PRASANGKA MERAMPAS SUKACITA

PRASANGKA MERAMPAS SUKACITA

Saudaraku, berhadapan dengan orang yang penuh dengan prasangka memang serba salah karena apa pun yang dilakukan akan ditanggapi dengan sikap skeptis dan curiga. Akibatnya orang yang dipenuhi prasangka akan kehilangan sinar kehidupan, yaitu sukacita.  Mari kita renungkan dampak prasangka dalam bacaan dari  Matius 11: 1-11.

Yesus merasakan rasa frustasi Yohanes saat seorang utusan menemui Yesus untuk memastikan ke-Mesiasan-Nya.  Yohanes sudah bekerja maksimal: membaptis banyak orang dan menegur para pemuka agama dengan berani.  Tanggapan yang ia dapat adalah sikap prasangka para pemimpin Israel terhadapnya.  Maka dalam penjara, Yohanes ingin memastikan bahwa Yesus adalah Mesias itu.  Konsep Mesianis memang sudah mandarah daging dalam pemikiran orang Yahudi, apalagi mereka saat itu benar-benar menantikan kelepasan dari genggaman bangsa asing.  Frustasi Yohanes juga dialami oleh orang Israel pada umumnya.  Sebelum Yesus muncul, sudah banyak orang yang mengaku diri sebagai Mesias namun terbukti gagal.  Pengalaman pahit itu membuat mereka penuh prasangka kepada para utusan Tuhan dan menutup diri kepada Yesus, Mesias sejati.  

Dampak dari sikap penuh prasangka dalam bacaan ini adalah :

  1. Menghalangi pandangan untuk melihat anugerah Allah.

Prasangka telah membuat mereka menutup pintu terhadap karya Allah yang besar, sehingga mereka tidak merasakan anugerah Allah melalui Yesus.  Mungkin mereka melihat bahwa kriteria Mesias tidak ada dalam Yohanes maupun Yesus sehingga inilah yang membuat akhirnya mereka menjadi sombong dan berpikir bahwa Allah harus bekerja sesuai dengan kriteria yang dipahami mereka. Mereka kehilangan kesempatan melihat pekerjaan Allah.

  1. Menghilangkan sukacita sehingga tidak menikmati kreatifitas Allah.

Prasangka membuat pemimpin Yahudi kehilangan sukacita menyambut karya Tuhan yang sedang terjadi dalam bangsa mereka.  Banyak orang menerima mukjizat dan dipulihkan karena pelayanan Yesus dan Yohanes, namun mereka tidak merasakannya.  Yesus memberi penggambaran yang sangat lugas dan mengatakan bahwa sikap acuh, penuh prasangka dan skeptis akan membunuh pengharapan dan sukacita. Mereka menjadi pemain yang kehilangan makna permainannya, menjadi aktor yang kehilangan kenikmatan memerankan tokohnya.

Saudaraku, apa yang paling mengkhawatirkan dalam hidup ini selain hidup penuh prasangka?  Dalam kehidupan  memang ada banyak hal yang mengecewakan, namun jangan memelihara prasangka hingga akhirnya kehilangan sukacita dan pengharapan yang  akan menerangi jalan hidup manusia sehingga mampu melihat pekerjaan Allah yang menembus kemustahilan.   Pengalaman memang  guru yang terbaik, namun pengalaman tidak bisa menjadi tolok ukur mati untuk menilai kondisi atau pun seseorang.  Masih ada Allah yang bekerja untuk mengubah keadaan ataupun memakai seseorang (yang mungkin tidak memenuhi syarat ) untuk melakukan hal yang benar.  

Belajar dari pengalaman memang penting, namun jangan sampai pengalaman manusia menjadi batas untuk melihat Allah Sang Mahakreatif bekerja sesuai dengan kehendak-Nya. Selamat bertumbuh dewasa. (Ag)

Renungan Lainnya