Sahabat, ketika saya masih menjadi guru Sekolah Minggu di GKMI Semarang sering saya cerita pada anak-anak tentang: “Persembahan Kain dan Habel”. Saat itu saya bercerita bahwa Habel mempersembahankan kambing domba yang tambun dan tidak bercacat cela, sedangkan Kain mempersembahkan hasil pertanian yang kurang layak. Maka persembahan Habel diterima oleh Tuhan, sedangkan persembahan Kain ditolak oleh Tuhan.
Menanggapi hal tersebut hati Kain menjadi panas dan mukanya menjadi muram. Pada akhirnya Kain membunuh Habel, adik kandungnya sendiri. Kain menanggapi respons Tuhan atas persembahannya dengan penuh kemarahan. Bagaimana tanggapan kita atas kenyataan hidup yang harus kita hadapi?
Untuk lebih memahami topik tentang: “TANGGAPAN atas KENYATAAN HIDUP”, Bacaan Sabda pada hari ini saya ambil dari Kejadian 4:1-16 dengan nas dari Ibrani 11:4. Sahabat, Adam dan Hawa dianugerahi dua orang anak, yaitu Kain yang menjadi petani dan Habel yang menjadi peternak (ayat 2).
Keduanya memberikan persembahan dari hasil kerja mereka (ayat 3-4). Tanpa disebutkan alasannya, persembahan Habel diterima, sedang Kain ditolak. Hal itu membuat Kain marah (ayat 6) sehingga membunuh Habel (ayat 8). Akhirnya Kain menerima murka Tuhan. Ia menjadi pelarian dan pengembara (ayat 14). Itu berarti ia tidak lagi memiliki hak atas tanah warisan.
Apa yang membuat persembahan Kain ditolak? Mungkin ada banyak kemungkinan jawaban yang sempat kita pikirkan. Sebenarnya, Alkitab sendiri tidak memberikan jawaban yang terang dan gamblang. Ada yang mengatakan karena Kain memiliki sifat buruk, yaitu iri hati. Hal itu ditandai dengan muramnya wajah Kain (ayat 7). Namun, wajah yang muram baru muncul karena ia merasa ditolak.
Penulis surat Ibrani menyingkapkan sedikit alasan mengapa persembahan Habel diterima dan persembahan Kain ditolak, “Karena iman Habel telah mempersembahkan kepada Allah korban yang lebih baik dari pada korban Kain. Dengan jalan itu ia memperoleh kesaksian kepadanya, bahwa ia benar, karena Allah berkenan akan persembahannya itu dan karena iman ia masih berbicara, sesudah ia mati.” (Ibrani 11:4)
Sahabat, jadi kita bisa mengatakan bahwa ditolak atau diterimanya persembahan adalah hak Tuhan. Yang penting bukanlah mencari alasan mengapa persembahan ditolak, melainkan bagaimana respons seseorang. Kain memberikan tanggapan negatif. Hal itu ditandai dengan hatinya panas dan wajah muram.
Keadaan ini menarik perhatian Tuhan dan Ia menasihati Kain bahwa dengan hati semacam itu akan membuka peluang bagi kuasa dosa (ayat 7). Teguran Tuhan ditampik oleh Kain. Tanpa mengenal belas kasih, Kain membunuh adiknya. Ia merasa bahwa tindakannya tidak diketahui oleh siapa pun. Namun, darah adiknya berseru kepada Tuhan (ayat 10).
Sahabat, mari kita sadari bahwa kenyataan hidup tidak selamanya sesuai dengan keinginan kita. Setidaknya ada dua tanggapan atas kenyataan hidup. Pertama, tanggapan negatif telah diperlihatkan oleh Kain. Kedua, tanggapan positif dengan melihat hidup dalam rencana Tuhan. Kalau pun saat ini hidup tidak berjalan dengan baik, kita percaya kepada pemeliharaan Tuhan bahwa Ia senantiasa menopang hidup kita. Tanggapan semacam itu dapat membuat kita masih tetap bisa bersyukur.
Berdasarkan hasil pernunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini:
- Apa yang menentukan apakah persembahan kita berkenan kepada Tuhan atau tidak? (Ibrani 11:4)
- Menurut pemahaman Sahabat, apa yang paling penting dalam menanggapi kenyataan hidup yang terjadi dalam hidup kita?
Selamat sejenak merenung. Tuhan Yesus menolong dan memberkati. (pg)