NABI YEREMIA. Yeremia adalah seorang NABI PERATAP, kemungkinan ia bertemperamen melankolis karena hatinya peka sekali untuk mengecap rasa pahit yang masuk dalam hidupnya. Yeremia sangat sedih melihat Allah begitu kejam terhadap ketidaktaatan Israel. Bayangkan, Allah hendak menghukum bangsa pilihan-Nya! Kondisi Yeremia begitu sukar saat itu, apalagi ia diperhadapkan dengan bangsa yang bebal.
Hari ini kita akan melanjutkan untuk belajar dari kitab Yeremia dengan topik: “Testimony under PRESSURE (KESAKSIAN di bawah TEKANAN)”. Bacaan Sabda saya ambil dari Yeremia 20:1-18 dengan penekanan pada ayat 11. Sahabat, tekanan hidup dapat membuat orang tiba pada LEMBAH KEPUTUSASAAN: Untuk apa aku hidup? Mengapa aku dilahirkan? Bukankah lebih baik aku mati saja selagi dalam kandungan? Begitulah gugat tanya dalam batin Yeremia kepada Sang Pencipta. Ia merasa telah gagal dalam mewartakan sabda Tuhan. Alih-alih mendengar dan bertobat, umat itu justru memusuhinya. Ia dicemooh, diancam, bahkan dianiaya. Semua sahabat karibnya dan Imam Pasyhur memusuhinya.
Yeremia banyak mengeluh karena mengalami depresi dan tekanan secara mental. Dia sedih, kecewa dan marah. Kata-katanya kepada Allah setelah ia dipasung oleh imam Pasyhur menunjukkan sungut-sungutnya. Dia mengharapkan ibunya melakukan aborsi saat ia masih ada dalam kandungan, bahkan mengutuki hari kelahirannya sendiri. Tetapi di sisi lain ia tetap setia kepada Allah. Ia tetap memberitakan firman-Nya sekalipun mereka yang diajarnya tidak mau mendengarkannya.
Luar biasa, di tengah TEKANAN dan PENOLAKAN, Yeremia tak kuasa MENOLAK PANGGILAN TUHAN. Setiap kali ia berniat menolaknya, firman Allah seakan mau meledak dalam dirinya (ayat 9). Ada keinginan untuk meninggalkan pelayanan namun hati nuraninya menderita. Akhirnya ia memilih untuk setia melayani sekalipun TEKANAN dan ANCAMAN terus membuntutinya. Biarpun menderita, Yeremia memiliki iman yang gigih kepada Allah. Ia terus memperjuangkannya.
Sahabat, meski mengalami pergumulan berat, kecewa, dan putus asa, tampaknya Yeremia tidak bisa MEMUNGKIRI PANGGILANNYA. Suara Tuhan itu begitu kuat mendesak dalam dirinya,seperti api yang menyala-nyala, terkurung dalam tulangku (ayat 9). Itulah pertanda bagi Yeremia bahwa di tengah pergumulan hidup yang teramat berat, ia meihat bahwa sebenarnya Tuhan tetap menyertainya sehingga akhirnya ia boleh mengatakan: Tetapi Tuhan MENYERTAI AKU seperti PAHLAWAN yang GAGAH (ayat 11).
Bisa jadi Sahabat saat ini sedang berada dalam kondisi kecewa bahkan putus asa ketika mencoba berjuang menjadi anak Allah yang baik. Banyak TEKANAN, cibiran, fitnah, dan aniaya yang Sahabat alami. Namun, cobalah HENING SEJENAK. Dengarkanlah suara-Nya dalam hatimu dan yakinlah seperti Yeremia bahwa Tuhan selalu menyertai.
Sahabat, mengikut Kristus dan dikaruniai Roh Kudus tak menjadikan kita berkekuatan supranatural. Tidak pula membuat kita berkuasa atas dunia, ataupun memberikan jaminan kelimpahan dan kemapanan dalam segala hal. Sebaliknya, menjadi pengikut Kristus membuat hidup kita penuh tantangan dan risiko. Untuk memperjuangkan iman kita sering diperhadapkan dengan tekanan, penderitaan, kepedihan, dan kelemahan. Namun ada kekuatan, keberanian dan penghiburan dari Tuhan. Dapatkah kita menjadi saksi dalam tekanan? Haleluya! Tuhan itu baik.
Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini:
- Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu pada hari ini?
- Apa yang Sahabat pahami dari ayat 9?
Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Di saat kita merasa tidak sanggup lagi, berdoalah kepada Tuhan dan bersabarlah. (pg).