YERUSALEM. Mengutip dari Wikipedia: Yerusalem juga dikenal dengan nama Al-Quds (bahasa Arab) merupakan salah satu kota tertua di dunia, terletak di sebuah dataran tinggi di Pegunungan Yudea antara Laut Tengah dan Laut Mati. Kota ini dianggap suci dalam tiga agama Abrahamik (kelompok agama yang mengikuti ajaran dan menyembah Tuhan Abraham/Ibrahim): Yahudi, Kristen, dan Islam.
Sepanjang perjalanan sejarahnya yang panjang, Yerusalem pernah dihancurkan setidaknya dua kali, dikepung 23 kali, diserang 52 kali, dan direbut serta direbut-kembali 44 kali.
Hari ini kita akan melanjutkan belajar dari kitab Yeremia dengan topik: “The Crushed Jar (Buli-Buli yang Diremukkan)”. Bacaan Sabda saya ambil dari Yeremia 19:1-15. Sahabat, Yerusalem adalah kota yang terhormat. Kota yang merupakan pusat peribadahan Israel. Namun dalam bacaan kita pada hari ini, Yerusalem yang dihormati, dinubuatkan akan seperti buli-buli yang hancur berkeping-keping, seperti periuk yang dipecahkan oleh sang panjunan. Itu semua karena mereka, orang Israel, tak lagi percaya kepada Tuhan, bahkan mereka membawa illah lain ke dalam kota mereka, bahkan mereka menyembah illah itu, menduakan Tuhan.
Allah bukan hanya seperti tukang periuk yang membentuk ulang bejana yang rusak (pasal 18), tetapi Dia juga siap meremukkan bejana yang melambangkan bangsa Israel itu (pasal 19). Lagi-lagi, Yeremia diutus untuk menyampaikan dan memperagakan pesan Allah. Ia membeli sebuah buli-buli, lalu mengajak beberapa pemimpin senior Yehuda ke Lembah Hinom, ke altar Tofet, tempat ritual kafir pengorbanan anak dilakukan. Di situ, Yeremia membanting buli-buli sampai hancur (ayat 1-2, 10-14).
Sahabat, seperti itulah yang akan dialami bangsa Yehuda karena telah meninggalkan Tuhan demi berhala serta membiarkan ketidakadilan merajalela (ayat 4-6). Ritual mempersembahkan anak sebagai korban bakaran merupakan kekejian luar biasa di mata Tuhan. Waktunya akan datang bagi bangsa Yehuda untuk mengalami kehancuran dan kematian yang mengerikan (ayat 7-9).
Allah sendiri yang akan meremukkan bejana itu dengan mendatangkan malapetaka yang mengerikan (ayat 10-15). Teguran keras Allah di bacaan kita pada hari ini seharusnya dipandang oleh bangsa Yehuda sebagai peringatan, bukan ancaman. Ancaman keluar dari hati yang membenci, dan mengharapkan hal buruk terjadi, tetapi peringatan muncul karena kasih, agar malapetaka terburuk akibat kebebalan dosa Yehuda tidak dialami. Sayangnya, bangsa Yehuda justru menunjukkan reaksi negatif.
Sahabat, terkadang kita menganggap bahwa Allah tidak mungkin menghukum kita karena Dia mengasihi kita. Jika kita pernah berpikir demikian, maka sesungguhnya kita tidak mengenal Allah. Allah tidak pernah main-main dengan perkataan-Nya. Jangan menunggu murka-Nya turun atas hidup kita. Cukuplah teguran dari Allah melalui firman-Nya, karena firman-Nya adalah YA dan AMIN!
Marilah kita terus belajar mengenali suara Allah melalui firman yang kita baca setiap hari. Segeralah bertobat dan kembali kepada Allah saat Allah mengajar kita melalui firman-Nya! Kesombongan dan kekerasan hati hanya akan mendatangkan hukuman dan murka dari Allah. Haleluya! Tuhan itu baik.
Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini:
- Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu pada hari ini?
- Apa yang Sahabat pahami dari ayat 15?
Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Belajarlah untuk selalu memiliki hati yang siap belajar dan terbuka untuk dibentuk Tuhan. (pg).