Saudaraku, ini berita di Kompas tanggal 19 Oktober 2023 yang mengutip Tech Industry Lead Google Indonesia tentang survey Google yang berjudul “Think Tech, Rise of Foldables: The Next Big Thing in Smartphone”, ternyata jumlah handphone di Indonesia ada 354.000.000 perangkat, 354 juta lho!
Jumlah penduduk Indonesia sesuai BPS ada 278,69 juta pada pertengahan 2023, termasuk anak-anak dan remaja di bawah usia 17 tahun, belum punya KTP. Dari rekapitulasi Pemilu 2024 (Kompas.com) total surat suara sah, berjumlah 164.227.475 suara, artinya ada 164,3 juta penduduk memiliki KTP dan ikut mencoblos.
Jika handphone di Indonesia ada 354 juta, bisa dianggap segenap penduduk yang punya KTP memiliki satu handphone, dan ada banyak yang memiliki handphone lebih dari satu, termasuk dari kalangan anak-anak.
Google juga mencatat minat beli konsumen terhadap ponsel lipat mengalami pertumbuhan, sebanyak 75% responden menunjukkan minat dan ketertarikannya terhadap ponsel lipat, sedangkan 62% responden lainnya berencana membeli smartphone lipat sebagai ponsel baru.
Apa itu ponsel lipat? Yang terutama, harga ponsel lipat harganya mulai dari 13 juta hingga 30 juta, bahkan ada yang ditawarkan edisi khusus 40 juta. Ponsel lipat umumnya dilengkapi kamera dengan resolusi yang tinggi meskipun diameter lensa hanya 10 mm, pengolahan foto/video, processor terbaru, dan karena mahal bisa menginstal beberapa aplikasi untuk bisnis seperti Adobe Acrobat, Notes dan Office.
Kompas melaporkan 6 apps yang paling banyak di download atau dipakai di Indonesia, yakni: CapCut untuk edit video, TikTok, Facebook. Instagram, WhatsApp dan Shopee, jadi penggunaan ponsel umumnya untuk kebutuhan sosial/medsos, melihat video di TikTok dan komunikasi grup melalui WhatApp, sedangkan aplikasi untuk bisnis jarang digunakan.
Padahal kalau hendak mendapatkan foto/video yang bagus dan tajam mestinya memakai kamera yang diameter lensanya sekitar 40mm dan harganya kurang dari 10 juta dan beli smartphone seharga 6-7 juta, maka hasil foto pasti lebih tajam dan warnanya lebih berlimpah. Tapi nyatanya penjualan ponsel lipat lebih banyak daripada penjualan kamera.
Beberapa tahun sebelum covid, aku mengenal seseorang yang menjual tas mewah dari Paris, hampir setiap bulan dia atau istrinya ke sana untuk membeli tas. Aku tanya, apakah tidak takut bersaing dengan perwakilan produk tersebut yang membuka showroom di mall mewah? Dia hanya tertawa lalu berkata: “Harga jual di showroom lebih mahal, modelnyapun lebih terbatas, dan kalau dibayar dengan cicilan kartu kredit paling 12 kali cicil.”
Nah dia menawarkan barang asli, harga lebih murah, cicilan hingga 15 kali dengan bunga yang lebih rendah dari kartu kredit, dan yang paling diminati, bisa tukar tambah bila ingin ganti model, tentu ada potongan harga melihat kondisi tas saat itu. Tawaran tukar tambah ini yang paling diminati para sosialita, bisa memakai tas mewah setiap tampil, jadi rakyat berpikir si sosialita punya koleksi tas mewah.
Jadi membeli ponsel lipat yang harganya belasan juta dan hanya digunakan untuk melihat medsos, atau membeli tas dari Paris, sebenarnya untuk menaikkan citra dan gengsi diri, setidaknya bisa mirip gaya hidup para sosialita. Bagaimana mendapatkan barang-barang mewah ini urusan lain, namun kebanyakan dengan berhutang ke kartu kredit, meskipun kena bunga minimal 20%, jadi pinjam 20 juta mesti bayar 24 juta, dicicil 2 juta selama 12 bulan.
Bagi orang yang memiliki penghasilan tetap setidaknya 10 juta per bulan, mungkin mudah mencicil 2 juta per bulan, atau 20% dari penghasilannya. Lantas kalau ada keperluan yang lain, atau kebutuhan rumah tangga yang meningkat, ya akan mencari upaya lain untuk mendapatkan dana, entah itu dari usaha lain, atau mungkin melalui cara-cara illegal, atau bahkan cari pinjol meskipun bunganya sangat mahal.
Saudaraku, coba kita simak peringatan Yakobus berikut ini: “Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya. Dan apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa; dan apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut.” (Yakobus 1:14-15). Mencari hutang lain untuk menutup hutang sebelumnya, gali lobang tutup lobang, akhirnya bisa sangat menekan dan merugikan.
Rasul Petrus mengingatkan kita: “supaya waktu yang sisa jangan kamu pergunakan menurut keinginan manusia, tetapi menurut kehendak Allah. Sebab telah cukup banyak waktu kamu pergunakan untuk melakukan kehendak orang-orang yang tidak mengenal Allah. Kamu telah hidup dalam rupa-rupa hawa nafsu, keinginan, kemabukan, pesta pora, perjamuan minum dan penyembahan berhala yang terlarang.” (1 Petrus 4:2-3)
Saudaraku, jadi waspadalah, godaan-godaan untuk mendapatkan sesuatu yang akan menaikkan gengsi dan harga diri semakin banyak, tapi kita bisa minta tuntunan Tuhan agar memiliki pertimbangan yang matang sebelum memutuskan sesuatu, apalagi bila ingin berhutang untuk mendapatkan barang-barang yang bukan kebutuhan utama atau kebutuhan dasar. Waspadalah! Waspadalah! (Surhert).