BERGUNA DAN BERHARGA. Sejak muda hingga saat ini, untuk keperluan transportasi dalam kota, sepeda motor menjadi sarana transportasi andalan saya. Hampir selalu, setiap tiga bulan sekali saya membawa sepeda motor ke bengkel untuk perawatan rutin. Kadang saat diservis oleh teknisi, ada suku cadang yang harus diganti karena sudah rusak. Saat perbaikan selesai, selain diberi nota pasti disertakan suku cadang yang rusak, seperti bola lampu, busi, rantai, dan lain sebagainya sebagai bukti. Apa yang saya lakukan? Saya membuang dan tidak mengingat-ingat lagi suku cadang itu karena sudah tidak berguna dan tidak berharga. Saya hanya menyimpan dan merawat barang-barng yang masih berguna dan berharga.
Hari ini kita akan melanjutkan belajar dari kitab Yehezkiel dengan topik: “Take A Very Good Care of those which are Useful and Meaningful (Peliharalah dengan Baik Hal-Hal yang Berguna dan Bermakna)”. Bacaan Sabda diambil dari Yehezkiel 18:1-32 dengan penekanan pada ayat 22. Sahabat, bacaan kita pada hari ini membicarakan tentang keadilan Allah yang memberi upah kepada orang benar dan hukuman kepada orang fasik. Ucapan Allah dimulai dengan prinsip bahwa setiap orang bertanggung jawab atas hasil perbuatannya sendiri (Ayat 1-4).
Selanjutnya, Allah membuat studi kasus: Orang benar (generasi pertama) hidup menurut peraturan Allah dan berlaku setia. Dia pasti akan hidup (Ayat 5-9). Anak orang benar itu ternyata hidup dalam kekejian, tidak bermoral dan menyembah berhala, maka hanya anaknya (generasi kedua) yang akan dihukum, ayahnya tidak perlu menanggung hukuman anaknya (Ayat 10-14). Anak orang jahat tersebut (generasi ketiga) menginsafi seluruh dosa ayahnya dan bertobat, maka ia akan hidup dan tidak perlu menanggung akibat kejahatan ayahnya (Ayat 14-18).
Orang benar menerima berkat kebenarannya, dan kefasikan orang fasik akan tertanggung atasnya (Ayat 20). Ucapan Allah ditutup dengan janji Allah yang indah: Dia akan mengampuni semua orang yang bertobat di hadapan-Nya. Segala dosa orang yang bertobat tidak akan diperhitungkan Allah, sehingga ia akan mendapat pengampunan (Ayat 21-23, 27-28). Sebaliknya, bagi orang yang sebelumnya hidup dalam kebenaran dan berubah setia menjadi orang jahat, segala kebaikannya tidak bisa melepaskan dia dari hukuman Allah (Ayat 24-26).
Sahabat, saat Tuhan mengampuni kita, Dia tidak mengingat-ingat lagi segala dosa kita. Kalau Allah saja tidak mau mengingat segala dosa kita, apa gunanya kita menyimpan kesalahan, kemarahan, atau dendam?
Perlu digarisbawahi, kita perlu meneladani cara Tuhan MENGAMPUNI, ketika MENGAMPUNI dan MEMAAFKAN kesalahan sesama. Jika kita mengatakan kepada seseorang: “Aku mengampunimu” atau “Aku memaafkanmu”, itu berarti kita tidak menyimpan lagi kesalahannya. Buanglah segala kepahitan, kebencian, kekecewaan, dan dendam. Mulailah dengan hal-hal baru yang mendatangkan kedamaian dan persahabatan. Prinsipnya: Peliharalah dengan baik hal-hal yang berguna dan bermakna. Haleluya! Tuhan itu baik.
Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini:
- Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu pada hari ini?
- Apa yang Sahabat pahami dari ayat 21-22?
Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Setiap orang mempertanggungjawabkan perbuatannya sendiri di hadapan Tuhan. (pg).