The Resurrected Dry Bones

The Resurrected Dry Bones

PENGHARAPAN. Dalam komunitas orang percaya, kita sering mendengar, membaca, dan memperkatakan kata pengharapan. Apa arti pengharapan?  Di dalam bahasa Yunani, kata pengharapan ditulis elpis, yang artinya menantikan yang baik.  Sedangkan di dalam bahasa Ibrani, kata pengharapan ditulis miqveh, yang artinya sangat menantikan dan mengumpulkan. 

Sahabat, sangat menarik, kata pengharapan selain berarti menantikan ternyata mempunyai arti  mengumpulkan. Di dalam Filipi 4:8 dikatakan pikirkanlah (mengumpulkan) semua yang benar, mulia, adil, suci, manis, sedap didengar, yang disebut kebajikan dan patut dipuji.

Lalu, Penulis surat Ibrani menyatakan bahwa  pengharapan adalah SAUH {Ibrani 6:19). Sauh atau jangkar digunakan supaya perahu atau kapal tidak terbawa tiupan angin, gelombang, atau badai di tengah laut. Artinya, di tengah masalah, setiap orang membutuhkan pengharapan, supaya hidupnya tidak terombang-ambingkan arus masalah.

Pengharapan yang adalah sauh, membuat kita terkait kepada sesuatu yang kuat, stabil, dan kokoh, dalam hal ini adalah janji TUHAN di dalam hidup kita, yang membuat hidup kita teguh bertahan di tengah hantaman badai.

Hari ini kita melanjutkan belajar dari kitab Yehezkiel dengan topik: “The Resurrected Dry bones (Tulang-Tulang Kering Dibangkitkan)”. Bacaan Sabda diambil darikitab Yehezkiel 37:1-14 dengan penekanan pada ayat 10. Sahabat, sudah hampir setahun Thomas menganggur. Meski dia  rajin mengirim surat lamaran, belum ada perusahaan yang menerimanya. Ia kehilangan harapan. Mengetahui keadaan anaknya, ayah Thomas mengajaknya ke kuburan. Sambil menunjuk batu nisan, ia berkata, “Di sinilah tempat orang-orang yang tak lagi punya pengharapan!”

Pengharapan di dalam diri manusia menjadi sirna tatkala ia meninggal dunia. Menariknya, kitab Yehezkiel menunjuk pada pengharapan yang tidak biasa. Di tengah lembah penuh tulang-belulang manusia, Allah bertanya, “Dapatkah tulang-tulang ini dihidupkan kembali?” Jawabnya tentu: Mustahil! Akan tetapi, Yehezkiel tahu kalau di tangan Allah, tidak ada yang mustahil. Karenanya, Yehezkiel menjawab: “Ya Tuhan Allah, Engkaulah yang mengetahui!” (Ayat  1-3). 

Melalui nubuatan, tulang-tulang itu kemudian diubahkan-Nya menjadi tentara yang sangat besar (Ayat 4-10). Tulang kering menunjuk pada kehidupan yang mati, bukan secara fisik melainkan secara rohani. Hidup tanpa tujuan, tanpa pengharapan, dan tak lagi mampu melihat masa depan. Menghadapi situasi demikian, kuasa firman Tuhan benar-benar diperlukan. Daripada mengeluh, lebih patut memperkatakan firman Tuhan.

Firman Tuhan bekerja lebih dahsyat daripada logika atau perkataan manusia. Mungkin kita dikatakan sebagai pribadi yang tak punya masa depan. Mungkin juga kita mengganggap diri kita sudah mati bagaikan tulang-tulang kering. Jika benar demikian, ingatlah bahwa bersama Tuhan yang hidup, kita selalu memiliki pengharapan. Tidak peduli seberapa kering pengharapan itu, Bersama Tuhan kita mampu melihat masa depan yang penuh harapan.   

Apakah Sahabat sedang menghadapi pergumulan hidup yang berat? Jangan menyerah, tetaplah berharap dan bersandar kepada Allah karena Ia pasti mampu membuka jalan keluar,   “Pada-Mu, ya TUHAN, aku berlindung, janganlah sekali-kali aku mendapat malu. Sebab Engkaulah harapanku, ya Tuhan, kepercayaanku sejak masa muda, ya ALLAH.” (Mazmur 71:1 dan 5). Haleluya! Tuhan itu baik. Bersyukurlah!

Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini:

  1. Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu?
  2. Apa yang Sahabat pahami dari Ibrani 6:19?

Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Selama kita hidup, kita pengharapan. Sebaliknya selama kita berpengharapan, kita hidup. (pg).

Renungan Lainnya