SABAT: Menikmati saat ISTIRAHAT

Selamat jumpa para Pendukung Kristus, apa kabar? Salam sehat dengan memerhatikan waktu istirahat. Sahabat, dalam menjalani kehidupan ini, manusia memang membutuhkan waktu untuk istirahat. Salomo jauh-jauh hari sudah mengingatkan   bahwa untuk segala sesuatu ada masanya. Ada waktu untuk bekerja, dan ada waktu untuk istirahat (Pengkhotbah 3:1). 

Sahabat, tidur hanyalah salah satu cara untuk beristirahat. Masih ada banyak cara yang lain: Membaca buku, minum kopi, mendengarkan lagu-lagu, nonton film, berkebun, dan lain-lain. Caranya boleh berbeda, tetapi tujuan yang hendak dicapai hampir sama, yaitu supaya kondisi fisik, pikiran, dan hati menjadi lebih tenang, bening, dan segar.

Kata  shabbat dalam bahasa Ibrani berasal dari kata kerja shabat, dalam bahasa yang sama, yang secara harafiah berarti berhenti. Meskipun shabbat hampir secara universal diterjemahkan istirahat atau suatu masa istirahat, terjemahan yang lebih harafiah adalah berhenti, dengan maksud berhenti dari melakukan pekerjaan. Jadi, sabat adalah hari untuk orang berhenti bekerja, dengan maksud untuk beristirahat.

Sahabat, lalu apa tujuan Allah berhenti dari segala pekerjaan penciptaan-Nya pada hari yang ketujuh dan menguduskan hari itu? (Kejadian 2:2-3). Lalu apa maknanya bagi kita?

Pertama, menunjukkan karya Allah itu sempurna. Segala yang dijadikan-Nya sungguh amat baik. Allah berhenti pada hari ketujuh dan menguduskan hari itu menunjukkan bahwa Allah telah menyelesaikan semua karya penciptaan-Nya secara sempurna. Oleh karena itu, hari ketujuh adalah hari perayaan atas mahakarya itu.

Dengan berhenti bekerja pada hari sabat, sesungguhnya  kita sedang ikut serta dalam perayaan sukacita bersama Allah dalam mengagumi dan menikmati keindahan dan kesempurnaan karya-Nya itu. Kita bersyukur dan memuji kebesaran kuasa Allah atas semua ciptaan-Nya. Kita melakukan perayaan bersama Allah terhadap karya-Nya yang sungguh mempesona.

Dengan jalan demikian, kita sedang menempatkan Allah dalam posisi Dia yang sebenarnya dan kita menaklukkan diri di hadapan Allah yang mahakuasa yang telah menghasilkan karya terbesar dan termulia yang tiada bandingannya.

Kedua, menunjukkan model pola kerja yang sistematis bagi kita.Tentu Allah yang Mahasempurna dan Mahatahu berhenti dari pekerjaan-Nya pada hari ketujuh bukan tanpa tujuan dan makna. Dikatakan demikian, karena semua yang Allah lakukan pasti ada muatan tujuan dan makna serta maksud penting bagi Dia dan bagi ciptaan-Nya.

Pada saat Allah berhenti dari pekerjaan-Nya pada hari ketujuh, sesungguhnya Allah menyediakan model pola keteraturan kerja bagi kita. Hanya kepada kita yang diberikan mandat dan tugas dari Allah untuk mengelola dunia ini. Tentunya dalam pelaksanaan mandat dan tugas tersebut, kita membutuhkan waktu untuk berhenti dari pekerjaan itu. Mengapa? Karena kita yang terdiri dari unsur tubuh, jiwa, roh dengan sendirinya menyadari bahwa kita memiliki keterbasan fisik. Dengan demikian, kita tidak mampu untuk bekerja secara terus-menerus tanpa henti.

Ingatlah! Kita membutuhkan waktu untuk memulihkan kembali kekuatan fisik kita. Itu sebabnya ada waktu untuk kita beristirahat sehingga tenaga kita bisa dipulihkan. Jauh lebih penting daripada itu, peraturan sabat mengajarkan kita bahwa hidup bukan untuk bekerja saja, tetapi juga untuk menikmati hasil kerja kita. Tuhan memberkati Sahabat dan keluarga. Tuhan selalu memerhatikan kesejahteraan hidup kita. (pg)

One Comment

  1. Kristianti Kartika Widjaja

    Shalom…Selamat pagi Pak Paul dan para Pendukung Kristus
    Puji Tuhan…kabar baik , salam sehat juga utk Saudara semuanya.
    Trm kasih utk Renungan Firman Tuhan pagi ini yg mengingatkan bahwa kita juga membutuhkan waktu utk beristirahat dan menikmati hasil kerja kita.
    Tuhan Yesus Memberkati Saudara semuanya….Selamat Hari Minggu dan Selamat Beribadah..???

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *