Selamat jumpa para Pendukung Kristus, apa kabar? Salam sehat penuh keinginan untuk terus belajar. Sahabat, pengalaman hidup saya bercerita bahwa belajar tentang suatu hal tidak harus kita dapatkan di sekolah formal, namun bisa juga melalui kehidupan di dunia luar: membaca buku, belajar dari pengalaman orang lain, dan belajar melalui kehidupan sehari-hari yang ada di sekitar kita.
Itulah yang dilakukan Tuhan kepada nabi Yeremia. Dia diminta oleh Tuhan untuk menjumpai seorang tukang periuk. Hari ini saya ajak Sahabat untuk belajar dari satu perikop yang saya ambil dari kitab Yeremia 18:1-17 dengan judul “Pelajaran dari pekerjaan tukang periuk.”
Dikisahkan, berangkatlah Yeremia untuk mengunjungi rumah tukang periuk (panjunan) tersebut. Ia melihat tukang periuk mengambil segumpal tanah liat dan membentuknya menjadi sebuah bejana.
Dalam proses pembuatan bejana tersebut, tiba-tiba bejana yang hampir selesai menjadi retak dan rusak, namun si panjunan tidak langsung membuang bejana yang rusak itu; dihancurkannya ke dalam tangannya dan dibentuknya kembali menjadi bejana yang lain, “Apabila bejana, yang sedang dibuatnya dari tanah liat di tangannya itu, rusak, maka tukang periuk itu mengerjakannya kembali menjadi bejana lain menurut apa yang baik pada pemandangannya.” (Ayat 4)
Sahabat, perjalanan hidup kita tak ubahnya seperti tanah liat di tangan panjunan. Kita adalah tanah liat dan Tuhan adalah Sang Panjunan. Tapi banyak orang tak menyadari bahwa dirinya adalah tanah liat sehingga mereka seringkali memaksakan kehendaknya kepada Tuhan; kita suka mengatur Tuhan untuk mengikuti kemauan kita. Kita tidak mau tunduk kepada kehendak Tuhan. (Yesaya 45:9)
Lalu, mengapa Tuhan menggambarkan manusia sebagai tanah liat? Berbicara tentang tanah liat, Tuhan hendak menegaskan kepada kita bahwa sesungguhnya kita ini lemah adanya, tak punya kekuatan apa-apa. Sesungguhnya tanpa Tuhan turut campur tangan, kita tidak mampu berbuat apa-apa.
Sahabat, berbicara tentang tanah liat, Tuhan juga mau mengingatkan bahwa kita ini tak punya arti apa-apa, tidak ada harganya, dan kotor. Tanah itu hanya bisa diinjak-injak oleh banyak orang dan akhirnya menjadi rusak. Namun ketika tanah itu berada dalam genggaman tangan si panjunan, maka tanah akan dibentuk sedemikian rupa menurut apa yang baik pada pemandangannya, sampai akhirnya tanah yang sebelumnya tidak berharga sama sekali menjadi sesuatu yang berharga, yang tidak berarti menjadi sesuatu yang sangat berarti, “Ia menegakkan orang yang hina dari dalam debu dan mengangkat orang yang miskin dari lumpur,” (Mazmur 113:7).
Ingatlah! Sebagai Panjunan, Tuhan tahu persis yang terbaik bagi kita! Karena itu tetaplah taat. Bila saat ini kita sedang menghadapi proses pembentukan yang membutuhkan waktu yang lama, itu artinya Tuhan sedang membentuk kita untuk menjadi bejana indah dan berharga di pemandangan mata-Nya. Bersabarlah! Tuhan memberkati Sahabat dan keluarga. Tuhan selalu punya cara untuk memroses kita menjadi bejana yang mulia. (pg).
Shalom …Selamat pagi Pak Paul dan para Pendukung Kristus
Salam sehat dan penuh sukacita di dalam Kristus.
Puji Tuhan .. ??, kabar baik , karena Tuhan sudah melindungi dan memelihara kita semuanya selama sepekan ini.
Terima kasih utk Renungan Firman Tuhan di pagi ini yg menjadi Rhema dan bekal utk kita , supaya kita jangan mengandalkan kekuatan, kepandaian dan harta kita.
Tuhan adalah penjunan yg mengetahui akan kebutuhan dan pergumulan kita.
Dia mempunyai rencana yg terindah utk kehidupan kita melalui pergumulan yg kita hadapi….Immanuel
Tuhan Yesus Memberkati kita …Tetap setia berharap kepada Tuhan….???
Di hadapan Tuhan , kita bagaikan tanah liatm