PERGUMULAN HIDUP. Perjalanan hidup manusia selama berada di muka bumi ini tak luput dari pergumulan. Entah itu pergumulan tentang pelayanan, pekerjaan, keluarga, keuangan, sakit penyakit dan sebagainya. Sesungguhnya, Tuhan tidak pernah menjanjikan anak-anak-Nya suatu kehidupan tanpa masalah, tapi Dia berjanji akan selalu menyertai. Murid-murid Tuhan pun harus berjuang menghadapi angin ribut yang mengombang-ambingkan perahu mereka, padahal Tuhan ada bersama mereka (Matius 8:23-27).
Sahabat, penderitaan dan pergumulan hidup yang berat bisa hadir kapan saja tanpa bisa diduga dan diprediksi sebelumnya. Tidak sedikit orang ketika mengalami tekanan dan pergumulan hidup yang berat bersikap skeptis, meragukan kasih setia Tuhan dan mempertanyakan janji-janji-Nya karena merasa tidak sanggup lagi menjalani hari-harinya.
Kita berharap saat dalam tekanan hidup yang berat Tuhan segera menolong dan memberi jalan keluar, namun seringkali jawaban Tuhan tidak kunjung datang sehingga kita pun menjadi tawar hati. Hendaknya kita tidak gampang putus asa dan menyerah saat dalam pergumulan yang berat. Tantangan dan permasalahan dalam kehidupan adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari oleh semua orang, namun respons hati kita terhadap masalah, itulah yang membedakannya. Karena itu mari bergumul bersama Tuhan. Struggling with God.
Hari ini kita akan melanjutkan belajar dari kitab Ayub dengan topik: ”STRUGGLING with GOD”. Bacaan Sabda saya ambil dari Ayub 3:1-26 dengan penekanan pada ayat 24. Sahabat, Ayub merupakan seorang yang taat kepada Tuhan (Ayub 1:1, 8). Meski begitu Ayub tetap mengalami pencobaan dalam hidupnya. Hal tersebut tentu bukan hal yang mudah baginya.
Sahabat, rasa marah, sedih, kecewa, diungkapkannya dengan kalimat kiasan, bahwa rotinya telah berubah menjadi keluh kesah, dan keluhannya tercurah seperti air (ayat 24). Ayub seakan hendak mengatakan bahwa ia tidak memiliki pengharapan lagi, sebab roti dan air yang menggambarkan kehidupan, justru berubah menjadi keluh kesah.
Namun di sisi yang lain, merupakan sebuah hal yang menarik bahwa dia tidak meninggalkan Tuhan karena rasa kecewanya, melainkan menyampaikan pergumulannya kepada Tuhan. Ayub bergumul bersama Tuhan. Sikapnya tersebut menunjukkan bahwa Ayub tetap menyertakan Tuhan dan mengharapkan pertolongan-Nya.
Sesungguhnya kisah Ayub mau menunjukkan bahwa bagaimanapun suci dan salehnya seseorang, ia tetap dapat mengalami pergumulan hidup. Memang rasa kecewa merupakan sebuah hal yang wajar. Namun sebagaimana Ayub bersikap, demikian pula kita diajak untuk tetap memiliki dan membangun keyakinan kepada Tuhan, dengan kesadaran bahwa karena pertolongan-Nya sajalah maka kita mendapat hidup.
Sahabat, saat ini mungkin ada diantara kita mengalami seperti yang dialami oleh Ayub, kita terhimpit dan tertekan oleh permasalahan yang berat. Tak ada jalan lain selain kita mengadu kepada Tuhan. Datanglah kepada Tuhan dan jangan lari kepada manusia, biarlah Tuhan sendiri yang menjadi Pembela kita. Berhentilah untuk bersungut-sungut atau mengomel, tapi bawalah persoalan itu dalam doa kepada Tuhan. Teguhkan hati dan tetaplah tenang, karena dalam tinggal tenang dan percaya terletak kekuatan kita (Yesaya 30:15). Air mata pergumulan kita kepada Tuhan tidak akan pernah sia-sia. Tuhan mengerti kepedihan hati kita dan mengerti kesengsaraan kita. Haleluya! Tuhan itu baik.
Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini:
- Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu pada hari ini?
- Apa yang Sahabat pahami dari ayat 25?
Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Mata yang senantiasa tertuju kepada Tuhan merupakan kunci kemenangan atas pergumulan hidup! (pg).