TITIK KONSENTRASI

TITIK KONSENTRASI

Saudaraku, aku menjalani latihan fisioterapi untuk memulihkan keseimbangan yang terganggu gara-gara terjadi pengentalan darah di jalur saluran darah ke otak, hingga kehilangan keseimbangan saat berjalan. Dengan pertolongan Tuhan melalui dokter dan obat yang diberikan, kondisi tubuh semakin membaik, mulai dapat tegak berdiri dan menggerakkan kaki secara normal.  Kemudian latihan berjalan, mula-mula menggunakan walker atau tongkat berkaki empat, selanjutnya tongkat kaki satu, dan mulai lepas berjalan tanpa tongkat, makin lama makin cepat dan bisa berjalan lurus.

Salah satu latihan fisioterapi yakni latihan berjalan maju menuju satu titik obyek, meskipun itu hanya 3 meter di depan, namun harus lurus ke depan mengikuti garis ubin lantai. Kemudian latihan jalan mundur ke belakang, juga 3 meter, dan langkah kaki juga tetap di garis ubin lantai. Mudah ya? Oh… tidak. Bagi penderita gangguan keseimbangan, latihan semacam  itu merupakan suatu latihan yang cukup sukar. 

Saudaraku, pertama, mata dan kepala mesti lurus ke depan, memandang titik konsentasi di depan, meski hanya 3 meter. Terjadi koordinasi internal antara mata dan otak, kemudian koordinasi untuk kaki dapat melangkah ke depan, pelan-pelan, tidak boleh miring atau keluar dari alur. Jalan 3 meter ke depan mula-mula bisa 10-15 detik. Lalu jalan mundur ke belakang, tidak boleh menoleh, tapi mesti konsentrasi penuh, bagaimana menarik persneling mundur di dalam otak agar bisa menggerakkan kaki melangkah mundur ke belakang. Terapi ini diulangi hingga 10 kali, bisa 10 menit, padahal hanya jarak 3 meter maju mundur.

Beberapa kali pelatih mengatakan: “Ayo konsentrasi ke depan! Ke titik tujuan.” Dilatih pelan-pelan, tapi mesti dilatih, kalau sudah lancar, jarak menjadi 4-5 meter. Lebih lancar lagi, mulai mencoba jalan ke depan dengan mata ditutup, juga saat mundur dengan mata ditutup, tidak ada kaca spion ya. Lama-lama saat berlatih maju mundur menjadi semakin lancar. 

Saudaraku, aku jadi ingat ajaran Rasul Paulus di Filipi 3:13-16, terutama ayat 13-14: “… Aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan surgawi dari Allah dalam Kristus Yesus.” 

Jadi Rasul Paulus bersikap tegak lurus ke depan mengarahkan tujuan hanya untuk mencapai panggilan surgawi. Jadi titik konsentrasi Paulus bukan jarak 3-5 meter ke depan, tapi panjang sekali dan mungkin hanya bisa dilihat melalui mata iman yang jernih, yakni penggilan surgawi.

Mengikut nasihat dan jejak Rasul Paulus hanya mudah untuk diucapkan atau dikhotbahkan, tapi dalam kehidupan sehari-hari penuh tantangan dan halangan. Bangun pagi hari  menskipun dimulai dengan saat teduh, berdoa dan membaca Alkitab dalam keheningan dan kesendirian. Tapi ketika memasuki kehidupan yang  kompleks: Ada istri yang menanyakan dan mempersiapkan sesuatu, lalu mungkin ada anak yang mesti diantar ke sekolah dalam perjalanan ke kantor. 

Akibatnya di pagi itu kita bisa menjadi marah-marah dan  jengkel karena anak terlambat bangun, hujan lebat sepanjang jalan, terlambat tiba di sekolah, jalanan macet-cet, mungkin ada kecelakaan atau banjir di depan, masuk kantor terlambat 1 jam padahal sudah ditunggu tamu atau bos untuk rapat, dan seterusnya masih panjang lagi, hingga pulang ke rumah jam 8-9 malam. 

Saudaraku, kalau kehidupan sudah sedemikan kompleks di hari itu, besoknya lagi, dan besok lagi … Apakah masih bisa memikirkan panggilan surgawi yang secara sederhana diaplikasikan dalam menjalankan pekerjaan dengan benar, berhubungan dan berkomunikasi dengan istri dan anak dengan sabar, ramah dan penuh kasih. Juga apakah dapat terlibat  pelayanan di gereja meskipun itu hanya sebagai  penyambut tamu? Mungkinkah bisa ikutan latihan paduan suara yang mesti berlatih seminggu sekali?

Saat kita melanjutkan membaca Filipi 3:15-16, Rasul Paulus mengajak kita, yang sempurna diciptakan Allah sebagai manusia, yakni untuk mohon dengan rendah hati agar Allah memberikan petunjuk atau penyataan kepada kita, tentang salah satu hal, hal itu akan dinyatakan Allah juga kepadamu. Yakni di tengah kesibukan dan keruwetan dunia, namun kita tidak tergulung atau bergulung-gulung dalam keruwetan hidup, namun tetap mau membuka diri dan minta kepada Tuhan, mohon pertolongan Tuhan. 

Di dalam kantor atau saat pulang kerja, mata tetap melek melihat situasi sekitar,  tapi hati tidak ikutan marah, namun berdoa bercakap-cakap dengan Tuhan, maka seperti di Filipi 3:16 Tuhan akan memberikan penghiburan dan insight atau pengertian atau hikmat yang baru, yang menjadi petunjuk jalan kehidupan, dan ini akan membimbing kita di jalan yang akan ditempuh.

Saudaraku, Pemazmur bersaksi: Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku. (Mazmur 119:105). Pelita, lampu yang kecil, tapi bisa memberikan terang bagi jalan ke depan, yang mesti ditempuh secara perlahan, hingga bisa tetap maju ke depan. 

Seperti latihan fisioterapi, walau hanya bergerak maju-mundur 3-5 meter ke depan dan ke belakang, tapi kalau latihan ini benar-benar dilakukan setiap hari, akan memulihkan keseimbangan kaki untuk berjalan. Jalan tidak menjadi oleng ke kanan atau ke kiri, nabrak sesuatu atau bahkan roboh atau terjatuh. Selamat berlatih. Tuhan menolong dan memberkati. (Surhert)

Renungan Lainnya