SEANDAINYA MENJADI ORANG YAHUDI

SEANDAINYA MENJADI ORANG YAHUDI

Membaca Injil Yohanes pasal 1 hingga pasal 12, tiba-tiba aku disadarkan adanya banyak penolakan kehadiran Yesus di tengah orang-orang Yahudi.

Sejak pemulangan gelombang pertama orang Yahudi dari pembuangan di Babel pada zaman Raja Koresh tahun 537 SM, dan hingga hampir 400 tahun sesudahnya, tanah Israel dikuasai oleh Kerajaan Babel, Persia, dan Yunani. Penguasaan atau penjajahan ini bukan hanya dalam bentuk fisik, tapi juga menyebabkan pengaruh kebudayaan penjajah berkembang terutama karena adanya perkawinan campuran. Masa-masa ini sering disebut sebagai Zaman Gelap bagi orang Yahudi karena tidak ada nabi-nabi yang menyuarakan Firman Tuhan.

Bayangkan orang Yahudi yang dulu-dulunya punya raja-raja legendaris seperti Daud dan Salomo, kemudian Kerajaan Israel pecah menjadi dua, akhirnya hancur dan orang Yahudi diangkut ke Babel sebagai tawanan perang, pasti tidak ada harapan bagi orang Yahudi untuk mendirikan Kerajaan lagi.

Sangat menakjubkan, tiba-tiba ada Yohanes yang menyerukan Firman Tuhan dan membaptis di Sungai Yordan, dan Yohanes sendiri tidak mau menyebut dirinya sebagai nabi atau bahkan sebagai Mesias, tetapi dia menyerukan “Bertobatlah dan berilah dirimu dibaptis dan Allah akan mengampuni dosamu” (Markus 1:4). Siapakah Yohanes ini, kok tiba-tiba muncul setelah lebih dari 400 tahun tidak ada Firman Tuhan di Israel? Saat Yohanes membaptis Yesus dan melihat adanya Roh Kudus turun, Yohanes menyuruh seorang muridnya yang bernama Andreas, yang kemudian mengajak Simon saudaranya, untuk mengikut Yesus.

Saudaraku, Yesus dengan dengan dua murid pertama bertemu dengan Filipus, dan Yesus berkata kepada Filipus: “Ikutlah Aku!”  (Yohanes 1:43). Nah ini kok tiba-tiba Filipus mau mengikut Yesus, menjadi murid yang ketiga, bahkan Filipus kemudian mengajak Natanael untuk datang ke Yesus. Menariknya Natanael saat menjumpai Yesus berkata: “Mungkinkah ada sesuatu yang baik datang dari Nazaret?” (Yohanes 1:46) dan Yesus segera menjawabnya:  “Lihat, inilah seorang seorang Israel yang sejati, tidak ada kepalsuan di dalamnya!” (Yohanes 1:47). Memang Natanael sebagai orang Yahudi mengharapkan adanya Mesias yang akan datang membebaskan Israel, dan berasal dari Bethlehem, kota kelahiran Raja Daud.

Kata Natanael kepada Yesus:  “Bagaimana Engkau mengenal aku?” Jawab Yesus kepadanya: “Sebelum Filipus memanggil engkau, Aku telah melihat engkau di bawah pohon ara.”  (Yohanes 1:47-48). Mendengar jawab Yesus, percayalah Natanael kepada Yesus yang dianggapnya sebagai nabi karena bisa menerawang jauh melihat dirinya yang sedang duduk di bawah pohon merenungi nasib orang Israel.

Kita membaca ayat-ayat selanjutnya di kitab Yohanes, sering mendapatkan ketidakpercayaan orang-orang Yahudi kepada Yesus. Setelah mukjizat air menjadi anggur di Kana, ternyata tidak dicatat adanya orang-orang Yahudi yang merubung atau mengerumuni Yesus menanyakan bagaimana cara mengubah air jadi anggur. Ketika Yesus pertama kali ke Bait Allah di Yerusalem dan mengobrak-abrik mengusir pedagang-pedagang yang membuat gaduh Bait Suci, mulailah orang Yahudi mempertanyakan Yesus kok berani-beraninya melakukan tindakan seperti tersebut.

Memang kemudian ada seorang Farisi bernama Nikodemus yang datang di malam hari menemui Yesus. Dia mendapatkan pencerahan langsung dari Yesus, dan pernah mencoba membela Yesus (Yohanes 7:50), namun kemudian tidak kedengaran lagi eksistensinya, hingga dicatat Nikodemus turut menguburkan Yesus (Yohanes 19:39).

Namun hampir sehari-harinya kehadiran Yesus sering dipertanyakan oleh orang-orang Yahudi. Bahkan di Yohanes  10: 1-21 Yesus dengan baik-baik menyebut diri-Nya sebagai gembala yang baik, tapi di ayat  22-42 kita membaca orang-orang Yahudi mempertanyakan siapa Yesus sebenarnya, dan bahkan di ayat 31 orang-orang Yahudi mengambil batu untuk melempari Yesus. Lho kok begitu? Sebelumnya mengajarkan yang baik-baik, dan selanjutnya malahan dilempari batu. 

Saudaraku, semakin kita membaca Yohanes pasal 1-12 semakin mengetahui bahwa orang Yahudi berulangkali mempertentangkan kehadiran Yesus, itu sebagai nabi atau rabi (guru) atau orang yang sering membuat mukjizat atau Mesias yang akan membebaskan dari penjajahan Romawi, atau sebagai siapa yang mengaku-ngaku mengenal Abraham:  “Umur-Mu belum sampai lima puluh tahun dan Engkau telah melihat Abraham?” (Yohanes 8:57).

Hingga hari ini ternyata masih banyak juga orang yang tidak mengerti arti kehadiran Yesus. Kita sering bertemu dengan orang-orang yang menganggap semua agama itu baik, semua agama itu sama saja, yang penting mesti hidup baik agar mendapatkan karma yang lebih baik. 

Bahkan aku pernah bertemu seorang sepuh yang menegurku: “Mengapa justru percaya kepada Yesus yang orang Yahudi, bukan percaya kepada ajaran leluhur yang sama-sama mengajarkan kebaikan?

Balajar dari kitab Yohanes jelaslah bahwa manusia sebenarnya tidak dapat mengenal siapa Yesus, karena mata kita semua tertuju pada hal-hal duniawi. Tapi kita membaca di Yohanes 1, ada Yohanes yang melihat Roh Kudus turun ke atas Yesus saat dibaptis, mata hatinya dicerahkan, dan kemudian dia menyuruh seorang muridnya, Andreas, untuk meninggalkannya dan mengikut Yesus, Andreas ini kemudian mengajak Petrus, Filipus dan Natanael mengikut Yesus.

Saudaraku, apakah mata hati kita benar-benar sudah mendapatkan pencerahan dari Roh Kudus sehingga kita dapat mengetahui SIAPAKAH YESUS ITU?, dan akhirnya kita mengerti penebusan Yesus bagi dosa-dosa kita? (Surhert).

Renungan Lainnya