SANG PEMULIH SEJATI

SANG PEMULIH SEJATI

Saudaraku, salah satu penyakit tua yang memiliki dampak yang mampu menghancurkan hidup manusia adalah penyakit kusta.  Penyakit ini merusak fisik dan mental penderitanya.  Bagi si kusta, pulih seperti sediakala adalah anugerah yang luar biasa.   Mari kita  merenungkan Lukas 5:12-14.

Dunia seakan runtuh saat seseorang didiagnosa menderita kusta, karena ia pasti akan terputus dari lingkungan sosial, kehilangan masa depan dan bahkan hilang kontak dengan Tuhan.  

Orang-orang Yahudi melihat kusta sebagai hukuman karena hukum Taurat memandang sangat serius penyakit ini (Imamat 13 dan 14) dan juga fakta sejarah menunjukkan bahwa beberapa orang di masa lalu menderita penyakit ini setelah melakukan kesalahan yang fatal, misalnya Miriam (Bilangan 12:9-10), Raja Uzia (2 Tawarikh 26:19) dan bahkan Gehazi (2 Raja 5:26-27), pembantu nabi Elisa.  Tentunya sanksi sosial dan spiritual ini lebih menyakitkan dibandingkan penderitaan secara fisik yang harus mereka terima. 

Pada umumnya orang-orang pada zaman itu percaya bahwa hanya Tuhan yang dapat menolong para penderita kusta.  Itulah sebabnya saat seorang yang penuh kusta bertemu dengan Yesus, ia memohon dengan sangat karena ia meyakini Yesus adalah utusan dari Allah.  Respon Yesus sungguh positif dan menguatkan, yaitu: 

  1. Menjamah orang kusta itu.  

Para imam yang telah mengumumkan ke masyarakat tentang penyakit kusta itu, telah membuat semua orang tidak mau mendekat, apalagi menjamahnya (Imamat 13).   Maka tindakan Yesus yang mengulurkan tangan dan menjamah si kusta adalah luar biasa dan tidak lazim dilakukan oleh para guru pada zamannya.  Yesus menunjukkan penerimaan kepada orang itu, bahkan sebelum Ia menyembuhkannya.

  1. Menyembuhkan dan memulihkan kembali

Kesembuhan bagi orang kusta adalah anugerah yang luar biasa karena ia bukan hanya disembuhkan secara fisik, namun juga akan dipulihkan secara sosial, spiritual dan mentalnya.  Yesus memulihkan seantero hidupnya bagaikan memberi kesempatan kedua.  Ya, kepulihan orang itu berarti terbukanya kembali masa depan bagi orang itu dan keluarganya.  Yesus yang menyembuhkan berarti Ia juga memulihkan orang itu secara keseluruhan: pemulihan sosial, pemulihan spiritual dan bahkan mentalnya.

Saudaraku, zaman digital yang serba cepat membuat manusia makin lama makin rapuh.  Alih-alih menempa daya juang manusia, teknologi justru membuat mental manusia makin rapuh bagaikan orang berpenyakit kusta.  

Kabar tentang pemuda pemudi yang putus asa dan melakukan bunuh diri, suami istri yang lekas lelah memperjuangkan pernikahan dan lebih memilih bercerai sebagai jalan keluarnya,  orang tua  ataupun anak yang enggan membicarakan masalah mereka dan memilih untuk saling tuntut atau bahkan saling bunuh untuk menyelesaikan masalah mereka, menunjukkan bahwa manusia masa kini harus waspada dengan kerapuhan mental.  

Yesus adalah spesialis pemulihan yang sejati. Yesus sanggup memulihkan hati yang rapuh dan mental yang lemah. Mari datang dan meminta pemulihan kepada-Nya.  Selamat bertumbuh dewasa. (Ag).  

Renungan Lainnya