Sahabat, Salomo dalam Pengkotbah 3:1-2 mengingatkan kita: “Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya. Ada waktu untuk lahir, ada waktu untuk meninggal, ada waktu untuk menanam, ada waktu untuk mencabut yang ditanam;”
Saya sangat tertarik dengan 2 ayat tersebut terutama di bagian paling akhir yang berkaitan dengan dunia pertanian, dunia bercocok tanam, “…ada waktu untuk menanam, ada waktu untuk mencabut yang ditanam;”
Kita yang hidup di Indonesia, tentu tidak asing dengan dunia pertanian. Bagi seorang petani, dia tentu paham betul bahwa ada waktu untuk membajak, mencangkul dan juga menabur. Jadi tidak seluruh waktu harus digunakan untuk membajak, atau tidak seluruh waktu kita gunakan untuk menabur saja, sebab nantinya juga ada waktu untuk menuai. Untuk segala sesuatu ada waktunya.
Hari ini kita akan melanjutkan belajar dari kitab Yesaya dengan topik: “Untuk SEGALA SESUATU ada WAKTUNYA”. Bacaan Sabda pada hari ini saya ambil dari Yesaya 28:23-29. Sahabat, bacaan kita pada hari ini merupakan sebuah metafora yang mengambil latar pertanian untuk menunjukkan kebijaksanaan Allah.
Di sini, petani itu adalah Yesaya yang melaksanakan kehendak Allah, yaitu menyampaikan pesan Allah kepada umat-Nya dan kepada semua pembesar.
Sahabat, seorang petani akan melakukan segala kebiasaannya dalam bercocok tanam agar semua tumbuhan yang ditanam menghasilkan yang terbaik pada waktunya. Kebiasaan yang dimulai dengan menabur benih itu, diatur dalam waktu-waktu yang telah ditentukan dan dilakukan dengan tidak asal-asalan (ayat 24-25).
Proses mempersiapkan lahan subur merupakan keharusan awal. Setelah lahan subur disiapkan, tibalah saat menabur. Banyaknya jenis benih yang ditanam menunjukkan bahwa firman keselamatan bukan hanya monopoli Yehuda dan Israel, melainkan juga bagi bangsa-bangsa lain.
Di dalam merawat tanam-tanaman yang sudah tumbuh, para petani menjalankan adat kebiasaan yang telah ditentukan (ayat 26). Mengirik, memukul, dan menggiling tidak dilakukan secara terus menerus agar hasil pertanian tidak menjadi hancur (ayat 27-28). Karena itu ada waktu untuk berhenti mengirik, memukul, dan menggiling. Alat-alat yang digunakan untuk pekerjaan itu berbeda-beda juga. Maka harus digunakan secara tepat agar menghasilkan yang terbaik, dan tidak menghancurkannya.
Hukuman merupakan konsekuensi bagi manusia yang berbuat salah di mata Tuhan. Namun hukuman itu akan berhenti bila manusia berbalik kepada Tuhan karena Dia adalah Allah yang adil dan mengasihi. Tidak selamanya Dia menghukum manusia. Untuk itulah kita seharusnya bersyukur dengan pujian: “… Ia ajaib dalam keputusan dan agung dalam kebijaksanaan” (ayat 29).
Sahabat, berkat disediakan bagi umat yang hidup menurut ketetapan Tuhan dan perjanjian-Nya. Ini berbicara tentang berkat penuaian, dan berkat ini diberikan dengan maksud supaya kita giat menabur. Haleluya!
Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini:
- Berkat apa yang Sahabat peroleh dari perenunganmu pada hari ini?
- Apa yang Sahabat pahami dari ayat 24?
Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Allah memberikan dan mengatur tatanan umat-Nya agar kita selalu hidup berpadanan dengan kehendak dan hukum-Nya. (pg).