
PJ van der Walt adalah seorang pendeta di sebuah gereja beraliran Pentakosta di Namibia. Ia dijuluki Die Leeu van Suidwes karena keberanian dan keteguhan dalam Injil. Selama 26 tahun, ia membangun tiga denominasi besar, memperluas misi hingga Angola, dan menolak segregasi rasial yang memisahkan jemaat. Pelayanannya menyentuh baik kebutuhan rohani maupun fisik melalui penyembuhan dan belas kasih. Walau sering ditolak karena prinsipnya, ia tetap setia, meninggalkan warisan iman yang teguh dan berbuah luas.
Mazmur 51:1 yang berbunyi, “Kasihanilah aku, ya Allah, menurut kasih setia-Mu, hapuskanlah pelanggaranku menurut rahmat-Mu yang besar.” memakai kata Ibrani ḥānanî (“kasihanilah aku”) yang berarti membungkuk rendah untuk memberi anugerah kepada yang tak layak. Daud tidak sekedar memohon penghapusan dosa, tetapi bersandar pada kasih setia dan Rahmat Allah yang melahirkan kembali. Doa ini bukan permintaan ringan, melainkan seruan jiwa yang sadar dirinya hancur total. Dalam pengakuannya, rahmat bukan sekedar menghapus noda, melainkan mencetak ulang hati menjadi ruang kudus, tempat kehadiran Allah berdiam selamanya. Hati yang hancur merupakan persembahan terindah yang membuat sorga bersukacita.(sTy)