AMBISI. Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mendengar ungkapan: “Dia, orangnya sangat ambisi.” Apa itu ambisi? Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), ambisi merupakan keinginan yang besar untuk mencapai sesuatu dalam hidup. Hal itu melibatkan motivasi yang kuat dan keteguhan dalam menetapkan tujuan yang tinggi dan berusaha keras untuk meraihnya. Ambisi bisa mendorong individu untuk terus berkembang, mencapai kesuksesan, dan memperoleh kepuasan pribadi.
Penting untuk membedakan antara ambisi yang positif dan negatif. Ambisi yang positif dapat menjadi sumber motivasi yang kuat dalam hidup seseorang. Ketika seseorang memiliki ambisi yang jelas dan positif, mereka cenderung menetapkan tujuan yang terukur dan merencanakan langkah-langkah untuk mencapainya. Ambisi ini membantu seseorang untuk fokus pada diri sendiri, meningkatkan keterampilan, dan mengatasi rintangan yang mungkin muncul dalam perjalanan menuju tujuan tersebut.
Sebaliknya, jika ambisi tidak diarahkan dengan baik, bisa berakibat negatif. Ambisi yang berlebihan dan tidak seimbang dapat menyebabkan seseorang menjadi rakus dan terobsesi dengan pencapaian diri, tanpa memerhatikan dampaknya pada lingkungan sekitar. Ambisi yang tidak bertanggung jawab dapat menyebabkan seseorang menggunakan cara-cara yang tidak etis atau merugikan orang lain untuk mencapai tujuan mereka.
Ambisi yang besar bila tidak dikendalikan dengan baik akan membuat seseorang menghalalkan segala cara untuk memenuhi ambisinya. Tetapi ambisi yang terkendali akan membuat seseorang maju, bila sabar menunggu waktunya Tuhan dan cara yang dipakai pun dengan cara Tuhan.
Hari ini kita akan melanjutkan belajar dari kitab 2 Samuel dengan topik: “The Ambition Controls (Mengendalikan Ambisi)”. Bacaan Sabda diambil dari 2 Samuel 4:1-12 dengan penekanan pada ayat 8. Sahabat, Rekhab dan Baana yang bertugas sebagai kepala gerombolan, dengan matinya Abner panglima raja Saul, mereka melihat suatu kesempatan besar untuk mereka mendapat imbalan bahkan kekuasaan bila mereka menyerahkan Isyboset kepada Daud.
Isyboset adalah anak raja Saul yang menggantikan Saul setelah Saul mati. Dalam benak Rekhab dan Baana, Isyboset merupakan saingan bahkan penghalang bagi Daud untuk menjadi raja Israel. Oleh karena itu ketika terbuka kesempatan, mereka membunuh Isyboset dan kepalanya dibawa ke hadapan Daud.
Sahabat, namun mereka sama sekali tidak memperhitungkan kesetiaan Daud kepada raja Saul dan keturunannya. Bagi Daud, Saul dan keluarganya bukanlah musuh, meskipun Isyboset bukanlah orang yang diurapi Tuhan untuk menjadi raja. Maka tindakan Rekhab dan Baana tidak dapat diterima Daud.
Maka bukannya hadiah atau imbalan yang Rekhab dan Baana terima dari Daud, tetapi kematianlah yang mereka terima. Daud marah dengan perbuatan mereka yang telah membunuh Isyboset, anak raja Saul.
Walau mengetahui ketetapan Allah bagi hidupnya, Daud tidak mau melangkahi Allah untuk mewujudkan ketetapan itu. Daud selalu memberi kesempatan Allah bertindak mewujudkan kehendak-Nya berdasarkan cara dan waktu-Nya sendiri, sehingga tak ada cara-cara kotor yang pernah dia setujui.
Sahabat, kiranya hal tersebut menjadi teladan bagi kita. Bila Tuhan memang menghendaki kita untuk menjadi sesuatu, niscaya Dia sendiri yang akan membuka jalan itu. Karena itu kendalikan ambisi, jangan sampai ambisi mengendalikan kita. Jangan terlalu berambisi sampai membuat kita menghalalkan segala cara untuk mencapainya. Haleluya! Tuhan itu baik. Bersyukurlah!
Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawblah beberapa pertanyaan berikut ini:
- Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu?
- Apa yang Sahabat pahami tentang ambisi?
Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Biarlah waktunya Tuhan yang digenapi dan biarlah Tuhan sendiri yang membuka jalan bagi kita.(pg).