Tongue of A Disciple

Tongue of A Disciple

PERKATAAN YANG BERKUALITAS. Ada ungkapan yang sudah akrab di telinga kita: “Di mana dua atau tiga orang berkumpul, disitulah gosip berada.”  Sesungguhnya ungkapan tersebut menggambarkan betapa dekatnya kehidupan kita dengan perbincangan yang sia-sia bahkan berpotensi dosa. Tidak hanya kaum perempuan, laki-laki  pun cukup banyak yang melakukannya. Apalagi saat ini memberi komentar akan suatu hal yang tengah menjadi trending bukan perkara yang sulit. Dengan gawai dan internet di mana pun orang dapat terhubung satu dengan yang lain.

Sahabat, akibatnya  tak hanya lupa waktu, kita juga kehilangan kepedulian pada orang di sekitar atau menjadi malas bergerak. Media sosial juga menjadikan orang cepat berkomentar namun lambat dalam berpikir. Akibatnya,  tulisan yang dihasilkan pun cenderung bersifat negatif provokatif.  Lambat laun tulisan yang kurang berkualitas tersebut menjadi semacam candu yang memberi kepuasan tersendiri bagi penulisnya.

Orang percaya bukan tidak boleh mengikuti perkembangan zaman, sesuatu yang sedang menjadi tren,  hanya kita jangan sampai lupa hakikat diri sebagai murid Tuhan yang taat! Perkataan dan tingkah laku murid Tuhan merupakan kesaksian yang hidup. Yesus memberi teladan dengan mendengar pengajaran Allah Bapa laksana seorang murid. Kita sebagai komunitas orang percaya perlu memiliki lidah seorang murid. Tongue of a disciple.

Hari ini kita akan melanjutkan belajar dari kitab Yesaya dengan topik: “Tongue of A Disciple”. Bacaan Sabda saya ambil dari Yesaya 50:4-11 dengan penekanan pada ayat 4. Sahabat, perikop yang menjadi bacaan kita pada hari ini oleh LAI diberi judul: “Ketaatan hamba TUHAN”. Dalam memanggil seseorang menjadi hamba-Nya, Tuhan tidak membiarkannya berjuang sendiri.

Sahabat, l
idah merupakan bagian kecil dari anggota tubuh manusia yang memiliki peranan sangat besar dalam perjalanan kehidupan. Lidah dapat digunakan untuk tujuan yang baik atau merusak, tergantung dari manusia yang menggunakannya. Sebagai MURID YESUS kita harus menggunakan  lidah kita sebagai alat untuk menyatakan kasih, sehingga dengan demikian nama TUHAN dipermuliakan.


Tuhan memberikan lidah seorang murid untuk mendorong semangat mereka yang letih lesu dan telinga seorang murid agar peka mendengarkan firman Tuhan (ayat 4-5). Dengan demikian  pengajaran Allah harus menjadi dasar bagi kita dalam berkata-kata, sehingga setiap kata yang keluar dari mulut kita adalah kebenaran, yang menghibur dan membangun semangat bagi yang letih lesu. Karena itu sebelum berkata-kata mari kita biasakan untuk mengawali hari dengan mendengarkan pengajaran Sang Guru!

Sahabat, memang jabatan nabi saat ini sudah tidak ada, tetapi fungsi kenabian masih melekat dalam diri setiap hamba-Nya. Saat ini kita tidak lagi mendengarkan suara Tuhan secara langsung, tetapi kita mempunyai suara Tuhan yang lengkap di dalam Alkitab.

Oleh karena itu, supaya kita mampu memahami kehendak Tuhan atas kehidupan kita masing-masing, kita harus membangun relasi yang intim dengan Tuhan melalui doa dan pembacaan firman yang disiplin dan konsisten. Dengan begitu, kita mempunyai telinga seorang murid yang peka akan kehendak Tuhan, dan juga lidah seorang murid yang mengucapkan kebenaran secara tepat. Haleluya! Tuhan itu baik.

Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini:

  1. Nilai hidup apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu pada hari ini?
  2. Apa yang Sahabat pahami dari ayat 7-9?

Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Lidah seorang murid memperkatakan perkataan yang sesuai dengan ajaran Sang Guru. (pg).

Renungan Lainnya