Takut Akan Tuhan: MENDATANGKAN REZEKI

Takut Akan Tuhan: MENDATANGKAN REZEKI

Sahabat, Felix Baumgartner, pemegang rekor dunia terjun bebas dari Austria, dijuluki “manusia tanpa rasa takut”. Tepatkah julukan tersebut?  Ternyata justru rasa takutlah yang berperan besar dalam kesuksesannya melakukan berbagai aksi menantang maut. Rasa takut menjadi teman seperjalanannya selama mempersiapkan diri melakukan terjun bebas. Baginya, rasa takut itulah yang membuatnya ekstra hati-hati dan memperhitungkan segala situasi dengan cermat.

Dalam wawancara dengan The New York Times, ia berkata, “Saya tahu apa saja konsekuensinya jika ada yang salah. Pikiran seperti itulah yang melintas di benak saya setiap saat. Bagaimana kalau saya tidak akan bertemu lagi dengan keluarga saya?” Untuk mengatasi ketakutan itu, ia didampingi seorang psikolog.

Rasa takut dapat diibaratkan sebagai alarm yang Tuhan tanamkan dalam diri manusia. Dengan adanya rasa takut, manusia diharapkan tidak melakukan hal-hal yang membahayakan dirinya atau orang lain. Ini yang sangat istimewa: Takut akan Tuhan mendatangkan rezeki.

Untuk lebih memahani topik tentang: “Takut Akan Tuhan: MENDATANGKAN REZEKI”, Bacaan Sabda pada hari ini saya ambil dari Mazmur 111:1-10 dengan penerkanan pada ayat 5. Sahabat, haleluya!  Demikianlah Pemazmur memulai pujiannya kepada Allah. Seruan itu merupakan awal dari rangkaian tulisan Mazmur 111.

Seruan liturgis yang ingin menyatakan betapa Tuhan layak untuk dipuji. Melalui pujian ini, Pemazmur ingin menyatakan syukur, sukacita, dan pengakuan imannya di hadapan publik. Ia juga mengajak yang hadir untuk ikut serta dalam rasa syukur dan menaruh keyakinan pada Allah Israel, Penguasa alam semesta.

Secara detail Pemazmur menyatakan bahwa perbuatan Tuhan itu sangat dahsyat. Hal itu tampak nyata pada alam semesta dan dalam peristiwa-peristiwa yang dialami. Semuanya itu layak direnungkan siang dan malam agar pelajaran berharga dapat dipetik dalam hidup ini dan diwujudkan dalam keseharian, baik melalui perkataan, perbuatan, nyanyian, pujian, dan berbagai bentuk kesenian lainnya.

Apa yang ditulis dalam ayat 6-9 mengingatkan kita pada peristiwa pembebasan bangsa Israel dari tanah Mesir. Pengalaman itu mengajak kita untuk semakin yakin bahwa Tuhanlah Sang Pembebas. Perbuatan tangan-Nya ialah kebenaran dan keadilan. Segala titah-Nya teguh. Dia melakukan segala sesuatu dalam kebenaran dan kejujuran-Nya. Ia mengikat perjanjian dengan umat-Nya untuk selama-lamanya. Karena itu, umat diajak untuk memegang teguh segala titah-Nya supaya mereka memperoleh hikmat, yakni takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan. Jika umat Allah hidup menurut ketetapan-Nya, maka hidup mereka akan memperlihatkan perbuatan yang baik dan berakal budi (ayat 10).

Sahabat, takut akan Tuhan lahir dari dorongan untuk menghormati Tuhan, suatu rasa takut yang memungkinkan seseorang berpikir untuk melakukan hal-hal yang selaras dengan perintah-Nya. Takut akan Tuhan membuat cermat mengambil keputusan dan memilih, bukan hanya berdasarkan kesenangan pribadi, melainkan menurut kehendak-Nya. Rasa takut seperti itu  yang akan mendatangkan rezeki, “Diberikan-Nya rezeki kepada orang-orang yang takut akan Dia. …” (ayat 5).  

Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini:

  1. Mengapa Pemazmur mengajak umat untuk bersyukur kepada Tuhan? (Ayat 2-4)
  2. Hidup seperti apakah yang tepat untuk merespons segala kebaikan Tuhan? (ayat 5, dan 7-9)

Selamat sejenak merenung. Ingatlah: Takut akan Tuhan  mengantarkan kita ke dalam kebahagiaan hidup yang sejati. (pg)

Renungan Lainnya