SUKACITA DALAM TUBUH KRISTUS

SUKACITA DALAM TUBUH KRISTUS

IMG_256

Pada tahun 1950-an, seorang dokter bernama Albert Schweitzer mendirikan rumah sakit di pedalaman Afrika, jauh dari peradaban modern. Meskipun kondisi tempat itu serba terbatas, dokter Schweitzer membawa semangat sukacita melalui pelayanannya. Ia dikenal selalu tersenyum, menghibur pasien, dan mendorong timnya untuk bekerja dengan hati penuh kasih. Suatu hari, seorang sukarelawan bertanya, “Mengapa Anda tampak begitu gembira meskipun bekerja dalam situasi sulit ini?” dan dokter Schweitzer menjawab, “Sukacita sejati berasal dari melayani orang lain dalam kasih Kristus.”

Gambaran sukacita dalam pelayanan dokter Schweitzer mencerminkan kehidupan jemaat mula-mula sebagaimana tertulis dalam Kisah Para Rasul 2:46-47, “Dengan bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait Allah. Mereka memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir dan makan bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus hati, sambil memuji Allah. Dan mereka disukai semua orang. Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan.”  Jemaat mula-mula selalu berkumpul bersama, berbagi, memuji Tuhan, dan hidup dengan tulus hati. Sukacita mereka bukan berasal dari kekayaan atau kemewahan, tetapi dari kebersamaan dalam kasih dan kebenaran Kristus.  Komunitas tubuh Kristus yang penuh sukacita merupakan tempat di mana setiap orang saling mendukung, memotivasi, dan menguatkan iman. Sukacita itu menular dan menarik perhatian dunia, seperti yang terjadi dalam jemaat mula-mula. Ketika kita hadir dengan hati tulus, berbagi hidup, dan memuji Tuhan bersama, sukacita menjadi kesaksian yang hidup.

Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk menciptakan komunitas yang mencerminkan kasih Allah. Apakah kita sudah menjadi bagian yang aktif dalam komunitas gereja atau kelompok kecil kita? Sukacita dalam komunitas tubuh Kristus merupakan kekuatan yang mempersatukan dan menjadi saksi bagi dunia yang kehilangan pengharapan.  Sukacita sejati lahir dari kebersamaan dalam kasih Kristus. Ketika kita berbagi kehidupan dan iman, kita menjadi saksi nyata bagi dunia bahwa kasih Allah merupakan sumber kebahagiaan sejati.  Sukacita yang terbesar ketika melihat kasih Allah nyata dalam kebersamaan kita sebagai tubuh Kristus.  (sTy)

Renungan Lainnya