Sabtu Sunyi atau Sabtu Sepi atau Sabtu Suci (bahasa Latin : Sabbatum Sanctum – “Hari Sabat Suci”) adalah hari setelah Jumat Agung dan sebelum Minggu Paskah. Hari Sabtu Sunyi memperingati pada saat tubuh Yesus Kristus dibaringkan di kubur setelah pada hari Jumat Agung mati disalibkan. Keesokan harinya (Paskah) Yesus bangkit dari kematian-Nya.
Perayaan Sabtu Sunyi umumnya dilaksanakan dalam keheningan, tentu tidak melulu soal kesedihan, melainkan refleksi dan evaluasi diri atas pengurbanan Kristus sampai mati dikubur. Sabtu Sunyi adalah keheningan yang menjembatani antara Jumat berdarah dengan Minggu bergelora, jembatan antara kematian Anak Domba dengan kebangkitan Mesias Yesus Kristus.
Sahabat, salib jarang menjadi impian manusia. Bahkan salib merupakan hal yang ingin dihindari oleh setiap manusia. Mengapa? Karena salib dalam kehidupan manusia identik dengan penderitaan. Rasa sakit akibat penderitaan yang kita alami sering begitu dalam, dan itu tidak bisa hilang begitu saja. Hal itu merupakan sebuah realitas yang kita miliki karena kadang terkait dengan beberapa pengalaman hidup kita yang paling awal.
Karena itu bukanlah hal yang mudah bagi kita untuk menerima, merangkul, memikul dan membawa salib hidup kita setiap hari. Kendati demikian, sebagai orang percaya, kita harus sadar bahwa yang menjadi hakikat panggilan hidup kita ialah untuk membawa penderitaan itu sebagai milik kita dan memasukkan rasa sakit kita ke dalam diri kita dan membiarkannya berbuah berkat di hati kita dan hati orang lain.
Inilah yang Yesus maksudkan saat Ia meminta kita untuk memikul salib kita. Dia mendorong kita untuk mengenal dan menerima penderitaan kita yang khusus dan percaya bahwa jalan menuju keselamatan terletak di dalamnya. Dengan mengambil salib berarti kita bersahabat dengan luka-luka kita dan membiarkan luka-luka itu mengungkapkan kebenaran pada kita. Hal demikian dapat terjadi jika kita bersandar pada salib Kristus. Kematian Yesus di kayu salib hendak mengatakan bahwa Yesus bukan hanya sekadar manusia, tetapi Ia adalah Tuhan yang merendahkan diri-Nya setara dengan manusia. Dialah Tuhan dan Penyelamat.
Dalam kehidupan, ketika kita memandang salib, tentu terdapat beragam pikiran tentang salib itu. Namun, barangkali kita tak menyadari bahwa di dalam salib itu ada suatu kehidupan, dalam artian melalui salib itu, hidup kita diubah. Salib yang kita pasang di rumah bukan hanya sekadar simbol, tapi mempunyai makna yang dalam. Salib yang kita pasang itu menjadi sumber kehidupan. Karena dengan salib itu, kita mengenang akan sengsara dan wafat Kristus. Ingat juga bahwa berkat salib Kristus, kita diselamatkan. Hidup kita diubah. Meskipun perjalanan hidup kita penuh dengan derita (via dolorosa) tapi kalau perjalanan kita bersama Yesus, maka semuanya menjadi ringan.
Sahabat, Yesus bersabda, “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.” (Matius 11:28). Itu berarti salib merupakan sumber kehidupan dan kemuliaan. Salib sebagai salib kehidupan seharusnya menjadi sumber keselamatan kita. Salib Kristus sebagai salib kehidupan akan membawa kita kepada keselamatan. Oleh karena itu pandanglah salib Kristus sebagai salib kehidupan. Karena pada salib itulah terletak pengharapan dan keselamatan hidup kita. (pg)