Sahabat, padanan kata SUMPAH yaitu nazar, kaul, janji, niat dan prasetia. Pengalaman hidup kita bercerita, banyak orang yang bernazar berkaitan dengan kepentingan dirinya. Misalnya, pasangan suami istri yang sudah menikah lebih dari 10 tahun tapi belum dikaruniai seorang anak pun, mereka kemudian bernazar kalau Tuhan mengaruniai mereka seorang anak, mereka akan menjadi donatur rutin panti asuhan.
Berbeda dengan Sumpah Palapa yang diucapkan oleh Gajah Mada pada tahun 1336 pada saat dia dilantik menjadi Patih Amangkubhumi di Kerajaan Majapahit. Sumpah Palapa yaitu janji Gajah Mada tidak akan memakan buah palapa, sejenis rempah-rempah, bila belum berhasil menguasai (menyatukan) pulau-pulau di Nusantara di bawah Kerajaan Majapahit.
Untuk lebih memahami topik tentang: “SUMPAH DAUD”, Bacaan Sabda pada hari ini saya ambil dari Mazmur 132:1-18 dengan penekanan pada ayat 3-5. Sahabat, Mazmur 132 termasuk nyanyian ziarah. Pada zaman Daud, Sion menjadi pusat dan tujuan untuk keperluan berziarah. Ini selaras dengan keyakinan bahwa Sion merupakan tempat kediaman Allah.
Ketika orang berziarah, kedekatan dengan Allah menjadi tujuannya dan dibutuhkan tekad yang kuat. Gambaran tentang hal ini tampak dalam nyanyian ziarah. Lewat nyanyian tersebut, para peziarah dapat mengungkapkan semua perasaan tentang tekad dan kehendaknya.
Sahabat, dalam Mazmur 132 mengungkapkan kehendak kuat Daud; ia bersumpah: “Sesungguhnya aku tidak akan masuk ke dalam kemah kediamanku, tidak akan berbaring di ranjang petiduranku, sesungguhnya aku tidak akan membiarkan mataku tidur atau membiarkan kelopak mataku terlelap, sampai aku mendapat tempat untuk TUHAN, kediaman untuk Yang Mahakuat dari Yakub.” (ayat 3-5)
Luar biasa, Daud adalah manusia biasa seperti kita, tapi ia menjadi orang yang hidupnya dikenan Tuhan (Kisah Para Rasul 13:22). Pasti ada banyak faktor yang membuat hidup Daud berkenan di hati Tuhan. Faktor utama karena Daud sangat mengasihi Tuhan. Kasihnya kepada Tuhan melebihi segala-galanya. Kerinduannya untuk tinggal dalam hadirat Tuhan begitu mendalam. Ia sangat mencintai dan menghormati hadirat Tuhan, “Betapa disenangi tempat kediaman-Mu, ya Tuhan semesta alam! Jiwaku hancur karena merindukan pelataran-pelataran Tuhan; …” (Mazmur 84:2-3a).
Bagi Daud, lebih baik satu hari di pelataran-Nya dari pada seribu hari di tempat lain; lebih baik berdiri di ambang pintu rumah Allahnya dari pada diam di kemah-kemah orang fasik (Mazmur 84:11). Meski sudah menjadi raja atas Israel, tinggal di istana yang megah, perabot yang mewah, dengan tentara yang kuat, dia tetap merasa bahwa lebih baik berada di rumah Tuhan.
Sahabat, dikenan oleh manusia saja membuat kita merasa bahagia dan bangga, coba bayangkan bila hidup kita ini dikenan oleh Tuhan, yang adalah Bapa yang bertakhta di dalam Kerajaan Surga, Pencipta langit dan bumi dan juga Raja di atas segala raja. Itulah yang harus kita kejar! Itulah sasaran hidup kita sebagai orang percaya!
Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini:
- Menurut Sahabat, apa yang menjadi latar belakang Sumpah Daud di ayat 3-5?
- Hikmat apa yang Sahabat petik dari perenunganmu pada hari ini?
Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Sudahkah kita menjadi orang percaya yang berkenan di hati Tuhan seperti Daud? (pg).