Tidak Bisa Main PETAK UMPET dengan TUHAN

Tidak Bisa Main PETAK UMPET dengan TUHAN

Sahabat, permainan PETAK UMPET bisa dibilang sebagai salah satu permainan tradisional yang tidak terkikis oleh waktu,  sama halnya dengan permainan tradisional lompat tali, layang – layang, dan egrang. Permainan yang dimainkan dua orang atau lebih ini sering kita mainkan saat kita berada di bangku sekolah dasar.

Cara bermain petak umpet sangat mudah, yaitu dimana salah seorang pemain yang bertugas untuk mencari temannya harus menutup mata dan berhitung sementara pemain lainnya mencari tempat untuk bersembunyi hingga sang pencari selesai berhitung.

Kita tidak bisa main petak umpet dengan  Tuhan karena Tuhan yang kita sembah adalah Tuhan yang Mahahadir  (Omnipresent)  yang artinya Dia hadir di segala tempat dan di segala waktu, dan Dia juga Mahatahu, yang artinya Ia memiliki pengetahuan penuh, mengetahui segala hal, karena Dia berdaulat penuh atas segala yang diciptakan-Nya.  Jadi tidak ada tempat di belahan bumi manapun bagi orang dapat menyembunyikan diri dari hadapan Tuhan  (Ibrani 4:13).

Untuk lebih memahami topik tentang: “Tidak Bisa Main PETAK UMPET dengan TUHAN”, Bacaan Sabda pada hari ini saya ambil dari Mazmur 139:1-24 dengan penekanan pada ayat 16. Sahabat, pernahkah kita berpikir bahwa tidak ada siapa pun yang mengetahui pergumulan kita? Daud menyadari bahwa hal itu tidak mungkin, sebab Tuhan adalah Allah Yang Mahatahu. Allah tahu ketika Daud duduk atau berdiri, berjalan atau berbaring, bahkan perkataan-perkataannya yang belum terucap (ayat 2-4).

Sahabat, tidak ada tempat bagi manusia untuk lari dari Allah. Bagaimana mungkin manusia bersembunyi dari Allah, sementara Dialah yang merenda kehidupan manusia sejak dari kandungan (ayat 13-16). Pengalaman hidup bersama dengan Allah memberi Daud pemahaman bahwa Allah yang ia sembah adalah Allah Yang Mahatahu.

Pengetahuan akan kuasa Allah tidak terselami dan terjangkau oleh manusia (ayat 5-6). Pemahaman itu bukan hanya didapat dari kegiatan religius, melainkan kontemplasi Daud akan kehadiran Allah yang ia alami secara langsung.

Daud bersyukur karena kejadiannya dahsyat dan ajaib. Dalam ketidakberdayaannya untuk menyelami pikiran Allah, Allah pun tetap hadir bersama dengannya (ayat 17-18). Kelekatan hubungan ini membuat Daud setia berada di pihak Allah. Ia turut membenci semua pihak yang membenci Allah.

Kendati demikian, Daud tidak ingin gegabah dalam hidupnya. Ia berdoa agar Allah menyelidiki dan mengenali pikirannya; melihat apakah jalannya serong dari jalan-Nya. Ia pun memohon agar Allah menuntunnya ke jalan yang kekal (ayat 23-24).

Sahabat, pemahaman akan kemahatahuan Allah seharusnya membuat kita tidak khawatir. Ia yang merenda hidup kita sejak dari kandungan tahu apa yang terbaik bagi kita. Ia tahu ketika kita memikirkan suatu masalah, dan Ia tetap menuntun kita dengan sabar.
Ini bukti pemeliharaan dan kepedulian Tuhan kepada umat-Nya.

Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini:

  1. Hikmat apa yang Sahabat peroleh dari perenunganmu pada hari ini?
  2. Bagaimana seharusnya responsmu ketika kamu semakin menyadari Tuhan itu Mahatahu?

Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Tak perlu merasa sendirian karena Tuhan selalu ada di setiap pergumulan kita! (pg).

Renungan Lainnya