Sowing within Limitation

Sowing within Limitation

KEMISKINAN. Sahabat, mengutip dari Kemdikbud, kemiskinan juga merupakan masalah global. Kemiskinan adalah hambatan sosial yang lebih luas. Ketika kemiskinan mulai meningkat, kemiskinan menjadi masalah sosial karena kemiskinan akan mendorong individu atau kelompok untuk melakukan kejahatan. Kemiskinan juga menjadi masalah sosial ketika stratifikasi (= penjenjangan)  sosial menciptakan tingkatan dan batasan dalam masyarakat. Akibatnya, terjadi penyimpangan dan batasan dalam interaksi dan komunikasi antara orang-orang di tingkat atas dan bawah.

Sesungguhnya, kemiskinan merupakan situasi di mana individu atau suatu rumah tangga mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan dasar. Kondisi ini tidak serta merta akibat dari malas bekerja, terdapat faktor sosial ekonomi yang melatarbelakangi situasi ini.

Menurut Soerjono Soekanto, ahli sosiologi hukum, kemiskinan adalah suatu keadaan di mana seseorang tidak sanggup memelihara dirinya sendiri sesuai dengan taraf kehidupan kelompok dan juga tidak mampu memanfaatkan tenaga mental, maupun fisiknya dalam kelompok tersebut.

Sementara Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), mengartikan kemiskinan sebagai situasi serba kekurangan karena keadaan yang tidak dapat dihindari oleh seseorang dengan kekuatan yang dimilikinya.

Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa kemiskinan adalah kondisi di mana seseorang tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya akibat kemampuan yang dimiliki ataupun terdesak keadaan.

Hari ini kita akan melanjutkan belajar dari kitab 1 Raja-raja dengan topik: “Sowing within Limitation (Menabur dalam Keterbatasan)”. Bacaan Sabda diambil dari 1 Raja-raja 17:1-24 dengan penekanan pada ayat 24. Sahabat, sebagai  janda, perempuan itu harus menjalani kehidupan yang berat menjadi tulang punggung keluarga, apalagi negerinya saat itu ditimpa kemarau/kekeringan panjang, suatu keadaan yang secara manusia tidak ada harapan. 

Di tengah keputusasaan, datanglah orang asing (Elia) yang justru meminta pertolongan kepadanya. Dalam keterbatasan perempuan itu masih memberi respons positif. Inilah percakapan mereka, ”Cobalah ambil bagiku sedikit air dalam kendi, supaya aku minum.”  Ketika perempuan itu pergi mengambilnya, ia berseru lagi: “Cobalah ambil juga bagiku sepotong roti.” Perempuan itu menjawab: “Demi TUHAN, Allahmu, yang hidup, sesungguhnya tidak ada roti padaku sedikit pun, kecuali segenggam tepung dalam tempayan dan sedikit minyak dalam buli-buli. Dan sekarang aku sedang mengumpulkan dua tiga potong kayu api, kemudian aku mau pulang dan mengolahnya bagiku dan bagi anakku, dan setelah kami memakannya, maka kami akan mati.’ ” (Ayat 10-12). Jadi perempuan itu keadaannya sangat miskin, kalau menurut istilah zaman now, MISKIN EKSTREM.

Sahabat, selain meminta minum, Elia juga meminta sepotong roti yang merupakan persediaan terakhir perempuan itu. Perempuan itu pun mulai bimbang, terlihat dari jawaban yang ia berikan. Maksud hati ingin menolong, tetapi ita tidak tahu harus berbuat apa karena dalam kondisi yang kritis.Sudah tidak punya apa-apa lagi. 

Namun janda Sarfat menunjukkan kualitas pribadi sebagai orang yang murah hati walau dalam keterbatasan. Setelah mendengar perkataan firman yang disampaikan Elia, tumbuh benih iman dalam diri janda tersebut, akhirnya ia melakukan apa yang diperintahkan yaitu memberikan roti kepada abdi Allah itu, sebagai pilihan berisiko namun mengandung harapan. Itulah kunci untuk mengalami mukjizat Tuhan. 

Puji syukur, akhirnya, perempuan itu dan Elia serta anak perempuan itu mendapat makan beberapa waktu lamanya. Tepung dalam tempayan itu tidak habis dan minyak dalam buli-buli itu tidak berkurang seperti firman TUHAN yang diucapkan-Nya dengan perantaraan Elia. (Ayat 15-16).

Janda Sarfat berani menabur dalam keterbatasan. Menabur kasih dalam keadaan kekurangan ternyata tidak sia-sia. Perempuan tersebut akhirnya percaya dan beriman kepada Allah bangsa Israel, bukan lagi kepada Baal. Haleluya! Tuhan itu baik. Bersyukurlah!

Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini:

  1. Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu?
  2. Apa yang Sahabat pahami dari ayat 24?

Simpan sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Ketaatan dan ketidakkhawatiran adalah kunci mengubah situasi yang buruk menjadi penuh berkat! (pg)

Renungan Lainnya