SANDARAN HIDUP

SANDARAN HIDUP

Sahabat, dalam perjalanan dari Semarang ke Salatiga, istri seorang teman sepelayanan bercerita bahwa anaknya laki-laki ingin mendapatkan pasangan hidup seperti dirinya, yang dapat dijadikan sandaran hidup suami.

Anaknya berdoa supaya diberikan seorang pasangan yang sesuai dengan kriterianya, pasangan yang bisa membuat hidupnya  lebih baik lagi. Dia  ingin Tuhan mempertemukan dirinya dengan orang yang tepat untuk dijadikan sandaran hidup. Anak teman saya berpikir jika sudah memiliki pasangan yang  sesuai dengan yang dia mau, maka hidupnya akan terasa lebih indah. Dia bisa 100% mengandalkan pasangannya   dalam berbagai hal. Suka dan duka akan dia bagi dengan pasangannya.  Hidupnya akan terasa jauh lebih berwarna daripada ketika dia masih bujangan .

Lalu pikiran dan hati saya dipenuhi dengan tanda tanya besar: “Apakah tepat pasangan hidup dijadikan  sandaran hidup? Dapatkah pasangan hidup menjadi sandaran hidup yang kekal?”

Untuk lebih memahami topik tentang: “SANDARAN HIDUP”, Bacaan Sabda pada hari ini saya ambil dari Mazmur 144:1-15. Sahabat, Daud menuliskan nyanyian yang dicatat sebagai Mazmur 144 sebagai ucapan syukur atas penobatannya sebagai raja. Ia kemudian mengungkapkan doanya kepada Tuhan bagi bangsanya dalam perang dan dalam damai. Daud ingin menekankan pentingnya melihat kepada Tuhan sebagai dasar dari sandaran umat kepada-Nya.

Daud mengawali nyanyiannya dengan pujian dan ungkapan yang terus terang di hadapan Allah, karena ia mengenali perhatian Allah atas umat-Nya (ayat 1-4). Pengenalan akan Allah memungkinkan Daud untuk menyerukan permohonan supaya Allah bertindak atas bangsa-bangsa yang menindas umat (ayat 5-8). Daud kemudian menaikkan syukur kepada Allah atas pemeliharaan-Nya baik dalam kondisi perang maupun damai (ayat 9-14). Daud mengajarkan bahwa bagi umat Allah, posisi dan prestasi bukan semata-mata hasil pencapaian mereka, melainkan suatu bukti karya pemeliharaan Allah mereka (ayat 15).

Sahabat, bagaimana cara kita menilai bahwa seseorang diberkati oleh Allah? Apakah artinya kita akan memiliki harta berlimpah dan posisi yang bergengsi? Lihat bagaimana Daud menjabarkan realitas berkat: Allah menyertai dalam keadaan sulit seperti perang, dan keadaan baik yakni damai. Setiap pemberian yang kita terima adalah buah karya Allah bagi pekerjaan-Nya. Hal yang terutama adalah sikap hidup yang siap dan rela merendahkan diri di hadapan Allah.

Yesus Kristus memberi kita kekuatan ketika Ia menjanjikan bahwa Ia pergi menyediakan tempat bagi kita, dan akan kembali menjemput ketika tempat itu sudah tersedia (Yohanes 14:1-3). Kalimat tersebut sesungguhnya menekankan tentang kepastian Allah yang dapat dijadikan sandaran. Masalah muncul ketika manusia tidak mau menyandarkan diri kepada Allah.

Sahabat, sesunggguhnya harta abadi bukanlah soal apa yang kita bisa pamerkan, melainkan siapa yang hadir dalam kehidupan kita, baik dalam susah maupun senang. Allah yang sejati adalah Tuhan yang setia, yang senantiasa hadir dalam kehidupan umat-Nya. Dialah sandaran hidup kita yang kekal. 

Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini?

  1. Hikmat apa yang Sahabat peroleh dari perenunganmu pada hari ini?
  2. Apa yang Sahabat pahami dari ayat 3-4?

Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Kita seharusnya merasa sangat aman kalau kita bisa bersandar kepada Tuhan yang Mahakuasa, hidup dan kekal. (pg).

Renungan Lainnya