The Holiness of God is Disgraced

The Holiness of God is Disgraced

OHOLA dan OHOLIBA. Dalam Yehezkiel 23, melalui nabi Yehezkiel, Allah memberi perumpamaan tentang Ohola dan Oholiba menggambarkan Samaria dan Yerusalem sebagai wanita-wanita yang melakukan kemesuman (Ayat 44). Mereka Tuhan ibaratkan sebagai pelacur-pelacur yang memberikan dirinya kepada setiap pria, dan melakukan perzinahan dengan mereka (ayat 12).

Ohola dan Oholiba melakukan kemesuman seperti pelacur-pelacur karena mereka suka dan bukan karena terpaksa. Mereka menyukainya karena tidak dapat melawan hawa nafsu dan sudah dilakukan ketika masa muda sewaktu di Mesir (Ayat 19).

Hari ini kita akan melanjutkan belajar dari kitab Yehezkiel dengan topik: “The Holiness of God is Disgraced (Kekudusan Allah Dinodai)”. Bacaan Sabda diambil dari Yehezkiel 23:36-49. Sahabat,  Allah berulang kali bertanya pada Yehezkiel dengan pertanyaan yang sama, yaitu “Maukah engkau menghakimi?” (Ayat 36; bdk. Yehezkiel 20:4). Pertanyaan itu bukan menuntut Yehezkiel untuk memberi jawab, melainkan perintah Allah untuk mewakili diri-Nya menyampaikan berita penghakiman dan kutukan terhadap umat Israel.

Kejahatan orang-orang Samaria dan Yerusalem tidak dapat ditolerir lagi. Perbuatan keji mereka terlihat dari dari dua hal, yakni: Pertama, perzinahan rohani terhadap berhala dewa asing. Mereka telah mengkhianati ikatan perjanjian antar Allah dengan mereka. Bangsa Israel lebih mencintai dewa Molokh dan memberikan persembahan anak-anak lelaki sebagai korban bakaran (Ayat 37).

Kedua, mencemari kekudusan Allah dengan menaruh patung berhala bangsa asing di Bait Allah. Tindakan mereka telah menodai nama Allah dan hari kudus-Nya (Ayat 38-39). Selain itu, tempat ibadah dipakai untuk ritual dan pesta keagamaan bangsa yang tidak menyembah Allah (Ayat 40-42).

Mentalitas Israel yang bobrok dan tercemar dilukiskan Allah sebagai bunga yang layu (Ayat 43). Artinya, orang-orang Israel tidak memiliki martabat sebagai bangsa yang kudus. Mereka mengira bahwa kerajaan Babel yang kuat dapat melindungi bangsa Israel dari incaran bangsa sekitarnya. Oleh sebab itu mereka bersekutu dengan orang-orang Kasdim. Allah menyebut ikatan politik tersebut sebagai kemesuman (Ayat 44).

Melihat kemesuman umat-Nya, Allah memakai dan memberi kekuasaan kepada kaum sisa dari Israel yang setia menyembah kepada Allah untuk menghakimi bangsanya (Ayat 45). Kaum sisa Israel ini yang akan menegakkan kembali hukum Taurat dan mengadili orang-orang fasik. Mereka yang tidak setia kepada Allah Israel akan mendapat ganjaran kematian. Kematian akan menghantui mereka menjadi sebuah kengerian (Ayat 46-47). Dengan cara ini, setiap kota dan wilayah Israel akan dibersihkan dari kenajisan dan ketidakudusan di hadapan Allah (ayat 48-49).

Sahabat, di Zaman Now ada cukup banyak orang lebih mengejar hal-hal yang bersifat duniawi:  Kesuksesan, kekayaan, jabatan, popularitas dan sebagainya.  Demi mengejar kesemuanya itu mereka tidak lagi menempatkan perkara-perkara rohani sebagai hal yang utama, mereka condong mengesampingkan perkara-perkara rohani. 

Padahal kalau kita mau sungguh-sungguh hidup dalam kekudusan dan mengutamakan perkara-perkara yang dari Tuhan,  berkat-berkat Tuhan akan mendatangi  kita.  Sesungguhnya kekudusan merupakan kunci untuk mengalami berkat-berkat dari Tuhan,  tetapi cukup banyak orang tidak mau tunduk pada pimpinan Roh Kudus, tidak mau menaati firman Tuhan dan memilih untuk mengikuti keinginan daging dengan segala hawa nafsunya.  Inilah kehendak Tuhan bagi orang percaya:  Supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya.  (Efesus 1:4).

Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini:

  1. Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu pada hari ini?
  2. Apa yang Sahabat pahami dari Efesus 1:4?

Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati kita: Setiap orang percaya telah diampuni dosanya melalui Kristus dan menjadi milik Allah, sebab itu, jagalah kekudusan nama-Nya agar hidup kita aman dalam tangan-Nya. (pg)

Renungan Lainnya