Si BIJAK dan Si PENCEMOOH

Si BIJAK dan Si PENCEMOOH

Sahabat, KONTRAS itu selalu menarik perhatian. Apa itu kontras? Kamus Besar Bahasa Indonesia (KKBI) mencatat: Kontras memperlihatkan perbedaan yang nyata apabila diperbandingkan; memperlihatkan perbedaan nyata (dalam hal warna, rupa, ukuran, dan sebagainya).

Kontras itu memiliki daya tarik yang sangat kuat karena memperlihatkan perbedaan yang menyolok. Dunia selalu berada dalam dua sisi yang saling kontras. Kebaikan kontras dengan kejahatan. Kekayaan kontras dengan kemiskinan. Kejujuran kontras dengan kebohongan. Keadilan kontras dengan ketidakadilan. Kebijakan kontras dengan kebodohan. Namun, di balik realitas tersebut,  kita mempunyai kesempatan  untuk memilih: Apakah kita mau menjadi Si Bijak atau Si Pencemooh.

Hari ini kembali kita belajar dari kitab Amsal dengan topik: “Si BIJAK dan Si PENCEMOOH.” Untuk itu Bacaan Sabda pada hari ini saya ambil dari Amsal 9:1-18 dengan penekanan pada ayat 8. Sahabat, pada masa Perang Salib banyak kekonyolan terjadi dengan mengatasnamakan Tuhan. Suatu saat penguasa Yerusalem bernama Guy de Lusignan maju melawan pasukan Sultan Saladin.

Sebenarnya ia sudah diperingatkan oleh penasihatnya untuk tidak nekat berperang di luar kota Yerusalem karena mereka akan sulit memperoleh air minum di tengah gurun yang ganas.  Apalagi, mereka menghadapi pasukan Saladin yang lebih berpengalaman di padang pasir.

Sayang, ia mengabaikan nasihat tersebut,  bahkan ia berkata dengan lantang bahwa perang itu merupakan kehendak Tuhan. Hasilnya, ia dikalahkan oleh pasukan Saladin yang memang lebih menguasai medan.

Amsal 9, khususnya ayat 7-9, membandingkan antara Si Bijak dan Si Pencemooh. Si Bijak tidak takut dan tidak marah apabila diberi masukan, termasuk kecaman atau teguran yang keras. Ia mampu menerima dan mengolah kritik sebagai sarana untuk membangun dirinya. Ia memiliki kelenturan dan kelembutan yang luar biasa terhadap kritik. Ia tidak mudah dihancurkan oleh kritik.

Sebaliknya, Si Pencemooh tidak suka terhadap kritik dan membenci orang yang menasihatinya. Ia cenderung menganggap masukan sebagai serangan pribadi.

Sahabat, pada waktu dinasihati, bagaimana reaksimu? Apakah kamu mengakrabi atau memusuhi masukan? Memang, tidak semua masukan berguna dan harus diterima. Tetapi, mendengarkan masukan menuntun Sahabat lebih bijaksana dan penuh pertimbangan. Sebaliknya, bila kita menutup telinga terhadap masukan, kita kehilangan kesempatan untuk diperbaiki dan dijaga oleh masukan yang baik!

Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini:

  1. Apa perbedaan orang yang bijaksana dengan seorang pencemooh dalam menghadapi kritik?
  2. Mengapa Salomo menggambarkan kebijaksanaan dan kebodohan seperti seorang wanita yang membujuk kita? (Ayat 13-18)

Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Bagaimana sikapmu setiap kali menerima kritik dari orang lain? Belajarlah menilai diri sendiri dengan jujur! (pg).

Renungan Lainnya