dan kesunyian; kita dipisahkan oleh jarak fisik atau kita tidak dapat berbicara. Untuk mendewasakan hubungan kita, Tuhan akan mengujinya dengan apa yang tampaknya sebagai masa-masa perpisahan, masa dimana seolah-olah Ia telah meninggalkan atau melupakan kita.
Syukur kepada Tuhan, hari ini kita dapat melanjutkan belajar dari kitab Mazmur dengan topik: “When God Seems So Far Away (Ketika Tuhan Terasa Begitu Jauh)”. Bacaan Sabda diambil dari Mazmur 10:1-18 dengan penekanan pada ayat 1. Sahabat, Daud pun yang mempunyai hubungan persahabatan yang paling akrab dengan Tuhan, pernah mengalami keadaan yang demikian.
Ayat 1 jelas mengatakan seruan dari Daud: “Mengapa Engkau berdiri jauh-jauh, ya Tuhan dan menyembunyikan diri-Mu dalam waktu-waktu kesesakan?” Apakah Tuhan sungguh-sungguh meninggalkan Daud? Tentu saja tidak benar-benar meninggalkan Daud, dan Ia juga tidak meninggalkan kita. Di dalam Ulangan 31:8 Ia berjanji: “Sebab Tuhan, Dia sendiri akan berjalan di depanmu, Dia sendiri akan menyertai engkau, Dia tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau; janganlah takut dan janganlah patah hati”.
Ada saat-saat dimana Ia kelihatannya tidak ada dalam kehidupan kita. Hampir setiap orang percaya pernah mengalaminya setidaknya sekali, dan biasanya beberapa kali. Itu memang menyakitkan dan tidak nyaman rasanya, tetapi sangat penting untuk perkembangan iman kita. Jika kita masih seorang percaya yang baru, mungkin Tuhan memberikan kita banyak emosi yang meneguhkan dan sering mengabulkan doa-doa yang mementingkan keinginan diri sendiri dan tidak dewasa, supaya kita tahu bahwa Ia ada. tetapi ketika kita sudah tumbuh dalam iman, Ia akan menyapih kita dari ketergantungan tersebut.
Sahabat, lalu pertanyaannya, bagaimanakah sikap kita dalam suatu krisis seperti itu? Bagaimana kita bisa terhubung dengan-Nya kembali? Bagaimana kita tetap mengarahkan mata kepada Yesus jika mata kita penuh air mata?
Pertama, katakanlah kepada Tuhan apa yang kita rasakan. Curahkanlah isi hati kita kepada Tuhan secara jujur. Tuhan menyukai kita apa adanya. Jujur pada diri sendiri dan jujur pada setiap perasaan yang kita alami. Kalau kamu terluka, katakan terluka pada-Nya. Kalau kamu marah, katakan marah pada-Nya. Kejujuran yang Tuhan minta.
Saya kadang melakukan itu. Jujur pada perasaanku sendiri kepada Tuhan. Tuhan dapat menangani keraguan, kemarahan, ketakutan, kesedihan, kebingungan, dan pertanyaan-pertanyaan kita yang lain. Mengakui keputusasaan kita kepada Tuhan dapat menjadi suatu pernyataan iman kita. Mazmur 116:10 merupakan suatu pernyataan iman Daud: “Aku percaya, sekalipun aku berkata: Aku ini sangat tertindas”.
Kedua, pusatkan perhatian pada Tuhan. Bagaimanapun situasi dan perasaan kita, berpeganglah pada sifat Tuhan yang tidak berubah. Ingatkanlah diri sendiri tentang kebenaran kekal Tuhan: Ia baik, Ia mengasihiku, Ia menyertaiku, Ia mengetahui apa yang sedang aku hadapi, Ia peduli, Ia memegang kendali, Ia mempunyai rencana atas hidupku.
Sahabat, teruslah percaya kepada-Nya walaupun perasaanmu kacau, sembahlah Dia dengan cara yang paling dalam. Justru di dalam situasi yang tidak mengenakan, iman kita diuji. Biarlah Tuhan mendapati iman kita murni seperti emas. Bersyukur dan sembahlah Dia dalam kondisi bagaimanapun. Karena itu, yakinlah dan percayalah bahwa TUHAN tidak pernah jauh dari kita di kala kita sedang dalam kesesakan tetapi Ia sedang menggendong kita untuk memulihkan, menyembuhkan, dan memenangkan kita. Haleluya! Tuhan itu baik. Bersyukurlah!
Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini:
- Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu?
- Pernahkah Sahabat merasakan “Masa Keterpisahan Dengan Tuhan”? Bagikanlah secara singkat.
Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Janganlah iri kepada kemakmuran dan kenyamanan hidup orang fasik. (pg).