Sincere Compliment to Wife

Sincere Compliment to Wife

MEMUJI ISTRI. Sore itu mantan mahasiswi istri saya datang ke rumah. Dia memang dekat dengan istri sejak masih menjadi mahasiswa.  Dia berbagi kepada istri: “Suamiku dulu waktu pacaran suka memuji, tapi sekarang sudah hampir tidak pernah memuji lagi.”

Sahabat, kapan terakhir kali kita, sebagai seorang suami, memuji istri? Bagi kita yang sudah menikah belasan bahkan puluhan tahun, tanpa kita sadari, kadang-kadang merasa tidak perlu lagi memuji istri karena  sudah saling mengenal dengan baik. Padahal,  sesungguhnya semakin dekat dan semakin erat hubungan kita dengan seseorang, semakin mudahlah kita menemukan alasan untuk memujinya. 

Kalau pernikahan kita bertahan belasan bahkan sampai puluhan tahun, kita patut bersyukur karena Tuhan mengaruniakan kepada kita pasangan yang cakap. Karena itu kita sebagai seorang  suami, sudah pada tempatnya sering menyampaikan pujian yang tulus untuk istri. Sincere compliment to wife.

Hari ini kita melanjutkan belajar dari kitab Kidung Agung dengan topik: “Sincere Compliment to Wife”. Bacaan Sabda saya ambil dari Kidung Agung 4:1 – 5:1. Sahabat, dalam bacaan kita pada hari ini, pujian tulus sang pria kepada istrinya  memang bukan untuk konsumen publik, juga bukan untuk anggota keluarga yang lain. Inilah pujian sang suami yang eksklusif hanya untuk sang istri, satu-satunya dan tidak boleh ada yang lain.

Oleh karena itu, ungkapan yang jujur, blak-blakan, yang buat orang luar mungkin terkesan  vulgar dan “saru”, tidaklah demikian bagi pasutri. Karena istri mana yang tidak suka dipuji dan dikatakan cantik, bahwa tubuhnya terawat baik, selalu siap menggairahkan sang suami? Suami mana yang tidak menjadi senang melihat istri selalu siap tampil cantik, indah menawan, harum yang membangkitkan hasrat, sehingga siap untuk mencapai keintiman yang terdalam?

Sahabat, semoga apa yang menjadi pujian tulus dalam bacaan kita pada hari ini, khususnya bagi pasutri, bukan hanya pada malam pengantin, atau masa bulan madu. Melainkan terus diulang pada momen-momen keintiman pasutri. Momen itu memang harus diadakan, direncanakan, dan dilaksanakan di tengah kesibukan kerja, mengurus anak, dan lain sebagainya. Justru momen-momen tersebut akan menjaga keutuhan dan kesatuan rumah tangga.

Jika semasa pacaran kita bisa begitu kreatif memuji, mengapa setelah menikah jadi terlalu berhemat memuji? Berfokuslah pada kelebihannya, maka akan selalu ada hal yang bisa kita puji dari seseorang. Jika kita bisa memuji orang yang baru kita kenal, seharusnya kita bisa memuji istri yang telah lama kita kenal. Pujian tulus yang kita berikan sangat berarti dan akan memberinya semangat dan kekuatan yang baru.

Bagi Sahabat yang saat ini  belum menikah, biarlah bacaan kita pada hari ini menjadi suatu persiapan kelak bila Tuhan sudah memberikan kepada kita pasangan masing-masing untuk mengasihinya dengan tulus, menjaganya dalam kehormatan dan kesucian, serta menjadi partner yang setia, satu kali untuk selama-lamanya, sampai maut memisahkan. Haleluya! Tuhan itu baik.

Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini:

  1. Hikmat apa yang Sahabat peroleh dari perenunganmu pada hari ini?
  2. Apa yang Sahabat pahami dari ayat 16?

Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Jika banyak orang memujimu atas segala pencapaian, ingatlah istrimu dan pujilah dia! (pg). 

Renungan Lainnya