Sahabat, syukur kepada Tuhan, kita telah berhasil menyelesaikan pemelajaran Kitab Kejadian dan Kitab Mazmur. Mulai hari ini kita akan belajar dari Kitab Yesaya. Kitab Yesaya ditulis oleh nabi Yesaya. Tema Kitab Yesaya: Hukuman dan Keselamatan. Kitab Yesaya ditulis sekitar tahun 700 -650 SM.
Yesaya hidup sezaman dengan Hosea dan Mikha; ia bernubuat selama perluasan yang mengancam dari kerajaan Asyur, keruntuhan terakhir Israel (Kerajaan Utara) serta kemerosotan rohani dan moral di Yehuda (Kerajaan Selatan). Yesaya memperingatkan raja Yehuda, Ahas, untuk tidak mengharapkan bantuan dari Asyur melawan Israel dan Aram; ia mengingatkan Raja Hizkia, setelah kejatuhan Israel tahun 722 SM, agar jangan mengadakan persekutuan dengan bangsa asing menentang Asyur. Ia menasihati kedua raja tersebut untuk percaya Tuhan saja sebagai perlindungan mereka (Yesaya 7:3-7; Yesaya 30:1-17). Yesaya mempunyai pengaruh terbesar pada masa pemerintahan Raja Hizkia.
Untuk lebih memahami topik tentang: “Umat Allah yang KEBANGETAN”, Bacaan Sabda pada hari ini saya ambil dari Yesaya 1:1-9 dengan penekanan pada ayat 3. Sahabat, Tuhan memanggil langit dan bumi sebagai saksi betapa Tuhan telah membesarkan umat-Nya, tetapi yang terjadi adalah umat memberontak terhadap-Nya. Pemberontakan itu begitu kebangetan sehingga Tuhan memakai tiga ilustrasi:
Pertama, pengenalan umat terhadap Tuhan lebih parah daripada binatang. Lembu mengenal pemiliknya, keledai mengenal palungan yang disediakan tuannya, tetapi Israel tidak mengenal Tuannya (ayat 3). Tidak mengenal Tuhan berarti tidak taat. Umat yang berdosa sarat dengan kesalahan. Mereka itu keturunan yang jahat, menista Tuhan, dan membelakangi-Nya (ayat 4).
Kedua, umat sudah dipukul sampai tidak ada bagian yang belum kena pukul, namun tetap tidak bertobat sampai Tuhan bertanya, “Di mana kamu mau dipukul lagi?” (ayat 5).
Ketiga, negeri mereka menjadi sunyi, putri Sion menjadi seperti pondok di kebun anggur, seperti gubuk di kebun mentimun dan kota yang terkepung. Jika bukan karena belas kasihan Tuhan, mereka sudah menjadi seperti Sodom dan Gomora (ayat 7-9).
Sahabat, Tuhan sampai “mengeluh” betapa parah umat-Nya. Tuhan yang panjang sabar sepertinya sudah tidak tahu lagi apa yang harus diperbuat-Nya agar umat mau bertobat. Jika bukan karena Tuhan itu setia dan maha pengampun, umat sudah dibinasakan.
Kita memang belum sempurna dan masih jatuh bangun dalam dosa. Namun, janganlah melakukannya secara sengaja dan terus-menerus. Janganlah memakai ketidaksempurnaan kita menjadi alasan untuk melakukan dosa. Jika kita terus berjuang namun tetap jatuh dalam dosa, itu satu hal. Tetapi, hal yang berbeda adalah jika kita tidak mengindahkan perintah Tuhan dan terus-menerus berbuat dosa tanpa peduli betapa kebebalan kita telah mendukakan Tuhan. Hendaklah kita tidak kebangetan di hadapan Tuhan.
Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini:
- Hikmat apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu pada hari ini?
- Apa yang Sahabat pahami dari ayat 2 dan 4?
Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Semakin berontak dan meninggalkan Tuhan, semakin kita jauh dari hal-hal baik yang telah Tuhan persiapkan! (pg).