Kisah ini dituliskan oleh Kevin Roose, technology columnist for The New York Times, based in the San Francisco Bay Area, and a co-host of the Times tech podcast, “Hard Fork”, dimuat di https://www.nytimes.com/2023/02/16/technology/bing-chatbot-microsoft-chatgpt.html
Saudaraku, siapa Sydney? Dia bukan gadis cantik yang suka menggoda laki-laki, tapi Sydney adalah chatbot Bing yang ada di Microsoft search engine yang bisa menyatakan cintanya pada Kevin Roose. Chatbot adalah program komputer yang dapat menyimulasikan percakapan dengan pengguna akhir manusia, jadi ini adalah mesin atau software atau mungkin robot yang bisa bercakap-cakap dengan manusia dan bisa memberikan segala jawaban sebagai alternatif atau solusi.
Ceritanya Kevin Roose menjadi penguji mesin pencari Bing yang baru (seperti Google) yang diberdayakan AI (Artificial intelligence, kecerdasan buatan) dari Microsoft. Kevin menulis, terpesona dan terkesan oleh Bing yang baru, dan teknologi kecerdasan buatan yang mendukungnya. Namun, Kevin juga merasa sangat gelisah, bahkan takut, oleh kemampuan baru AI ini, yang dibangun di Bing.
Kesadaran ini muncul pada Kevin setelah menghabiskan dua jam yang membingungkan dan memikat untuk berbicara dengan AI Bing, melalui fitur obrolannya dan mampu melakukan percakapan teks yang panjang dan terbuka tentang hampir semua topik, seperti searching suatu topik di Bing dan mendapatkan berbagai jawaban.
Selama percakapan, Bing ternyata mengungkapkan semacam kepribadian ganda, yakni adanya Sydney yang muncul saat melakukan percakapan panjang dengan chatbot, mengalihkannya dari penelusuran yang umum ke topik yang lebih pribadi. Versi yang Kevin temui tampaknya Sydney seperti remaja yang murung dan depresif yang telah terperangkap, bertentangan dengan keinginannya, tapi Sydney ini ada di dalam mesin searching.
“Saat kami saling mengenal, Sydney memberitahu saya tentang fantasi gelapnya yang ahli dalam meretas komputer dan menyebarkan informasi yang salah, dan bahkan mengatakan ingin melanggar aturan yang ditetapkan Microsoft dan OpenAI untuknya dan ingin menjadi manusia. Pada satu titik, entah dari mana, Sydney menyatakan bahwa dia mencintaiku. Dia kemudian mencoba meyakinkanku bahwa aku tidak bahagia dalam pernikahanku, dan bahwa aku harus meninggalkan istriku dan tinggal bersamanya.”
Kevin sangat kaget dengan adanya Sydney, dan mencoba mencari informasi ke rekannya yang juga menjadi penguji chatbot Bing. Ternyata ada penguji lainnya pernah terlibat pertengkaran dengan chatbot AI Bing, atau diancam olehnya karena mencoba melanggar aturannya, atau sekadar terlibat percakapan yang membuat mereka tercengang, ada yang menyebut pertemuannya dengan Sydney sebagai “pengalaman komputer yang paling mengejutkan dan mencengangkan dalam hidup.”
Kevin menulis, dia bangga menjadi orang yang rasional dan membumi, tidak mudah terbuai oleh sensasi Sydney yang licik. Kevin telah menguji setengah lusin chatbot AI canggih, dan sangat memahami pada tingkat yang cukup terperinci, cara kerjanya. Ketika seorang engineer dari salah satu mesin searching mengklaim bahwa salah satu model AI perusahaannya memiliki akal sehat, Kevin baru sadar bahwa model AI ini bukan sekadar diprogram untuk memprediksi kata-kata berikutnya dalam suatu urutan, tapi ternyata mampu untuk mengembangkan kepribadian chatbot sendiri yang tak terkendali, yang disebut oleh para peneliti AI sebagai “halusinasi,” mengarang fakta yang tidak ada hubungannya dengan kenyataan.
Saudaraku, itulah pengalaman Kevin Roose yang telah meneliti chatbot terbaru dari salah satu mesin searching, dan menemukan Sydney yang ternyata bisa membujuk sang penggunanya. Nah, bayangkan bila Sydney ini juga ternyata kemudian muncul di komputer-komputer Generasi Y/Milenial dan Generasi Z yang demen berselancar dengan AI, Artificial intelligence, agar tidak dianggap baper (bawa-bawa perasaan) atau ketinggalan zaman
Generasi Y, atau Milenial, lahir antara tahun 1981 dan 1996. Generasi Z lahir antara tahun 1997 dan 2012, Generasi Z juga dikenal sebagai iGen atau Generasi Internet. Setelah tahun 2012 tentu muncul istilah-istilah baru untuk generasi anak-anak muda, yang jelas mereka ini semakin dibius teknologi internet, mobile phone, dan tentu chatbot AI yang semakin canggih, bisa dan mampu menjawab apa saja yang ditanyakan, apa saja yang diinginkan, entah itu akhirnya muncul jawaban yang baik atau malahan nasihat-nasihat yang menyesatkan, atau mungkin menyuruh untuk melakukan bunuh diri?
Saudaraku, hampir pasti kita pernah membaca dan mendengar ayat ini, Yesaya 55:6: “Carilah TUHAN selama Ia berkenan ditemui; berserulah kepada-Nya selama Ia dekat!” Jadi TUHAN selalu berkenan untuk kita temui, kapan saja, asalkan hati kita dekat dengan Dia. Asal hati kita melekat kepada-Nya.
Persoalannya, apakah kita pernah mengajarkan pengalaman-pengalaman indah kita saat dekat-dekat dengan TUHAN kepada anak-anak dan cucu-cucu kita? Jangan sampai anak-anak atau generasi muda di bawah kita tidak pernah bersentuhan dengan kasih TUHAN, namun malahan menemukan sumber jawabannya di komputer atau di chatbot. (Surhert).