TUHAN SETIA pada janji-Nya

TUHAN SETIA pada janji-Nya

Burung merpati sering dipakai sebagai simbol kesetiaan karena burung itu dikenal sebagai burung monogami. Sekalipun ia (burung merpati jantan) terbang tinggi, bila melihat pasangannya ada di bawah, pasti ia akan segera meluncur turun. Bahkan, ketika di sekitarnya ada banyak burung betina yang lain, ia tidak akan pernah salah memilih pasangannya.

Sahabat, seseorang akan disebut setia pada janji ketika janji itu ditepati. Faktanya, ada cukup banyak orang mengingkari janjinya dan hal itu membuat kita kecewa. Bahkan, ada cukup banyak juga pasangan suami istri yang berjanji sehidup semati tidak menepatinya ketika ada tantangan. Bagaimana dengan janji setia Tuhan kepada umat-Nya? Tuhan itu setia pada janji-Nya.

Untuk lebih memahami topik tentang: “TUHAN SETIA pada janji-Nya” Bacaan Sabda pada hari ini saya ambil dari Mazmur 89:1-19. Sahabat, Mazmur 89 diawali dengan sebuah keyakinan akan kasih setia Tuhan. Pemazmur hendak menyaksikannya turun-temurun. Kasih setia Tuhan itu adalah janji Tuhan kepada Daud bahwa Dia akan menegakkan kerajaan Daud selamanya (bnd. 2 Samuel 7:8-16). Janji Tuhan tersebut telah melewati berbagai tantangan dan melampaui zaman, namun Tuhan tidak pernah lupa akan janji-Nya.

Isi perjanjian itu adalah Tuhan menjadi Allah Israel dan menjamin kehidupan umat-Nya, sedangkan bangsa Israel menjadi umat pilihan-Nya. Jaminan Tuhan kepada Israel dinyatakan-Nya melalui Daud sebagai raja yang diurapi. Karena itu, seorang raja wajib melaksanakan titah Tuhan dengan cara menyejahterakan rakyatnya.

Sahabat, dalam konteks ikatan perjanjian, umat Israel mengenal istilah “raja imam”, yaitu seorang raja menjadi jembatan penghubung antara Tuhan dan umat-Nya. Artinya, raja mewakili umat di hadapan Tuhan dan menjadi wakil Tuhan di hadapan umat. Segala pola pikir dan perilaku raja menjadi sorotan, baik bagi umat maupun Tuhan. Jika rajanya jahat, maka perilaku rakyatnya cenderung menyimpang. Jika rajanya setia, maka rakyatnya akan dibimbing hidup dalam takut akan Allah. Kekuasaan raja seharusnya dipakai untuk memperlihatkan kesetiaan Tuhan (ayat 6) yang melindungi umat-Nya dari kekuatan yang mengancam (ayat 10-11) dan menjamin terwujudnya keadilan yang merata bagi semua (ayat 15 dan  17).

Kalau seorang raja menjalankan kehendak Allah dan memelihara ikatan perjanjian-Nya, maka Tuhan menjamin tahta dan keturunannya (ayat 5). Sebaliknya, jika raja tidak menjalankan misi Allah, maka kekuasaannya dicabut oleh Allah. Karena itu, segala hukum dan rencana Allah wajib dijalankan seorang raja dengan bertanggungjawab untuk menyejahterakan umat dan memuliakan nama-Nya.

Sahabat, berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, tolong bagikan pemahamanmu, kita sebagai imamat yang rajani, apa yang perlu dihadirkan oleh setiap orang percaya  dalam dunia ini? Selamat sejenak merenung.  Mari kita berdoa: “Bapa, aku  berterima kasih untuk janji setia-Mu yang tidak pernah berkesudahan dalam hidupku.” (pg). 

Renungan Lainnya