True Joy is the fruit of Faith Work

True Joy is the fruit of Faith Work

SUKACITA SEJATI. Sukacita merupakan hal yang agak langka pada hari-hari ini. Mengapa? Karena beratnya himpitan ekonomi, banyak sekali orang kehilangan sukacita. 

Apakah sukacita itu? Sukacita merupakan suatu kondisi hati yang meluap dengan syukur, bukan karena kondisi tetapi karena merupakan suatu kesadaran.

Sukacita berbeda dengan gembira, senang, atau bahagia. Gembira, senang, atau bahagia timbul karena sesuatu yang terjadi di luar diri kita: Menang tender, mendapat kenaikan gaji, berhasil mendapat calon pasangan hidup, sembuh dari sakit kronis, dan lain-lain. 

Sukacita jauh melebihi gembira, senang, atau bahagia. Sukacita adalah keputusan. Ya, suatu bentuk kesadaran kita untuk memutuskan bahwa kita memang ingin bersukacita, tanpa menghiraukan kondisi yang kita alami.

Sumber sukacita ada di dalam hati kita. Ya, kita tidak perlu jauh-jauh mencari sukacita itu, apalagi harus membayar mahal. Biaya bersukacita adalah gratis. Karena sukacita merupakan sikap hati dan bukan kondisi, itu sebabnya dalam Alkitab diajarkan bagi kita untuk bersukacita, dan bukan bergembira. Sukacita merupakan suatu hal yang mutlak kita miliki. 

Bagi orang percaya sukacita merupakan harga mati yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Semua persoalan boleh terjadi, namun sukacita adalah hak kita. Sudahkah kita memilih untuk bersukacita? 

Syukur kepada Tuhan, hari ini kita dapat melanjutkan belajar dari kitab Mazmur dengan topik: “True Joy is the Fruit of Faith Work  (Sukacita Sejati Merupakan Buah dari Karya Iman)”. Bacaan Sabda diambil dari Mazmur 21:1-14. Sahabat, sukacita merupakan sebuah ungkapan rasa ketika kita berhasil menggapai keinginan hati kita. Namun, pernahkah kita mengaitkan sukacita dengan pemeliharaan Allah secara nyata dalam hidup? Bagaimana kita mendapatkan sukacita sejati?

Pemazmur menjelaskan perihal sukacita sejati ketika ia menguraikan keberhasilan seorang raja yang berjalan bersama Tuhan. Kebanggaan diperoleh bukan sekadar karena keberhasilan dalam kehidupan atau pun kemenangan dalam peperangan, melainkan semata-mata karena karya Allah dalam hidup orang beriman.

Perhatikan bagaimana Daud menggambarkan peranan Allah dalam keberhasilannya, antara lain: Pertama,  sukacita datang dari Allah semata (Ayat 2-3); Kedua,  Allah menjadikan raja sebagai pengantara keberhasilan dan kemenangan-Nya (Ayat 4-7); Ketiga,  penyertaan dan pemeliharaan Allah ada bersama umat-Nya (ayat 8-14). 

Berbagai kemenangan yang dialami Raja Daud (Ayat 3) menjadi dasar pujian umat kepada Allah (Ayat 7-12). Puji-pujian itu juga diarahkan kepada masa depan, yaitu ketika Allah hadir dalam penghakiman-Nya pada akhir zaman (Ayat 10-11). Selain itu, Raja Daud juga mengakui bagaimana Allah terlibat secara nyata dalam setiap pergumulan kehidupannya, termasuk dalam pemerintahannya. Itulah sumber sukacita yang sejati.

Memang tidak mudah meletakkan segala orientasi hidup kita kepada Allah. Namun, oleh Kristus kita diberikan pemahaman tentang Allah yang benar dan ditunjukkan tentang keberadaan Allah secara nyata dalam hidup (Yohanes 1:18; 17:3). Jalan untuk mendapatkan sukacita hanyalah dengan menerapkan iman sejati dalam kehidupan keseharian.

Sahabat, iman yang sejati akan menghadirkan sukacita karena karya Allah dalam hidup orang percaya. Persoalannya adalah apakah kita mendasarkan sukacita pada hal yang bersifat sementara, atau hanya untuk memuaskan keinginan mata dan kedagingan kita. Sesungguhnya, sukacita sejati adalah buah dari karya iman yang kita terima dari Allah! Haleluya! Tuhan itu baik. Bersyukurlah!

Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini:

  1. Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu?
  2. Apa yang Sahabat pahami tentang Sukacita Sejati?

Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Berserah merupakan tindakan iman kita bahwa Allah akan memelihara dan memberikan yang terbaik untuk hidup kita. (pg).

Renungan Lainnya