Throw Away the Envious and Malicious

Throw Away the Envious and Malicious

IRI DAN DENGKI. Sahabat, pengalaman saya bercerita bahwa kata iri dan dengki hampir selalu dimunculkan atau digunakan bersama. Jika ada kata “iri”, hampir pasti juga ada kata “dengki”. Ada cukup banyak orang yang berpendapat iri itu padanan kata dari dengki. Selama ini iri dan dengki selalu berkaitan.

Sesungguhnya, iri dan dengki memang memiliki arti yang sama. Namun juga memiliki makna yang berbeda. Coba kita simak definisi kata iri dan dengki di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI): Iri: Merasa kurang senang melihat kelebihan orang lain (beruntung dan sebagainya). Sedangkan dengki: Menaruh perasaan marah (benci, tidak suka) karena iri yang amat sangat kepada keberuntungan orang lain.

Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa iri adalah penyakit merasa senang melihat orang lain susah, dan merasa susah melihat orang lain senang. Sedangkan dengki adalah senang melihat orang lain susah, susah melihat orang lain senang, dan ingin melenyapkan nikmat atau kebahagiaan orang lain.

Hari ini kita akan melanjutkan belajar dari kitab Hakim-Hakim dengan topik: Throw Away the Envious and Malicious (Buanglah Jauh-jauh Iri dan Dengki). Bacaan Sabda diambil dari Hakim-Hakim 12:1-7. Sahabat, pernahkah kamu melihat seseorang bertikai dengan saudara kandung sendiri? Atau, jangan-jangan kita sendiri pernah mengalaminya? Bisa jadi, iri dan dengki yang memicu pertengkaran tersebut. Iri dan dengki tidak memandang status dan relasi. Tidak hanya kepada orang yang tidak dikenal, iri dan dengki juga bisa melanda dalam keluarga sendiri.

Itulah yang sedang dialami Yefta. Ia diserang oleh saudara sebangsanya sendiri, bani Efraim, karena iri hati kepadanya. Setelah pulang dengan kemenangan melawan bani Amon, saudara sebangsanya tidak menyambutnya dengan pesta. Serangan suku Efraimlah yang menyambutnya. Mereka merasa iri karena tidak diajak berperang melawan bani Amon (Ayat 1) sehingga tidak bisa ikut mendapatkan keuntungan berupa uang dan jarahan dari hasil pertempuran.

Kemudian bersama dengan orang-orang dari tanah asalnya, Gilead, Yefta melawan suku Efraim. Orang Gilead pun diremehkan oleh Efraim. Mereka dikatakan sebagai orang-orang yang telah lari dari Efraim (Ayat 4). Pasalnya, mereka masih tinggal di tanah Efraim, namun bukan bagian dari Efraim. Dengan jumlah yang tidak seberapa, orang Gilead berhasil mengalahkan suku Efraim. Dengan taktik yang memanfaatkan perbedaan aksen, orang Gilead menghabisi suku Efraim hingga 42.000 orang jumlahnya (Ayat 6).

Sahabat, pada dasarnya, iri dan dengki tidak akan pernah membawa kita pada akhir yang baik. Rasa iri dan dengki hanya akan menimbulkan kerugian, seperti waktu, tenaga, perasaan, dan lain sebagainya. Allah menghendaki kita sebagai saudara, baik kandung maupun bukan, untuk hidup dalam damai dan saling mengasihi. Itulah inti kehidupan kita sebagai orang beriman. Jauhilah iri dan dengki apabila kita ingin terhindar dari kehancuran dan menikmati penyertaan Tuhan.

Ingatlah akan Tuhan agar hati kita menjauhi rasa iri dan dengki terhadap sesama. Sebisa mungkin kita jauhi permusuhan dengan sesama. Kita lebih baik memberikan pujian ketimbang menyimpan iri hati dan dengki. Kita mesti tulus dalam menjalin relasi dengan sesama. Itulah panggilan kita sebagai orang percaya. Haleluya! Tuhan itu baik. Bersyukurlah!

Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini:
Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu?
Apa yang Sahabat pahami tentang iri dan dengki?

Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Mempunyai seorang musuh sudah cukup, tapi mempunyai seribu sahabat masih kurang. (pg)

Renungan Lainnya